Kolak adalah makanan asal Indonesia berbahan dasar pisang atau ubi jalar yang direbus dengan santan dan gula aren.
Kolak yang juga disebut kolek ini dikenal sebagai hidangan khas Ramadan lantaran pasti muncul saat bulan puasa tiba.
Biasanya, kolak terbuat dari pisang atau biji jalar.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kolak bisa dibuat dengan bahan dasar yang lain.
Bahan-bahan lain tersebut di antaranya biji salah, durian, labu, terigu, tapai, hingga kolang-kaling.
Hidangan kolak memiliki sejarah panjang di Indonesia, bermula sebagai alat penyebaran agama hingga sebagai media pendekat diri dengan Tuhan.
Baca: 5 Cara Ampuh Khatam Alquran dalam 30 Hari Selama Bulan Ramadhan
Kolak biasanya disajikan sebagai makanan pembuka atau takjil saat waktu berbuka puasa telah datang.
Isian kolak sendiri biasanya terdiri dari buah pisang, ubi, tapai, kolang-kaling dengan ditambah kuah gula santan.
Dibalik hidangan manis dan gurih bernama kolak ini ternyata terdapat makna filosofis.
Makna filosofis tersebut juga berkaitan dengan nilai-nilai agama.
Mengutip wartakota.tribunnews.com, berikut arti kolak dalam agama:
Menurut sejarah, dikatakan bahwa para wali-lah yang memperkenalkan kolak.
Selain menawarkan khazanah kuliner baru, para wali juga menginginkan agar masyarakat belajar nilai yang terkandung dalam makanan ini.
Kolak berasal dari kata khala dalam bahasa Arab yang berarti kosong.
Baca: Kolak Pisang
Maknanya adalah, kita sebagai manusia harus selalu bertaubat kepada Alloh agar kosong dari dosa.
Menurut para wali, sebaik-baiknya akhir hidup manusia adalah apabila kita meninggal dengan kekosongan dosa.
Selain ‘khala’, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kolak berasal dari kata ‘kholaqo’yang juga bahasa Arab dan bisa diturunkan menjadi ‘kholiq’ yang artinya mencipta.
Secara tersirat kolak menganjurkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, yakni Allah.
Dalam kolak kita bisa menemukan banyak jenis isian, seperti pisang dan ubi.
Ubi menjadi salah satu bahan utama yang tidak pernah tertinggal dalam hidangan kolak.
Mengapa demikian?
Menurut orang Jawa, ubi masuk dalam jenis makanan polo pendem atau yang tumbuh di bawah tanah.
Artinya, ketika menyantapnya, kita harus ingat bahwa suatu saat kita pasti akan seperti ubi.
Baca: Resep Es Kolak, Isian Komplet, Cocok Disajikan untuk Takjil Buka Puasa
Manusia pada hakikatnya akan sama seperti ubi, yakni dikubur di dalam tanah.
Para wali menganjurkan adanya pertaubatan di setiap sendok kolak yang kita makan.
Pasalnya, kematian mungkin saja akan datang semudah kita menyantapnya.
Selain ubi, pisang juga menjadi makanan yang selalu ada dalam kolak.
Dari sekian banyak jenis pisang, pisang kepok lah yang terpilih menjadi bahan isian kolak yang pas.
Kepok pada pisang kepok merujuk pada istilah ‘kapok’ yang dalam bahasa Jawa berarti menyesal atau jera.
Hal ini mengajarkan bahwa setiap kali menikmatinya, kita harus selalu ingat untuk takut akan dosa dan tidak lagi melakukan hal-hal yang membuat kita berdosa.
Dari semua bahan untuk membuat kolak, santan menjadi bahan sentral.
Santan akan menjadi kuah yang akan menyiram berbagai isian kolak.
Dalam bahasa Jawa Santan disebut dengan ‘santen’ yang merupakan kependekan dari ‘pangapunten’ atau ‘maaf’.
Jadi, ketika kita meminum kuah kolak tersebut, ingatlah kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.
Tidak hanya mengingat, minta maaflag kepada mereka yang pernah kita salahi.
Baca: Resep Membuat Kolak Biji Salak yang Manis dan Menyegarkan untuk Berbuka Puasa
Bahan dasar untuk membuat kolak adalah pisang, ubi, tapai, atau bahan isian sesuai dengan selera Anda.
Selain itu, bahan utama lainnya adalah santan serta gula merah untuk membuat kolak terasa legit.
Tambahkan juga bahan rempah, seperti cengkeh dan kayu manis untuk membuat aromanya lebih wangi.
Bahan-bahan tersebut bisa disesuaikan dengan selera Anda.
4 buah pisang kepok
3 batang kayu manis
2 lembar daun pandan
2 blok gula merah
1/4 sdt garam
Siapkan panci kemudian rebus air, gula merah, kayu manis, dan daun pandan yang diikat simpul.
Rebus hingga mendidih sambil sesekali diaduk agar tercampur rata.
Langkah selanjutnya adalah masukkan buah pisang serta isian lainnya.
Bahan-bahan isian yang sudah diiris langsung dimasukkan ke dalam air rebusan gula.
Tambahkan garam, koreksi rasa, setelah terasa empuk, angkat lalu sajikan.
Berita terkait makanan khas Ramadhan di sini