Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Keanekaragaman budaya Indonesia telah tercermin dalam berbagai aspek, termasuk dalam tradisi berbusana seperti baju adat Solo.
Tiap budaya daerah yang berbeda mempengaruhi perbedaan jenis dan tampilan baju adatnya pula, termasuk wilayah Jawa.
Salah satu daerah yang kaya akan warisan budaya dan pakaian adatnya adalah Solo, Jawa Tengah.
Baju adat dari Solo bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga mewakili nilai-nilai historis, identitasdan kearifan lokal.
Setiap baju аdаt mеmіlіkі сеrіtа dаn fungsi khuѕuѕnуа уаng tercermin dаlаm kеkауааn budауа Jаwа. Untuk mengetahui secara lebih detail tentang beberapa baju adat Solo.
Baca: Mengenal Dolomani, Baju Adat Buton yang Dipakai Jokowi pada HUT Ke-77 RI
5 Jenis Baju Adat Solo yang Sangat Tren Tahun 2024
Baju adat Solo telah menjadi tren dan sangat diminati oleh masyarakat umum.
Berikut ini 5 jenis baju adat Solo yang sangat tren di tahun ini, memiliki filosofi, fungsi yang unik dan bisa jadi rekomendasi baju adat untuk Anda.
Basahan atau Baju Dodot
Berdasarkan karya Hanintia Elma Derista dari Program Studi Kriya Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret Surakarta, baju basahan atau yang biasa disebut dengan baju dodot adalah baju adat yang sering dipakai saat upacara pernikahan.
Bahan utama dari baju basahan adalah dodot, yang terbuat dari kain mori.
Pіnggіrаn kain dіbеrі рrаdа еmаѕ dаn di tengah kain tеrdараt kаіn рutіh bеrbеntuk jаjаrаn gеnjаng. Baju basahan biasanya dipakai dengan perlengkapan pelengkapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, yaitu: kuluk mathak, sumping, kalung ulur, keris, roncean melati kolongan keris, gelang, epek, timang, ukup, buntal, dodot alas-alasandan celana cinde.
Sebelumnya, baju basahan hanya dipakai di kalangan Kerajaan Mangkunegaran. Namun, saat ini, baju basahan sudah dapat dipakai oleh seluruh masyarakat.
Surjan: Baju Jas Tradisional Khas Jawa dengan Filosofi Takwa
Surjan adalah baju jas yang terkenal dari Jawa, terbuat dari bahan lurik atau cita dengan garis-garis lurik yang menandakan jabatan pemakainya.
Semakin besar lurik ini, semakin besar jabatan pemakainya.
Surjan sering ditemukan di Surakarta dan Jogja dan biasanya dipakai ketika ada upacara adat dengan blangkon dan jarik.
Surjan menjadi pakaian takwa berdasarkan ayat Al-Quran yang diinterpretasikan oleh Sunan Kalijaga.
Hal ini diharapkan untuk membuat pemakainya tetap mengingat Allah.
Surjan awalnya digunakan oleh para raja-raja Mataram hingga sekarang.
Setiap bagian dari surjan memiliki filosofi mengenai iman dan nafsu manusia.
Sebagai contoh, 6 buah kancing pada bagian leher mewakili rukun iman dalam Islam, sementara kancing pada bagian dada yang terletak di kiri dan kanan menandakan dua kalimat syahadat.
Tiga kancing di bagian dalam dada, yang tak terlihat, mewakili tiga macam nafsu manusia yang perlu dikontrol, yaitu nafsu hewani, nafsu makan dan minumdan nafsu setan.
Surjan adalah baju jas tradisional dengan filosofi yang kuat dan relevan hingga saat ini.
Selain itu, surjan menjadi bagian dari kebudayaan Jawa dan perlambatan tradisinya harus dijaga.
Baju Beskap
Berasal dari istilah Beschaafd dalam bahasa Belanda, yang berarti beradab, beskap adalah jenis pakaian laki-laki tradisional yang berasal dari daerah Jawa, termasuk Solo.
Beskap sering disebut juga sebagai jas tutup karena bentuknya mirip dengan jas konvensional.
Penggunaan beskap biasanya dipergunakan dalam upacara adat dan acara resmi lainnya.
Beskap sering dipadukan dengan jarik, yaitu kain panjang batik yang diikat untuk menutupi kaki.
Beskap pertama kali diperkenalkan sekitar akhir abad ke-18 oleh tradisi Jawa Mataram sebagai pakaian resmi dalam acara-acara penting.
Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan beskap mulai menyebar ke wilayah kerajaan (Vorstenlanden) dan kemudian merambah ke seluruh pelosok Jawa.
Beskap memiliki peran penting dalam budaya Jawa dan telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa.
Selain itu, penggunaan beskap juga menjadi simbol keadilan dan kehormatan dalam masyarakat Jawa.
Jawi Jangkep
Jawi Jangkep adalah pakaian adat tradisional pria yang berasal dari wilayah Jawa Tengah.
Ia terdiri dari beskap berwarna gelap dengan motif bunga emas di bagian tengah dan kerah yang tinggi tanpa lipatan. Selain itu, bagian depan dari beskap yang lebih panjang daripada bagian belakang digunakan sebagai tempat untuk menempatkan keris.
Untuk bawahan, Jawi Jangkep menggunakan kain jarik yang diikat di pinggang.
Ada dua jenis berdasarkan penggunaannya, yaitu warna hitam untuk acara resmi dan warna selain hitam untuk keperluan sehari-hari.
Selain itu, Jawi Jangkep juga memiliki nilai filosofis dan fungsi yang unik.
Fungsinya sendiri adalah untuk menjadi pakaian resmi untuk para pria dalam melakukan upacara adat atau acara resmi lainnya.
Di sisi filosofinya, Jawi Jangkep menjadi pakaian takwa dan memiliki nilai-nilai yang kuat seperti kehormatan, keadilandan kebesaran. Selain itu, warna-warna dan motif yang digunakan pada beskap juga memiliki makna yang unik dan khas Jawa Tengah. Jawi Jangkep menjadi bagian dari kebudayaan Jawa Tengah yang harus dihargai dan dipelihara.
Penggunaan Jawi Jangkep dalam acara-acara resmi dan kehidupan sehari-hari menjadi salah satu bentuk kebanggaan masyarakat terhadap budaya mereka.
Selain itu, Jawi Jangkep juga menjadi simbol kebesaran dan kehormatan para pria yang menggunakannya.
Untuk menggunakan Jawi Jangkep, Anda harus memperhatikan beberapa hal, seperti memilih bahan dan warna yang tepat, menyesuaikan ukuran pakaian dengan tubuh Andadan memperhatikan cara memakainya dengan benar.
Batik
Batik adalah kain bermotif yang telah menjadi kenalan umum di Indonesia dan digunakan oleh pria dan wanita dalam rangkaian acara, dari yang formal hingga casual.
Solo memiliki motif batik tersendiri, yang dapat dilihat pada situs surakarta.co.id.
Baca: Keraton Surakarta: Warisan Budaya Nusantara yang Elegan dan Megah
4 Motif Batik Solo Terpopuler
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa motif batik Solo yang populer.
Motif ini sering dipakai pada upacara pernikahan, khususnya oleh orang tua mempelai.
Motif ini mengandung makna sido yang berarti jadi/menjadidan mukti yang berarti mulia, bahagia atau sejahtera.
Pengantin yang mengenakan motif ini diharapkan dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan baik.
Motif Kawung menggambarkan manusia sebagai pusat yang dipengaruhi oleh empat sumber tenaga alam yang berasal dari empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, baratdan utara.
Motif ini juga membawa simbol untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga hati nurani.
Motif Kawung sering digunakan dalam upacara mitoni, ruwatan, hingga sebagai penutup jenazah.
Motif ini melambangkan ketajaman rasa, pikirdan kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.
Motif Parang juga merupakan simbol pengharapan masa depan yang baik.
Motif ini sering digunakan untuk memperingati kelahiran bayi dan perawatan ari-ari.
Motif Truntum terdapat pada kain yang digunakan untuk menggendong bayi.
Pemakai motif ini diharapkan mampu memelihara cinta untuk kebaikan, serta mendapatkan rasa cinta kasih kepada sesama, alam lingkungandan makhluk ciptaan Tuhan.