Hal tersebut diungkapkan oleh Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol M Syahduddi.
Sekitar dua tahun lalu, Galang memendam cinta ke cucu MS, yakni A.
Saat itu, A bekerja di salah satu toko emas di Pasar Kedoya.
Sementara Galang diketahui bekerja sebagai petugas keamanan di pasar yang berlokasi di Jakarta Barat itu.
Suatu hari, Galang berkunjung ke rumah A yang juga merupakan kediaman MS.
Dalam kunjungan itu, Galang merasa dirinya mendapatkan sambutan kurang baik dan direndahkan oleh MS.
“(Katanya), saya hanya merasa direndahkan, merasa sakit hati karena ketika saya berkunjung mendapatkan perlakuan yang menurut dia kurang pas,” ungkap Syahduddi dalam jumpa pers di Polres Metro Jakarta Barat, Kamis (24/5/2024), dikutip dari Kompas.com.
“Seperti contoh, ketika dia datang, korban tidak menyapa atau cenderung mendiamkan pelaku. Sehingga pelaku merasa sakit hati,” lanjutnya.
Sejak pertemuan itu, Galang memendam rasa sakit hati dan mulai merencanakan pembunuhan terhadap korban.
Dari hasil pemeriksaan, alasan Galang baru melancarkan aksinya setelah dua tahun memendam amarah agar warga di lingkungan rumah korban tidak lagi mengenali wajahnya.
“Dengan adanya motif ini dapat kita sampaikan bahwa terjawab bahwa pembunuhan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan unsur SARA (suku, ras, dan antargolongan). Murni kepada urusan pribadi, itu dendam pelaku terhadap korban,” pungkas Syahduddi.
Atas perbuatannya tersebut, Galang dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan atau Pasal 340 KUHP dan atau Pasal 351 Ayat (3) KUHP.
Diberitakan, seorang lansia yang merupakan imam mushala di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, berinisial MS (71) ditusuk oleh orang tak dikenal (OTK), Kamis (16/5/2024).
Penusukan tersebut terjadi saat korban sedang mengambil wudhu untuk melaksanakan salat subuh.
Setelah insiden tersebut, pelaku langsung kabur.
Kemudian, warga yang mengetahui MS bersimbah darah langsung membawa korban ke Rumah Sakit Graha Kedoya, Jakarta Barat.
Baca: Kronologi Neneng Komala Dewi Rekam Anak Hubungan Badan dengan Pacar, Usai Hamil Diminta Digugurkan
Sayang, nyawa korban tidak tertolong.
MS kemudian mengembuskan napas terakhir saat penanganan dokter.
Seorang tukang soto berinisial NA (28) terlibat dalam pembunuhan AH (32), pria yang jasadnya ditemukan terbungkus sarung di Pamulang, Tangerang Selatan.
Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Titus Yudho Uly menjelaskan, NA terlibat dalam kasus ini karena rasa sakit hati.
"Kenapa dia sakit hati? Karena dia mau ngutang rokok enggak dikasih," tutur dia ketika dikonfirmasi, Senin (13/5/2024), dikutip dari Kompas.com.
AH punya toko kelontong yang beroperasi 24 jam di Kampung Dukuh, Ciputat.
Sekitar empat bulan lalu, dirinya mengajak keponakannya dari Sumenep, Jawa Timur, FA (23), untuk membantunya.
Di depan warung AH ada lapak soto milik NA.
Titus mengungkapkan, NA sering berutang.
Hanya saja, pada Jumat (10/5/2024), permintaannya ditolak korban.
Karena kesal, NA memprovokasi FA yang sudah sakit hati karena sering ditegur untuk "menghabisi" korban.
"Dia juga yang memberikan saran (ke pelaku utama), 'udah, abisin'," kata Titus.
Kendati terlibat dalam pembunuhan AH, NA bukanlah pelaku utama karena perannya hanya membantu.
Pada Jumat sore, setelah FA menghabisi nyawa pamannya, NA membantu membersihkan bekas darah korban.
NA lalu membeli karung untuk memasukkan jasad korban yang telah dibungkus sarung.
"Lalu membantu mengangkat jenazah ke karung untuk dibuang," ucap Titus.
Diberitakan, sesosok mayat ditemukan di permukiman warga di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (11/5/2024) pagi.
Jasad tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang warga bernama Karsit sekitar pukul 05.30 WIB.
Korban ditemukan posisi terbungkus kain sarung berwarna biru.
Mulanya, ia mengira jasad itu adalah sampah yang dibuang oleh orang tak bertanggung jawab ke perumahan warga.
Ia baru mengetahui isi dalam kain itu adalah mayat setelah mendengar cerita dari warga.
Ada luka sayatan pada tubuh AH.
Leher korban juga hampir putus karena digorok.
Selain itu, ada luka bacok pada tangan kiri korban, jari manis pada tangan kanannya putus, dan jari kelingking hampir putus sebelah.
Baca: Rekonstruksi Pembunuhan Mahasiswi Depok, Argiyan Arbirama Cekik-Paksa Korban Hubungan Badan
Jasad seorang wanita berinisial J ditemukan di Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (14/4/2024).
Jasad J ditemukan di timbunan area rumah korban di Jalan Kandea 2, Bontoala dalam kondisi hanya tulang belulang.
Terungkap, J sudah tertimbun sejak 2018 atau enam tahun yang lalu.
Ternyata, J dibunuh oleh suaminya sendiri, yakni H.
H sendiri telah mengakui perbuatan kejinya tersebut.
Mengutip Tribun-Timur.com, H yang memiliki dua anak ini tega membunuh istrinya lantaran dilanda cemburu buta.
Dirinya cemburu terhadap istrinya yang ia curigai sempat bertemu dengan mantan pacarnya.
Korban kala itu tak mengakui semua tuduhan yang dilontarkan H.
Keduanya terlibat cekcok karena masalah ini.
Hingga berujung H melakukan penganiayaan terhadap J.
"Saya curigai ketemu sama mantan pacarnya di Lorong 1 saya tanya tapi dia tidak mau mengaku," kata H seusai ditangkap.
H mengaku menganiaya korban dengan memukul bagian tubuh korban menggunakan balok kayu.
"Saya pukul pakai tangan di (bagian) dada dan perut. Saya lupa bulan berapa, kira -kira 2018,"
"Saya juga pukul pakai (balok) kayu di bagian kepala, saya lupa berapa kali," bebernya lagi.
Mengetahui istrinya sudah meninggal dunia, H kemudian membawa jasad korban ke bagian belakang rumah.
Di belakang rumah tersebut terdapat kubangan tanah yang digunakannya untuk mengubur mayat korban.
H lalu menutupinya menggunakan semen.
"Saya taruh di belakang rumah, saya timbun pakai pasir, kasi semen diatasnya tidak cor,"
"Tidak (saya gali), sudah ada memang kubangannya di situ, tanah kosong memang di belakang (rumah), ada lobang," sambungnya.
Kasus yang tertutup rapat selama enam tahun ini pun terungkap lantaran VI (17), anak sulung pelaku dan korban melaporkan ayahnya ke polisi atas kasus pembunuhan tersebut.
Kompas.com memberitakan, saat pembunuhan terjadi, VI masih duduk di bangku sekolah dasar.
Seingat VI, ibunya dianiaya oleh ayahnya hingga alami luka di bagian wajahnya.
"Waktu itu saya masih kelas IV SD. Sepulang sekolah saya melihat mama saya terbaring di lantai, saya hampir tidak mengenalinya karena wajahnya sudah bengkak," kata VI di hadapan penyidik di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (13/4/2024) malam.
Berselang dua hari, VI melihat ibunya sudah terbaring di lantai tak sadarkan diri setelah ia pulang sekolah.
"Dua hari kemudian setelah pulang sekolah, saya masih melihat mama saya terbaring di tempat yang sama," ujarnya.
Kemudian, VI melihat ayahnya membawa korban ke belakang rumah.
Pelaku meminta VI untuk berbohong apabila ada yang bertanya semen itu untuk apa.
"Kemudian memberitahukan kepada saya kalau ada yang bertanya semen itu untuk apa, saya harus jawab untuk membuat kolam ikan," ucapnya.
VI mengaku, ia dan adiknya yang saat itu berusia lima tahun untuk berbohong apabila ada yang menanyakan keberadaan ibunya.
"Bapak saya kemudian mengajari saya dan adik saya yang waktu itu masih berumur 5 tahun,"
"Kalau ada yang bertanya mama kamu ke mana, sampaikan bahwa mamamu pergi entah ke mana," tuturnya mengikuti perkataan pelaku.
Dari pengakuan VI tersebut lah, kasus pembunuhan ini terbongkar dan pihak kepolisian bisa menangkap H.