Sampai saat ini, bunker dengan luas kurang lebih 5 x 4 meter tersebut ada yang masih berdiri kokoh dan ada pula yang bentuknya sudah roboh atau miring dan tak terawat.
Bila jalan-jalan ke Simeulue, bunker itu dapat ditemukan di sejumlah kecamatan, seperti di Kecamatan Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Teupah Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan dan Kecamatan Simeulue Timur. Terdapat sekitar 20-an bungker bekas penjajahan Jepang di Simeulue.
Bunker itu difungsikan oleh penjajah sebagai pos pemantauan maupun sebagai pertahanan dan pengintaian. Lantaran bunker dibangun di tempat-tempat strategis yakni di dekat pantai maupun di tempat ramai penduduk.
Baca: Bunker Kaliadem
Baca: Bunker Stalin
Dari sekian banyak bunker, oleh Pemda Simeulue sampai saat ini telah melakukan revitaliasai sebanyak kurang lebih lima bunker dengan cara dipugar dan membuat akses jalan ke lokasi bunker.
Dari informasi yang dihimpun Serambinews.com, bahwa bunker tersebut dibangun oleh Jepang sekitar 1,5 tahun sebelum Jepang menyerah kepada tentara sekutu pada tahun 1945. Bagi warga Simeulue, bunker Jepang itu sering disebut kuruk-kuruk.
Bunker yang menjadi bukti sejarah penjajah Jepang di Pulau Simeulue itu, merupakan bukti sejarah yang tidak boleh dilupakan.
Bunker tersebut mesti dirawat sebagai bukti sejarah pernah hadir penjajah di pulau yang berjarak puluhan mil laut dari daratan Aceh di bagian barat itu.