Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Suku Mante adalah salah satu suku paling misterius di Indonesia.
Suku Mante adalah suku yang berasal dari Provinsi Aceh, Indonesia.
Suku Mante merupakan salah satu etnik yang disebut-sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh.
Suku Mante terkenal misterius dan jarang diketahui dunia luar karena suku ini tinggal di daerah terisolasi dan sulit dijangkau.
Tempat tinggal suku Mante berada di tengah hutan Aceh.
Keberadaan Suku Mante sudah sering disaksikan oleh orang-orang Aceh terutama saat sedang di hutan belantara.
Diklaim manusia purba, Suku Mante mempunyai bahasa sendiri dalam berinteraksi dengan sesama anggota suku.
Bahasa Mante hanya diketahui oleh sesama Suku Mante.
Tak hanya itu saja, bahasa isyarat dominan dipakai suku Mante sehari-hari.
Suku Mante dikenal Omnivora atau pemakan segalanya.
Jadi Suku Mante mengonsumsi hewan, tumbuhan, biji-bijian, juga buah yang didapat dari alam.
Suku Mante tidak punya rumah permanen.
Suku misterius ini memilih gua sebagai tempat berlindung.
Sehari-harinya, Suku Mante hidup nomaden alias berpindah-pindah.
Suku Mante melakukan aktivitas di gua layaknya manusia normal.
Kebanyakan aktivitas Suku Mante dihabiskan di gua untuk mendapatkan makanan.
Baca: Suku Dayak
Baca: Suku Baduy
Berdasarkan cerita hikayat, suku Mante pernah ditangkap pada masa Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah (1514-1530).
Dua orang Mante ditangkap saat itu, diduga adalah sepasang suami istri.
Setelah ditangkap mereka tidak mau bicara atau makan dan memilih mati kelaparan.
Sultan Ali Mughayat Syah menyesal dan menangisi kematian dua Mante ini dan mengeluarkan maklumat kepada rakyat Aceh untuk tidak menganggu mereka apabila bertemu. (1)(2)(3)(4)
Asal Usul
Suku Mante masih tetap misterius.
Kata Mante sebenarnya dibaca Mantir.
Menurut sejarah, kebudayaan ini merupakan cikal bakal munculnya rakyat Aceh sekarang ini.
Konon, Mante adalah nenek moyang orang Aceh yang sekelas dengan Suku Lanun, Senoi, Jakun, Sakai, dan juga Semang yang ada di Aceh.
Suku-suku tersebut merupakan keturunan Melayu Proto.
Suku Mante diklaim sudah ada sejak zaman Kerajaan Aceh dulu kala.
Suku Mante juga disebutkan masih satu garis keturunan dengan Suku Melayu.
Suku Mante lalu dianggap manusia purba karena keberadaannya hampir tidak terlihat ratusan tahun lamanya.
Bahkan, ahli menganggap Suku Mante sudah punah.
Mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul De Atjehers.
Dr Snouck Hurgronje mengartikan Mante adalah istilah untuk tingkah seseorang yang bodoh dan kekanak-kanakan.
Dr Snouck Hurgronje sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan Suku Mante.
Dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan.
Sedangkan dalam kamus Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan sebagai kelompok suku terasing.
Dalam bukunya, Snouck menggambarkan bagaimana awal mula suku ini ditemukan.
Pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap lalu dibawa ke hadapan Sultan Aceh.
Suku Mante tidak mau berbicara, makan, maupun minum hingga akhirnya mati.
Sampai hari ini tak ada yang mampu mengonfirmasi kebenaran cerita tersebut tentang keberadaan Suku Mante.
Sedangkan menurut arkeolog dan sejarawan, Suku Mante ini berasal dari belantara hutan Jantho di Kabupaten Aceh Besar.
Setelah agama Islam memasuki wilayah ini, beberapa dari mereka ada yang ikut memeluk agama Islam, sementara yang lainnya melarikan diri.
Keberadaan Suku Mante diperkirakan tersebar di sejumlah belantara hutan-hutan Aceh, seperti di Kecamatan Tangse dan Geumpang di Kabupaten Pidie.
Sampai kelompok ini tersebar ke beberapa wilayah lain yang jauh dari penduduk.
Selain itu, ada asal-usul lain yang menggambarkan Suku Mante adalah etnis yang disebutkan dalam legenda rakyat.
Suku Mante sama seperti suku lainnya seperti Lanun, Sakai, dan sebagainya sebagai pembentuk Suku Aceh yang dikenal sekarang. (1)(2)
Baca: Suku Sunda
Baca: Keliru Sajikan Menu Nasi Ambeng, Restoran di Singapura Dikecam Diaspora Suku Jawa
Ciri Fisik
Masyarakat Suku Mante dipercayai masih bertahan hidup di kawasan hutan.
Namun jumlah Suku Mante tinggal sedikit.
Fakta unik suku Mante adalah mereka berkulit cokelat dan memiliki tubuh yang pendek, tingginya kurang lebih hanya 1 meter.
Rambut Suku Mante lurus bahkan ada yang panjang hingga ke punggung.
Suku Mante terkenal sangat gesit dan lincah berlari.
Suku Mante berkomunikasi menggunakan bahasa tersendiri. Me
Suku Mante diduga tidak bisa berbahasa Aceh, walaupun pada mulanya Suku Mante berasal dari hutan Jantho, Kabupaten Aceh Besar.
Suku ini suka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Suku Mante biasanya tinggal di gua-gua dan memakan apa saja yang disediakan oleh alam.
Gua tempat tinggal suku Mante adalah Gua Beye, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu dan Jambur Simpang.
Jika suku Mante tidak sengaja bertemu dengan manusia biasa, mereka akan ketakutan dan langsung melarikan diri.
Dalam hidupnya, suku Mante dikenal sebagai omnivora alias pemakan segalanya. Dengan kata lain mereka mengkonsumsi hewan, tumbuhan, biji-bijian, dan buah-buahan yang diperoleh dari alam.
Harian Kompas sempat menulis artikel mengenai keberadaan suku tersebut pada 18 Desember 1987 dengan judul Ditemukan Lagi, Suku Mante di Daerah Pedalaman Aceh.
Seorang pawang hutan, Gusnar Effendy, menemukan Suku Mante hidup di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur. Ia mengaku pernah bertemu dengan suku tersebut di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib di Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Diduga, Suku Mante berjumlah lebih dari 50 jiwa.
“Umumnya tinggal di gua-gua, celah gunung. Kalau siang hari berada di alur-alur sungai dalam lembah,” demikian pengakuan Gusnar. Beberapa gua yang kerap ditinggali suku ini antara lain Gua Bete, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu dan Jambur Situpang.
Berbeda dengan manusia kebanyakan, orang Mante digambarkan bertubuh kerdil dengan kisaran tinggi badan sekitar satu meter. Rambut mereka terurai sangat panjang. Mereka beraktivitas dalam keseharian dengan kondisi bertelanjang.
Kendati begitu, mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah persegi dengan dahi sempit. Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek. Konon, suku ini merupakan etnis terawal yang membentuk suku lain di Aceh.
Seperti dikisahkan oleh pemotor tadi, suku ini sangat andal berlari. Kecepatannya digambarkan ibarat mobil balap sehingga tidak terendus keberadaannya oleh manusia di masa kini. (1)(5)
Baca berita terkait di sini