Untuk diketahui, saat berpuasa, umat muslim tidak hanya menahan dan lapar saja, tapi diharuskan juga menahan nafsu, termasuk perkataan.
Namun, ada hal-hal yang perlu diperhatikan yang membuat puasa rusak dan tak sempurna.
Hal tersebut termasuk menjaga perkataan.
Menjaga perkataan mengacu pada hal untul menghindari ghibah atau membicarakan orang lain saat berpuasa.
Ghibah ketika berpuasa mungkin masih bisa ditahan, namun di zaman media sosial, mungkin secara tidak sadar tetap berghibah waaupun tak secara langsung.
Terkait hal tersebut, bagaimana hukumnya jika orang berpuasa tapi tetap ghibah?
Dr. H. Abdul Matin bin Salman, M.Ag menjawab pertanyaan Tribunners dalam acara Tanya Ustaz di kanal YouTube Tribunnews.com, Selasa (21/4/2020).
Sebelumnya, dosen IAIN Surakarta tersebut menerangkan jika puasa tidak hanya sekadar menahan lapar, dahaga, dan syahwat semata, tapi juga menjaga lisan.
"Pada dasarnya puasa menahan dari segala hal yang dilarang agama. Puasa bukan sekedar menahan lapar, dahaga dan syahwat tetapi juga menjaga lisan kita," ujar Ustaz Abdul Matin.
Bentuk menjaga lisan yaitu menjauhi ghibah selama berpuasa.
Ustaz Abdul Matin tak lupa menyebutkan hadist yang terkait dengan ghibah.
"Ghibah adalah menyebutkan, menceritakan apa yang senyatanya terjadi kepada orang lain meski kejadian itu adalah faktual tetapi yang bersangkutan tidak suka apabila keburukannya diungkapkan kepada orang lain," terang Ustaz Abdul Matin.
Akan tetapi, dia berpendapat di zaman media sosial seperti sekarang ini, ghibah bukan hanya melalui lisan secara langsung namun juga bisa dilakukan melalui media sosial.
Baca: Adik Perempuan Kim Jong Un Diperkirakan Akan Dapat Menggantikan Posisi Sang Kakak di Korea Utara
"Saat ini dalam rangka menjaga puasa kita apalagi di zaman saat ini ghibah atau menggunjing orang lain tidak hanya melalui lisan tapi bisa melalui Whatsapp, Instagram, Facebook, Telegram aplikasi lain dalam rangka menyebarkan hoaks atau bahkan menyebarkan keadaan yang nyata terjadi dan hal tersebut tidak disukai oleh kelompok atau individu tertentu," terangnya menjelaskan.
Dia juga mengambil contoh tentang bentuk ghibah dalam bermedia sosial yaitu menyebarkan informasi palsu atau hoaks pada orang lain.
"Karena itu jika dalam keadaan puasa berhati-hatilah mengeshare dan dalam kategori ghibah. Saat ini banyak sekali bermunculan cerita yang bersumber dari berita palsu," sambungnya.
Ustaz Abdul Matin mengingatkan, ghibah tidak hanya soal membagikan keburukan orang lain, tapi juga berita faktual mengenai orang lain namun yang bersangkutan tidak suka jika fakta itu disebarkan.
"Jangankan berita palsu dalam Islam menceritakan berita yang sesungguhnya terjadi tapi tidak disukai oleh kawan kita ketika menceritakan kejadian yang sesungguhnya," jelasnya.
Ustaz Abdul Matin menjelaskan, berghibah saat berpuasa tidak akan membatalkan puasa, namun membatalkan pahala puasa.
"Dalam Islam ketika seseorang menjalankan ibadah puasa lalu melakukan perbuatan ghibah yang menurutnya menceritakan kejadian sesungguhnya tapi dalam Islam ghibah dilarang. Puasanya benar, puasanya sah hanya saja pahalanya menjadi batal," terangnya.
Saat seseorang berghibah puasanya terhitung sah, tapi tidak mendapatkan pahalanya.
"Dia sah menjalankan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari tapi pahalanya tidak mendapatkan apapun," imbuhnya.
Karena, ghibah merusak amalan seseorang selama berpuasa.
Ustaz Abdul Matin memberikan sebuah hadist mengenai tak sempurnanya amalan puasa akibat ghibah.
"Barang siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan palsu, meskipun tidak dengan perkataan tapi tulisan. Dan dia tidak mampu meninggalkan perbuatannya itu maka tidak ada kepentingan dan kebutuhan bagi Allah orang itu untuk menjalankan ibadah puasa," terangnya.
Ustaz Abdul Matin mengharapkan umat Islam bisa melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan mampu menahan diri dari segala godaan dalam penutupannya.
"Mudah-mudahan dapat menjalankan ibadah puasa tidak hanya menahan lapar tapi juga menahan syahwat lisan, syahwat tangan untuk mengetik berita yang menyakiti teman kita meski itu adalah cerita nyata," tandasnya.
Ketika melaksanakan puasa Ramadhan, umat muslim tak hanya menahan lapar dan dahaga saja, tapi ada beberapa kebiasaan positif yang ternyata tidak baik untuk dilakukan.
Apabila hal tersebut dilakukan, yang didapat bukanlah pahala, tapi hanya kesia-siaan belaka.
Kebiasaan positif apa yang sebaiknya tak dilakukan ketika berpuasa?
Kebiasaan tersebut adalah menjaga kebersihan mulut.
Menjaga kebersihan mulut merupakan kegiatan yang positif.
Akan tetapi ketika sedang berpuasa, ada baiknya, menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi, berkumur dan siwakan tidak dilakukan.
Ketika sedang puasa, membersihkan gigi dan mulut telah ditentukan waktunya.
Membersihkan gigi dan mulut di siang hari sebaiknya tak dilakukan karena makruh hukumnya.
Hukum bersiwak atau berkumur ketika puasa termasuk makruh sebab menyalahi yang utama.
Utamanya yaitu mendiamkan mulut walaupun aromanya kurang sedap.
Niscaya, aroma ini disukai Allah di hari Kiamat kelak.
Oleh karena itulah berkumur dan sikat gigi ketika berpuasa harus diatur waktunya.
Umat muslim bisa melaksanakannya sebelum zhuhur tiba demi mengejar keutamaan.
Lebih baik lagi jika menjaga kebersihan mulut sebelum jatuh waktu imsak.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul ,"Membicarakan Orang di Media Sosial saat Ramadan Bikin Batal Puasa? Ini Penjelasannya"