Mbah Benu yang bernama asli KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo tersebut menjelaskan maksudnya tentang telepon Allah yang sampai saat ini viral.
Mbah Benu kini mengklarifikasi ucapan "teleppon Allah" tersebut.
Mbah Benu mengatakan, sebenarnya apa yang disampaikannya tersebut merupakan sebuah istilah, bukan dalam arti sebenarnya bahwa dirinya benar-benar menelepon Allah.
"Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah. Dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT." ucap Mbah Benu.
Mbah Benu meminta maaf jika pernyataan yang ia ucapkan sudah menyinggung pihak lain.
"Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terima kasih," tambah Mbah Benu.
Daud Mastein, Putra kelima Mbah Benu, mengungkapkan bahwa pernyataan sang ayah adalah sebuah kiasan semata.
Mbah Benu, lanjut Daun Mastein, mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir serta kedatangan bulan Syawal.
"Ya ngaji, ya amalan dan itu merupakan salah satu karomahnya beliau," ungkap Daud.
Anak Mbah Benu ini [un menyadari pernyataan sang ayah sudah menimbulkan kegaduhan dari pihak-pihak yang menelannya mentah-mentah.
Daud mewakili keluarga dan seluruh Jamaah Masjid Aolia tetap menyampaikan permintaan maaf.
Baca: Apa Itu Jemaah Aolia? Warga Gunungkidul Sudah Salat Idul Fitri di Hari Jumat, Ternyata Ini Alirannya
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah menimbulkan kegaduhan, mari kita tetap jaga kerukunan antarsesama," kata Daud.
Sementara, Sutarpan, Lurah setempat,mengutarakan aktivitas puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia itu sudah dilakukan sejak dulu.
Sutarpan menjelaskan , warganya sudah terbiasa dengan penetapan hari raya idulfitri lebih awal yang ditentukan oleh jemaah Aolia.
"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," papar Sutarpan, dilansir dari dilansir dari TribunJogja.com.
Sutarpan mengklaim, selama ini hubungan antara jemaah Aolia dan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis.
Warga saling memahami.
"Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu,"lanjut sutarpan..
Sutarpan mengatakan, hubungan harmonis antar warga tersebut bisa dilihat ketika perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sebelumnya, Mbah Benu juga sudah menjelaskan soal keputusan menetapkan lebaran Idul Fitri pada hari Jumat 5 April 2024.
Mbahk Benu menyebutkan penetapan tanggal lebaran tersebut berdasarkan keyakinan dari perjalanan spiritualnya.
Baca: Prediksi Idul Fitri 1445 H, Sidang Isbat Bakal Digelar pada 9 April 2024
Bahkan Mbak Benu juga membongkar cara dirinya menentukan jatuhnya 1 Syawal 1445 Hijriah.
"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini tapi tersebar di seluruh Indonesia," kata Mbah Benu dalam bahasa Jawa yang terekam di sebuah video yang viral di media sosial..
"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Taala, Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah Taala bilang, tanggal 5 Jumat, lah makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya gusti Allah," papar Mbah Benu.
Seperti yang diketahui, Jemaah Masjid Aolia di Gunung Kidul, Yogyakarta menjadi sorotan lantaran telah melaksanakan salat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024).
Masjid Aolia yang telah melaksanakan Salat Idul Fitri tersebut berada di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.
Tak hanya perbedaan perayaan Idulfitri, sebelumnya jemaah Aolia juga melaksanakan ibadah puasa lima hari lebih cepat pada 7 Maret 2024 dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.
Anwar Abbas, Wakil Ketua MUI, mengatakan perayaan Idulfitri yang lebih awal dilakukan oleh ratusan jemaah Aolia merupakan keyakinan mereka dan harus dihormati.
"Itu keyakinan mereka dan kita harus hormati," ujarnya kepada Tribunnews.com, Jumat (5/4/2024) malam.
Sedangkan terkait pernyataan Mbah Benu yang menelepon Allah, Ketua MUI Asrorun Ni'am menilai pernyataan itu adalah sebuah kesalahan sehingga perlu diingatkan.
"Kasus di sebuah komunitas di Gunungkidul itu jelas kesalahan, perlu diingatkan. Bisa jadi dia melakukannya karena ketidaktahuan, maka tugas kita memberi tahu, kalau dia lalai, diingatkan," kata Ni'am kepada wartawan, Sabtu (6/4).
Ni'am memandang praktik agama tersebut bisa dikatakan menyimpang jika dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh. Menurutnya, jika mengikuti praktik tersebut hukumnya haram.
"Kalau praktik keagamaan itu dilakukan dengan kesadaran dan menjadi keyakinan keagamaannya, maka itu termasuk pemahaman dan praktik keagamaan yang menyimpang, mengikutinya haram," ujarnya.
Baca: Resep Opor Ayam, Hidangan Makan Besar Bersama Keluarga saat Hari Raya Idul Fitri
Ni'am menyampaikan puasa termasuk dalam ibadah mahdlah. Penentuan awal dan akhir ibadah telah ditetapkan oleh syariah. Menurutnya, Pelaksanaannya mesti berlandaskan ilmu agama serta keahlian.
"Tidak boleh hanya didasarkan pada kejahilan. Bagi yang tidak memiliki ilmu dan keahlian, wajib mengikuti yang punya ilmu dan keahlian. Tidak boleh menjalankan ibadah dengan mengikuti orang yang tak punya ilmu di bidangnya," katanya.
Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul, Yogyakarta, sedang viral karena melaksanakan salat Idul Fitri 2024 lebih awal.
Belakangan dikethaui, pentolan atau pimpinan Jemaah Masjid Aolia ternyata bernama KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu.
Bahkan, Mbah Benu mengaku sudah ditelepon oleh Allah untuk lebaran lebih cepat.
Meski belum ditetapkan secara langsung oleh Kementrian Agama Republik Indonesia, Jamaah Masjid Aolia, Gunung Kidul, Yogyakarta sudah merayakan
Para Jamaah Masjid Aolia berbodong-bondong melaksanakan sholat idul fitri pada Jumat (5/4/2024).
Saat dimintai keterangan, dari video yang banyak beredar, Mbah Benu, Imam di Masjid Aolia tersebut mengaku menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1445 H, usai melakukan telpon langsung dengan Tuhan.
“Tidak pake perhitungan, saya telepon langsung kepadda Allah Ta’ala,” ujarnya.
Dalam panggilan tersebut, pria paruh baya itu mengaku mendapatkan perintah langsung untuk merayakan lebaran pada Jumat (5/4/2024).
“Ya Allah kemaren tanggal 4 malam 4 ya Allah ini sudah 29 satu syawalnya kapan? Allah Ta’ala ngediko tanggal 5,” jelasnya lebih lanjut.
Terlihat dalam video tersebut sejak pagi hari para warga sudah berkumpul di Masjid dengan baju serba putih.
Walau mayoritas umat muslim masih melaksanakan puasa, para Jamaah Masjid Aolia sudah terlebih dahulu berlebaran.
Sosok pimpinan masjid Aolia ini pun sontak jadi sorotan publik, bahkan tak sedikit yang penasaran dengan sosoknya.
Lantas, seperti apa sosok Mbah Benu?
Baca: Resep Kue Kering Khas Lebaran: Ada Lidah Kucing, Nastar, hingga Kastangel
Pimpinan jamaah masjid Aolia ini bernama K H Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu yang disebut sebagai Mursyid atau guru.
Jamaah Masjid Aolia adalah jamaah yang menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah.
Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunah Nabi dan sunah khulafaurrasyidin setelahnya.
Perlu diketahui, jamaah masjid aolia sering berbeda dengan pemerintah maupun organiasasi keagamaan Islam dalam penentuan hari besar.
Dikutip dari Kompas.com, para jamaah mendengarkan khotbah dari Mbah Benu usai menunaikan ibadah salat Ied.
Setelahnya, para jamaah secara bergantian bersalaman dengan Mbah Benu, ada pula yang langsung pulang ke rumah masing-masing.
Mbah Benu menyampaikan pesan agar masyarakat tetap rukun dan saling menjaga toleransi di tengah banyaknya perbedaan.
"Pesannya saling rukun, jaga kesatuan dan persatuan. Jangan menyalahkan orang, ya kalau disalahkan salah, kalau benar malah dia yang untung kita yang jadi tertuduh," kata Mbah Benu, dikutip dari kompas.tv.
Ia mengatakan toleransi merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesatuan dan persatuan harus terus dijaga.
"Tadi khotbah saya, jangan jadi jangkriknya setan, manusia dengan manusia mau diadu. Jangan mau. Hancur Indonesia kalau saling bermusuhan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Gunungkidul, Sya’ban Nuroni mengatakan pihaknya sudah mendengar informasi mengenai jemaah Masjid Aolia yang menggelar salat Idul Fitri.
Sya’ban menilai hal ini sebagai suatu masalah.
Menurutnya, pihaknya akan melakukan pendekatan agar jemaah Aolia dapat mengikuti organisasi keagamaan pada umumnya atau pemerintah.
"Kalau ini kan tidak lazim. Kalau (penentuan hari raya Idulfitri beda) satu atau dua hari, biasa. Kalau ini kan lima hari, tidak lazim," ucap Sya’ban.
Upaya ini dilakukan agar keyakinan seseorang atau kelompok tidak menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat.
Baca berita terkait di sini