Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini

Penulis: Rakli Almughni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Jami Al Ma'mur Cikini ini awalnya adalah masjid yang dibangun atas prakarsa Raden Saleh. Keberadaan masjid ini kemudian diselamatkan oleh H Agus Salim.


Daftar Isi


  • Informasi awal


TRIBUNNEWS.COM - Mendengar kata Raden Saleh tentu yang langsung terbayang adalah lukisan-lukisan bergaya Romantisisme karyanya, yang sangat terkenal.

Salah satunya yang paling terkenal adalah lukisan bertajuk "Penangkapan Pangeran Diponegoro", yang kini menjadi koleksi Museum Istana Kepresidenan di Yogyakarta.

Rupanya, pelukis bernama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman ini tidak hanya mewariskan karya-karya lukisannya, tetapi juga sebuah masjid.

Masjid itu kini terletak di Jalan Raden Saleh Raya, Jakarta Pusat, dan saat ini bernama Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini.

Usia masjid itu pada tahun ini sudah menginjak 131 tahun, karena dibangun sekitar tahun 1890.

Ketua DKM Masjid Jami Cikini Al Ma'mur, Haji Syahlani (72), bercerita bahwa Syarif Boestaman merupakan orang Semarang yang lahir sekitar tahun 1814, dan pernah tinggal di Cikini.

“Beliau itu seorang pelukis dari Indonesia, yang kerja sama orang Belanda. Untuk memperdalam ilmunya beliau mengembara ke Eropa selama kurang lebih 10 tahun. Pulang dari Eropa lalu beli tanah di sini, sempat tinggal di sini, dan beliau mengizinkan warga di sini membuat musala di tanahnya,” ujar Syahlani pada Jumat (17/4/2021).

 

  • Sejarah


Haji Syahlani lalu menceritakan sejarah Jami Al-Ma'mur Cikini berdiri.

Awal mulanya bangunan masjid itu berupa surau atau musala, terletak di lahan yang saat ini menjadi asrama perawat, tak jauh dari Masjid Jami Al-Ma'mur saat ini.

Surau tersebut dibangun sekitar tahun 1840, sebelum akhirnya dipindah ke lokasi sekarang pada tahun 1890.

“Orang di sini kalau mau salat langsung lari ke sana, karena saat zaman penjajahan orang takut (ibadah),” ujarnya.

Namun sekitar tahun 1906, tanah milik Raden Saleh dijual kepada Yayasan Emma atau Koningen Emma Ziekenhuis milik seorang Belanda, yang merupakan yayasan pemilik rumah sakit dan persatuan gereja.

Namun penjualan itu memiliki syarat tegas bahwa masjid yang ada di sana tidak boleh dibongkar.

Namun ada sengketa tanah setelahnya, karena Yayasan Eamma mengingkari perjanjian dan tidak adanya bukti surat yang otentik dari pengurus masjid saat itu.

“Dulu penduduknya masih sedikit. Ini (Jalan Raden Saleh) namanya Cikini Binatu dan sekarang namanya Jalan Raden Saleh II. Sebelumnya juga namanya Jalan Alatas atau Jalan Tuan Tanah,” lanjut Haji Syahlani.

Setelah masjid dipindah ke lokasi saat ini, penduduk di tempat itu tambah banyak sehingga kapasitas masjid perlu ditambah.

Dipelopori oleh Haji Agus Salim, masyarakat Cikini Binatu berinisiatif mengumpulkan dana dengan bergotong royong untuk memperluas masjid.

Masyarakat Muslim di kawasan Cikini Binatu dulu diwajibkan sedekah beras, dikumpulkan untuk dijual dan dibelikan batu bata untuk pembangunan masjid.

“Beras pada waktu itu mahal, jika dijual sangat berharga seperti emas,” ujar Syahlani.

  • Binatu


Tentu muncul pertanyaan, mengapa Syahlani menyebut warga sekitar Masjid Al Jami Ma'mur sebagai warga Cikini Binatu.

Pasalnya warga Cikini saat itu mendapat julukan Cikini Binatu karena sebagian besar warga bekerja sebagai tukang cuci baju para saudagar Belanda, yang menyerahkan urusan cuci-mencuci kepada mereka.

“Masyarakat di sini yang menjadi tukang cucinya, makanya dibilang Binatu,” ujar Haji Syahlani.

Warga Cikini Binatu mencuci pakaian kliennya itu di sungai Ciliwung, yang mengalir tepat di samping Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini.

Haji Syahlani bercerita bahwa dahulu sungai Ciliwung masih sangat jernih airnya, hingga orang bisa melihat sampai ke dasar. Tidak ada sampah pelastik maupun kotoran lainnya.

“Dulu tidak ada plastik, tidak ada daun, daun yang jatuh juga langsung mengalir dan hilang. Sekarang sering banjir karena plastik-plastik itu. Dipelihara dengan baik oleh warga sini,” kata laki-laki kelahiran 1948 itu.



Alamat


Lokasi


Google Map


Sumber :




Penulis: Rakli Almughni
BERITA TERKAIT

Berita Populer