Zelenskiy: Perang di Donbas Salah Satu yang Paling Brutal dalam Sejarah Eropa

Belakangan ini tentara Rusia dan Ukraina terlibat dalam pertempuran sengit di Kota Sievierodonetsk, Donbas.


zoom-inlihat foto
Kota-Bucha-Zelenskiy.jpg
RONALDO SCHEMIDT / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy (tengah) saat konferensi pers di Kota Bucha yang berada di barat laut ibu kota Ukraina, Kiev, 4 April 2022.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menilai pertempuran di Donbas merupakan salah satu yang paling brutal dalam sejarah Eropa.

Belakangan ini tentara Rusia dan Ukraina terlibat dalam pertempuran sengit di Kota Sievierodonetsk, Donbas.

Tentara Rusia dilaporkan mulai mendapat kemajuan di Sievierodonetsk sehingga kota itu terancam direbut dari tangan Ukraina.

Menurut Zelenskiy, pertempuran di Donbas terlihat mengerikan dan memiliki dampak yang besar bagi warga sipil dan militer Ukraina.

"Bagi kami, banyak korban jiwa dalam pertempuran ini. Pertempuran ini sungguh mengerikan," kata Zelenskiy melalui pesan video, dikutip dari The Guardian, (14/6/2022).

"Tak perlu diragukan lagi bahwa pertempuran untuk merebut Donbas akan dikenang dalam sejarah militer sebagai salah satu pertempuran paling brutal di Eropa."

Oleh karena itu, Zelenskiy meminta negara-negara Barat kembali mengirimkan lebih banyak senjata berat untuk Ukraina.

Baca: Dampak Invasi: Lebih dari 15.000 Miliarder Diperkirakan Tinggalkan Rusia Tahun Ini

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris di Kyiv, 1 Februari 2022
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris di Kyiv, 1 Februari 2022 (PETER NICHOLLS / POOL / AFP)

"Kami sedang melawan kejahatan yang nyata. Dan Kami tidak punya pilihan selain terus maju dan membebaskan wilayah kami."

"Kami setiap hari mencari perhatian dari rekan-rekan kami berdasarkan fakta bahwa hanya artileri modern yang mencukupilah yang bisa menjamin keunggulan Ukraina dan pada akhirnya mengakhiri kekejaman tentara Rusia terhadap warga Ukraina di Donbas."

Terdesak dan Kehabisan amunisi

Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, Vadym Skibitsky, mengatakan pasukan Ukraina kini terdesak di garis depan pertempuran.

Menurutnya, pasukan Ukraina saat ini benar-benar bergantung pada bantuan senjata dari Barat.

"Sekarang perang artileri," kata Skibitsky."Kita kalah dalam hal artileri. Segalanya kini bergantung pada apa yang diberikan Barat kepada kami."

Kata dia, perbandingan jumlah artileri Ukraina dengan artileri Rusia satu banding sepuluh hingga lima belas.

"Rekan kami di Barat telah memberi kami sekitar 10 persen dari yang mereka punya."

Baca: Zelenskiy Sebut Pasukan Rusia Kini Kuasai Seperlima Wilayah Ukraina

Baca: Zelenskiy Tolak Serahkan Wilayah Ukraina demi Akhiri Perang: Mirip Nazi Tahun 1938

Oleh karena itu, Ukraina terus meminta tambahan senjata kepada negara sekutunya di Barat.

Menurut Skibitsky, Ukraina menggunakan 5.000 hingga 6.000 peluru artileri per hari.

"Kami hampir menggunakan semua amunisi yang kami punya dan kini menggunakan peluru kaliber 155 standar NATO," kata Skibitsky.

"Eropa juga sedang mengirimkan peluru kaliber lebih kecil, tetapi karena Eropa kehabisan, jumlahnya makin sedikit."

Skibitsky menegaskan pentingnya bantuan roket jarak jauh bagi pasukan Ukraina. Roket tersebut bisa menghancurkan artileri Rusia dari jarak jauh.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved