Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Megalomania adalah jenis delusi yang dapat menjadi tanda dari beberapa jenis gangguan mental.
Megalomania merupakan sebuah keyakinan dalam diri bahwa dirinya mempunyai kebesaran, keagungan, atau kekuasaan.
Keyakinan ini tidak hanya ditunjukkan dengan sikap sombong, namun juga bagian dari gangguan jiwa.
Orang yang mengalami delusi megalomania akan menganggap dirinya lebih besar dan lebih penting daripada orang lain.
Megalomania merasa yakin dirinya memiliki kekuatan, kekuasaan, kecerdasan, atau kekayaan.
Namun, keyakinan ini sebenarnya salah atau disebut juga waham, tepatnya waham kebesaran.
Pengidap megalomania cenderung mempunyai obsesi dengan kekuasaan.
Menurut sebuah jurnal kesehatan berjudul The Megalomaniac Traits of Personality, dihasilkan fakta bahwa penderita sindrom megalomania cenderung lebih mementingkan diri sendiri.
Bahkan, mereka tidak segan untuk menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk orang-orang terdekatnya hanya demi mendapatkan kekuasaan atau sesuatu yang benar-benar diinginkannya.
Penderitanya juga cenderung memiliki keinginan untuk mendominasi atau bahkan mengeksploitasi lingkungannya dengan berlebihan dan sewenang-wenang.
Mereka yang mengidap sindrom megalomania cenderung memiliki masalah narsisme atau dalam dunia medis disebut sebagai narcissistic personality disorder.
Hanya saja, megalomania bisa membuatnya melakukan tindakan dan cara berpikir yang jauh lebih parah. (1)(2)
Baca: Apa Itu Bipolar ? Gangguan Mental Jadi Salah Satu Bunuh Diri Paling Tinggi di dunia
Gejala
Inilah beberapa adalah gejala megalomania yang sering muncul yang sering Tribunnewswiki himbun dari berbagai sumber:
- Menganggap dirinya selalu benar
- Selalu berusaha untuk membuat orang lain percaya kepada dirinya
- Cenderung menghindar atau marah ketika anggapan orang lain berbeda dengan dirinya
- Menganggap dirinya hebat meskipun sudah terdapat fakta-fakta yang membuktikan sebaliknya
- Sulit untuk akrab dengan orang lain
- Mengalami gangguan delusi yang lainnya
- Merasa dirinya penting.
- Adanya khayalan mengenai sukses yang tidak terbatas, kekuasaan, kecemerlangan, kecantikan, atau cinta yang ideal.
- Kepercayaan bahwa dirinya merupakan individu yang spesial atau istimewa, serta hanya dapat dipahami atau hanya dapat bergaul dengan orang atau institusi lain yang spesial atau berstatus tinggi.
- Kebutuhan akan kekaguman dari orang lain yang berlebihan.
- Merasa memiliki hak lebih.
- Berperilaku suka memanfaatkan atau mengeksploitasi orang lain.
- Kurangnya rasa empati.
- Sering cemburu terhadap orang lain, atau merasa bahwa orang lain memiliki kecemburuan terhadap dirinya.
- Berperilaku sombong dan angkuh.
Lebih lanjut, mereka dengan gangguan megalomania mungkin menunjukkan gejala-gejala berikut:
- Angkuh dan merasa dirinya sangat penting.
- Merasa dapat menyelesaikan masalah apapun yang ada. Sering kali juga berperilaku manipulatif sebagai cara untuk meraih kekuasaan.
- Merasa serba bisa. Terkadang orang dengan megalomania akan berusaha “menguji” orang lain dengan tujuan membandingkan dirinya sendiri dan orang tersebut, namun selalu merasa
- lebih baik dari orang lain.
- Tidak dapat mengakui kesalahan ataupun belajar dari kesalahan.
- Bersifat narsistik dan mementingkan citra diri.
- Kepedulian berlebihan terhadap reaksi orang lain akan perkataan atau perbuatannya. Jika reaksi orang lain negatif, maka orang dengan megalomania akan menganggap bahwa ada masalah pada orang tersebut
- Kesombongan, yang didukung dengan ego yang kuat. Hal ini muncul akibat merasa lebih superior dibandingkan orang lain.
Dilansir dari Healthline, gejala megalomania sedikit sulit untuk dikenali, kecuali jika mengidap jenis gangguan mental yang lainnya.
Orang-orang yang mengalami gangguan megalomania biasanya juga tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitarnya sehingga terkesan seperti menarik diri dari kehidupan sosial. (3)(4)
Penyebab megalomania
Penyebab megalomania sendiri masih tidak diketahui secara pasti.
Tapi, megalomania umumnya tidak muncul sendiri karena dibarengi dengan delusi penganiayaan yang membuat penderita merasa bahwa orang lain akan membahayakan dirinya.
Meskipun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang akan memicu terjadinya megalomania, seperti:
- Stres
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Terdapat riwayat gangguan mental di dalam keluarga
- Ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak
- Pengasingan diri atau tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang lain
Setelah mengenal apa itu megalomania, gejala, serta penyebabnya, melakukan tindakan pencegahan sangat direkomendasikan.
Ketika masalah kesehatan mental ini tidak ditangani dengan baik, megalomania bisa memicu gangguan delusi lainnya, seperti kepribadian ganda atau bipolar dan skizofrenia.(3)
Pengobatan
Banyak penderita megalomania yang tidak paham bahwa dirinya mengalami kondisi ini, bahkan tidak sedikit yang menyangkal keadaannya tersebut.
Seseorang yang menderita megalomania atau jika Anda mengetahui seseorang memiliki ciri-ciri seperti penderita megalomania, maka cara terbaiknya adalah dengan menemui dokter.
Karena menurut Healthline, megalomania yang tidak segera diatasi bisa mengancam nyawa, baik nyawa penderita maupun orang lain.
Penderita megalomania biasanya akan menjalani salah satu atau lebih jenis pengobatan yang disarankan, seperti:
Menurut WebMD, pengobatan medis yang akan diberikan kepada pengidap megalomania adalah pengobatan yang berguna untuk menyeimbangkan suasana hati.
Tetapi, beberapa dokter juga akan memberikan pengobatan medis yang berguna untuk mengatasi gejala psikologi dan depresi tergantung dari keadaan yang ditunjukkan oleh pasien.
Meskipun begitu, WebMD menjelaskan bahwa pengobatan medis tidak akan ampuh dilakukan ketika tidak dibarengi dengan pengobatan lainnya.
Beberapa jenis terapi kesehatan jiwa bisa dilakukan untuk meringankan gejala megalomania dan membantu penderita untuk mengetahui kondisi yang dirasakan tersebut.
Pada umumnya, terapi kesehatan yang dilakukan ini bersamaan dengan pengobatan medis sehingga nilai lebih ampuh untuk mengatasi megalomania.
WebMD menjelaskan bahwa melakukan terapi yang melibatkan obrolan bisa membantu penderita untuk menyadari perilaku megalomania yang dirasakan dan nantinya bisa mengubah perilaku tersebut.
Sedangkan menurut Healthline, melakukan terapi perilaku dianggap bisa meringankan gejala megalomania meskipun hasil akhirnya akan berbeda tergantung dari masing-masing individu.
Penelitian mengenai terapi perilaku juga dilakukan oleh ahli dari Universitas Sheffield yang terbit di Jurnal Clinical Psychology Review pada tahun 2011.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) tidak bisa digunakan dengan baik untuk mengatasi megalomania.
Namun, pengembangan CBT yang dilakukan oleh para ahli tersebut dianggap memberikan hasil yang lebih positif digunakan sebagai pengobatan megalomania.
Meskipun begitu, penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan mengenai pengobatan megalomania menggunakan metode terapi karena sekarang ini sangat sedikit peneliti yang tertarik dengan megalomania itu sendiri.
Megalomania bisa sangat mengancam nyawa jika tidak segera diobati.
Tidak hanya membahayakan bagi penderita saja, namun orang-orang di sekitarnya juga bisa menjadi sasaran.
Jika hal ini terjadi, maka salah satu cara yang bisa digunakan sebagai metode pengobatan adalah pengobatan involunter.
Menurut WebMD, pengobatan involunter sendiri mengacu pada pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan kesukarelaan pasien.
Ada sedikit paksaan yang diberikan, khususnya dari kebijakan negara atau pemerintah lokal, karena muncul hal-hal yang mengancam nyawa dari penderita megalomania.
Pengobatan involunter ini bisa dilakukan dalam waktu yang cukup lama tergantung dari kebijakan yang berlaku. (5)