Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - KLENTENG Hok Tek Tjeng Sin di Majalengka menyelenggarakan peringatan King Ho Ping atau Bohto, sebagai upacara puncak mengantarkan roh leluhur kembali ke asalnya.
Peringatan itu dilakukan secara sederhana oleh umat Budha yang datang dari beragam daerah, Jumat (12/8/2022).
Menurut Dewan Pembina Klenteng, Siansu Edhy Subarhi bahwa peringatan King Ho Ping adalah upacara memanjatkan doa seperti yang biasa dilakukan kalan sembahyang pada umumnya. Namun pada upacara kali ini, sekaligus memohon agar Tuhan mengampuni semua dosa yang telah meninggal dunia.
Mereka yang belum mendapat tempat secara baik agar ditempatkan di sisi Tian Yang Maha Agung. Kegiatan tersebut biasa dilakukan di bulan ke tujuh imlek setelah tanggal 15. Kegiatan bisa dilakukan hingga akhir bulan ke tujuh imlek.
“15 Chit Gwee tahun ini jatuh pada 12 Agustus 2022. Ini sekaligus pelimpahan jasa-jasa kepada leluhur. Di samping menyampaikan doa memohon ampunan juga agar semua leluhur yang telah meninggal ditempatkan di sisi Tian Yang Maha Agung," ujar Siansu Edhy Subarhi, Jumat (12/8/2022).
Pada upacara kali ini, jelas Siansu Edhy Subarhi, diawali dengan sembahyang di 9 altar yang berisi sesajen dengan melambangkan lima warna serta samseng tiga binatang darah dan air.
Ada juga kertas-kertas berwarna kuning dengan nama-nama yang telah meninggal yang akan didoakan. Sesajen pada altar tesebut di antaranya adalah buah-buahan yang menunjukan lima warna, merah, hijau, putih, kuning dan cokelat.
Kuning bisa dengan pisang raja, hijau dengan buah jambu pir hijau, putih juga dengan pir putih, merah menggunakan apel, coklat sebagai lambang tanah menggunakan sawe.
"Sedangkan, samseng degan tiga binatang bisa menggunakan daging sapi, daging babi, binatang darat bisa dengan ayam serta binatang air dengan ikan. Selain itu sesajen lainnya adalah lima macam kue hingga manisan," kata Siansu Edhy Subarhi.
Seksi Upacara Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Ika Wartika menambahkan, pada upacara King Ho Ping ini juga ada prosesi membakar replika perahu dan uang.
Ada 100 perahu terbuat dari kertas dan uang dengan jumlah yang sama dan kesemuanya diwadahi karung.
Di samping altar tertulis nama-nama almarhum yang didoakan, nama-nama tersebut ditulis di kertas warna putih merah.
“Perahu ini melambangkan untuk penyeberangan para leluhur, untuk mendapatkan tempat di sisi Tian Yang Maha Agung," jelas dia.
Sedangkan, sesajen lainnya berupa makanan dan kue dengan lima warna sebagai pengenang dan penghormatan bagi arwah umum maupun keluarga. Serta menyajikan minum sebagai simbol jamuan layaknya arwah masih hidup di dunia.