Profil Hamzah Haz, Mantan Wakil Presiden ke 9 RI yang Meninggal Dunia Karena Faktor Usia

Penulis: Ika Wahyuningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Profil Hamzah Haz, Mantan Wakil Presiden ke 9 RI yang Meninggal Dunia Karena Faktor Usia

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kabar duka kembali enyelimuti Indonesia setelah tersiar kabar wakil presiden ke 9 Hamzah Haz meninggal dunia.

Hamzah Haz meninggal dunia pada Rabu (24/7/2024) hari ini, pukul 09.30 WIB.

Kabar duka itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arwani Thomafi.

"Innalillahi wa inna ilaihi Rojiun. Benar, telah wafat Bapak Dr Hamzah Haz, pagi ini jam 09.30 di kediaman Tegalan," kata Arwani kepada Kompas.com, Rabu.

Arwani mengatakan, jenazah Hamzah Haz akan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di Cisarua, Bogor, pada Rabu siang.

Simak inilah profil Hamzah Haz wakil presiden ke 9 RI yang berhasil Tribunnewswiki rangkum:

Profil Hamzah Haz, Mantan Wakil Presiden ke 9 RI yang Meninggal Dunia Karena Faktor Usia (Kompas)

Hamzah Haz adalah wakil presiden kesembilan Republik Indonesia.

Hamzah Haz lahir pada 15 Februari 1940 di Ketapang, Kalimantan Barat.

Hamzah Haz adalah Wakil Presiden Republik Indonesia kesembilan yang menjabat tahun 2001 bersamaan dengan naiknya Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden.

Dalam kepartaian, Hamzah Haz pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pada Pemilu 2004, Hamzah Haz dicalonkan sebagai calon presiden oleh PPP, berpasangan dengan Agum Gumelar sebagai calon wakil presiden.

Sejak SMP Hamzah sudah aktif berorganisasi. Lulus dari Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas.

Karena aktif berorganisasi sejak SMP, saat kuliah ia juga aktif berorganisasi dengan mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan terpilih menjadi ketua.

Baca: BREAKING NEWS: Eks Wakil Presiden Ke-9 RI Hamzah Haz Meninggal Dunia

Lulus dari SMEA, Hamzah Haz sempat menjadi wartawan di surat kabar Bebas di Pontianak.

Di tengah kesibukannya sebagai wartawan, ia juga mengajar di sebuah sekolah.

Namun ia harus menyudahi pekerjaannya baik sebagai guru maupun wartawan ketika ia harus pindah ke Yogyakarta bersama sang ayah yang merupakan anggota Koperasi Kopra.

Hamzah Haz akhirnya kuliah di Akademi Koperasi Negara di Yogyakarta sampai lulus pada tahun 1965.

Lulus dari Akademi Koperasi Negara, Hamzah Haz pulang ke Pontianak untuk melanjutkan studinya di Universitas Tanjungpura pada 1965.

Di sela kesibukannya sebagai mahasiswa, sejak 1965 sampai 1970, Hamzah Haz juga ditunjuk menjadi Ketua Badan Pemeriksa Induk Koperasi Kopra Indonesia.

Ia juga sempat mengajar di kampusnya sejak 1968 sampai 1971, sebelum akhirnya ia terjun lebih serius ke dunia politik.

Karier politiknya dimulai ketika ia masih aktif mengajar di almamaternya. Di samping mengajar, Hamzah Haz merupakan Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili angkatan 66 di dalam DPRD Kalimantan Barat sampai tahun 1971.

Di samping semua itu, ia juga pernah menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat pada 1971.

Terpilih menjadi Anggota DPR RI, Hamzah Haz kemudian pindah ke Gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta sejak 1971 mewakili Nahdlatul Ulama.

Hamzah Haz terpilih sebagai Anggota DPR RI secara terus menerus selama beberapa periode setelah NU dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melebur menjadi PPP.

Hamzah Haz juga beberapa kali menjadi pengurus PPP, puncaknya ia terpilih sebagai Ketua Umum DPP PPP pada akhir 1998.

Baca: Harta Kekayaan Mahfud MD, Calon Wakil Presiden Ganjar Pranowo yang Capai Rp 29 Miliar

Di tahun yang sama, Hamzah Haz juga menjabat sebagai Menteri Investasi / Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di bawah kepemimpinan Presiden B. J. Habibie yang menggantikan Suharto.

Namun pada 10 Mei 1999, Hamzah Haz kemudian mengundurkan diri dari jabatannya. Alasannya, ia ingin fokus memimpin PPP dalam pemilu 1999.

Ketika Abdurrahman Wahid diangkat menjadi presiden menggantikan B. J. Habibie, Hamzah Haz kembali menduduki kursi menteri. Ia diangkat sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan pada 29 Oktober 1999.

Namun ia hanya menjabat selama 2 bulan. Dia beralasan ingin konsentrasi pada partainya, PPP. Namun beberapa sumber dari istana mengatakan Gus Dur mencoretnya sebagai menteri karena ia telah melakukan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Meski demikian, tidak pernah ada proses investigasi yang dilakukan. Sedangkan Hamzah Haz membantah telah melakukan hal tersebut.

Keluar dari kabinet Gus Dur, Hamza Haz menjadi kritikus yang vokal terhadap pemerintah. Namun di samping itu, ia juga terkenal sebagai politikus yang lihai berkompromi.

Menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di partai terbesar ketiga di parlemen saat itu membuat Hamzah Haz ditunjuk sebagai wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri pada 26 Juli 2001.

Sebelumnya, untuk meraih kursi wakil presiden ia harus bersaing dengan kandidat lain yang juga cukup kuat seperti Akbar Tandjung, Susilo Bambang Yudhoyono, Agum Gumelar, serta Siswono Yudo Husodo.

Sebelum diangkat menjadi wakil presiden, pada 1999 ia pernah mengatakan bahwa tidak ada wanita yang cocok untuk memimpin negara muslim terkemuka di dunia. Namun dua tahun berselang, ia menjadi wakil presiden mendampingi wanita yang ia kritik dua tahun sebelumnya.

Hamzah Haz juga yang menggagalkan diangkatnya Megawati sebagai presiden, padahal partainya keluar sebagai pemenang pemilu saat itu. Hamzah Haz memanfaatkan kekuatan suara muslim untuk menggagalkan Megawati menjadi presiden pada 1999.

Pada Pemilu 2004, Hamzah Haz merupakan salah satu kandidat calon presiden berpasangan dengan Agum Gumelar. Namun diantara lima kandidat, suaranya adalah yang paling buncit, yakni hanya sebesar 3 persen suara saja.

Hamzah Haz juga dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok-kelompok muslim militan. Hal ini dia lakukan untuk mendapat dukungan politik dari mereka.

Hal ini terlihat dari kedekatannya dengan Abu Bakar Bashir, terutama sebelum tragedi bom Bali terjadi. Ia pernah membuat acara terbuka untuk mengundang Bashir makan malam, ia juga mengunjungi pesantren jihadis Bashir di Pondok Ngruki.

Hamzah Haz sempat membantah bahwa Abubakar Bashir terlibat dalam jaringan terorisme, hingga akhirnya pada Oktober 2002 Abubakar Bashir ditangkap.

"Jika Anda ingin menangkap Abu Bakar Bashir," katanya seperti dikutip sebelum penangkapan Bashir, "Anda harus berurusan dengan saya terlebih dahulu,” ujar Hamzah Haz dikutip dari upclosed.com.

Profil Hamzah Haz, Mantan Wakil Presiden ke 9 RI yang Meninggal Dunia Karena Faktor Usia (Tribun Network)

Saat ini Hamzah Haz lebih fokus menikmati masa tuanya bersama keluarga besarnya. Dari 2 orang istrinya, ia memiliki 12 orang anak dan 30-an orang cucu.

Berikut adalah jenjang karier Hamzah Haz dikutip dari situs Perpustakaan Nasional:

1. Guru SM Ketapang (1960-1962)

2. Wartawan suratkabar Bebas, Pontianak, Kalimantan Barat (1960-1961)

3. Pimpinan Umum Harian Berita Pawau, Kalimantan Barat

4. Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, (1962)

5. Ketua Badan Pemeriksa Induk Koperasi Kopra Indonesia (1965-1970)

6. Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak (1968-1971)

7. Asisten Dosen di Universitas Tanjungpura Pontianak (1968-1971)

8. Anggota DPRD Tingkat I Kalimantan Barat (1968-1971)

9. Anggota DPR RI (1971-2001)

10. Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (1998-1999)

11. Wakil Ketua DPR (1999-2001)

12. Menko Kesra dan Taskin (1999)

13. Wakil Presiden RI (26 Juli 2001-2004)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaa)



Penulis: Ika Wahyuningsih
BERITA TERKAIT

Berita Populer