Ilmuwan China Temukan Dua Antibodi yang Potensial untuk Pengobatan Covid-19

Antibodi tersebut ditemukan bekerja bersama sebagai tim untuk mencegah virus corona menempel ke sel inang


zoom-inlihat foto
virus-coronaaaaa.jpg
Kompas.com, Hai.Grid.id
Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah)


TRIBUNNEWSWIKI.COM – Peneliti China mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan dua antibodi yang bisa menjadi kandidat untuk coctail treatment (istilah: kombinasi kesehatan) kepada pasien virus corona dengan strain yang berbeda.

Antibodi tersebut ditemukan bekerja bersama sebagai tim untuk mencegah virus menempel ke sel inang.

Hal tersebut berdasarkan sebuah studi yang dipimpin oleh direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China George Fu Gao dengan kolaborator dari seluruh negeri.

Mereka mengatakan, bahkan strain mutan kemungkinan akan dinetralkan karena antibodi menargetkan bagian protein lonjakan yang berbeda, yang digunakan virus untuk mengikat sel.

“Kedua antibodi itu adalah "kandidat yang menjanjikan untuk pengobatan profilaksis dan terapeutik terhadap virus Covid-19", kata Gao dalam makalah non-peer-review yang diunggah pada layanan pracetak medRxiv.org pada hari Kamis.

Beberapa bulan setelah pertama kali dilaporkan di China tengah akhir tahun lalu, masih belum ada pengobatan atau vaksin yang efektif untuk virus corona baru.

Dilansir oleh South China Morning Post, karena telah menyebar di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 4 juta orang serta membunuh sekitar 270 ribu jiwa sejauh ini, maka bukan tidak mungkin jika virus corona telah berkembang menjadi berbagai jenis.

Baca: Lebih Rentan Terinfeksi, Data Ungkap 60 Persen Pasien Covid-19 di Indonesia adalah Laki-Laki

Baca: Kurang Tanggap Tangani Pandemi Corona, Donald Trump Dapat Nilai ‘D-Minus’ dari Istri Bill Gates

Lebih dari 6 ribu telah dicatat sejauh ini, menurut Pusat Informasi Bio Nasional China.

Model komputer menyarankan beberapa dari mutasi virus itu bisa lebih menular dan lebih mematikan.

Pria nekat kabur dari karantina akibat Covid-19 hanya untuk bertemu dengan pacarnya.
ILUSTRASI Covid-19. (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

Kemudian menurut beberapa penelitian, beberapa perubahan kecil pada gen-nya dapat mempengaruhi kemanjuran banyak kandidat obat dan vaksin dalam pengembangan.

Dalam studi mereka, Gao dan timnya menambahkan protein lonjakan virus ke sampel darah yang diambil dari pasien Covid-19 yang pulih di Shenzhen.

Mereka ingin mengaktifkan respon imun dari sel B memori, yang terbentuk setelah infeksi dan dapat bertahan hidup dan membuat antibodi untuk menetralisir virus selama beberapa dekade.

Baca: Terungkap, Kasus Corona Pertama di Prancis Terjadi November, Menyebar Perlahan hingga Akhir Februari

Baca: Tuduh China Penyebab Pandemi Virus Corona, Donald Trump: Lebih Buruk dari Serangan Pearl Harbor

Inspirasi mereka datang dari penggunaan plasma - bagian cairan darah - dari pasien yang pulih untuk mengobati Covid-19 setelah percobaan awal pada 10 orang di Wuhan menemukan bahwa itu secara signifikan menghilangkan gejala mereka dalam seminggu.

Mereka ingin tahu berapa banyak antibodi berbeda yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh seorang pasien.

Tim Gao mengidentifikasi empat jenis antibodi dalam sampel pasien yang pulih,dan  semua diproduksi oleh sel B memori.

Semua tertarik pada protein pengikat, seperti yang diharapkan, tetapi dua antibodi kurang efektif dalam menangkis virus.

Dua lainnya - molekul berbentuk garpu yang dijuluki B38 dan H4 - langsung menuju virus, mengikat protein lonjakannya dan membuatnya lebih sulit untuk menempel ke sel inang.

Para peneliti juga menemukan bahwa alih-alih menargetkan area yang sama dari virus, kedua antibodi ini tidak bersaing satu sama lain, sebaliknya mengarahkan pada bagian yang berbeda - atau epitop - dari protein lonjakan.

Saat ini, para ilmuwan di seluruh dunia bekerja pada perawatan antibodi, tetapi sebagian besar hanya melibatkan satu jenis antibodi.

Ilmuan akhirnya mengungkap alasan pengembangan vaksin untuk virus corona sangat lambat, WHO: perlu waktu 18 bulan.
Ilmuan akhirnya mengungkap alasan pengembangan vaksin untuk virus corona sangat lambat, WHO: perlu waktu 18 bulan. (YouTube WGBH News)

Itu berarti satu mutasi dari epitope target berpotensi membuat obat tidak berguna.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

  • Film - Legenda Kelam Malin

    Legenda Kelam Malin Kundang adalah sebuah film drama
  • Film - Namaku Dick (2008)

    Namaku Dick adalah sebuah film drama komedi Indonesia
© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved