Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berujar, jika ingin menang, parpolnya itu bisa saja menang dengan mudah yaitu dengan memperpanjang masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Akan tetapi, menurut Hasto, PDIP tetap taat konstitusi dengan mendukung pemilihan umum (pemilu) 5 tahunan sekali tetap terlaksana untuk memilih calon pemimpin baru Indonesia.
"Sejak awal Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud punya komitmen besar di dalam menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Karena itulah kalau mau menang gampang, bagi kami enak, kita perpanjang saja (masa jabatan) Pak Jokowi," ujar Hasto di Cemara 19, Jakarta Pusat, Minggu (11/2/2024), dikutip dari Kompas.com.
"Tapi kan kita memilih jalan konstitusi, jalan demokrasi. Bukan memilih apa yang didapat oleh PDI-P. Tetapi bagaimana proses demokrasi yang oleh konstitusi, melalui pemilu yang jujur dan adil ini harus dijalankan. Ini yang menjadi komitmen kami," jelasnya.
Baca: Ini Daftar 81 Lembaga Survei Resmi untuk Quick Count Pemilu 2024
Oleh karenanya menurut Hasto, dalam tiga hari masa tenang sebelum pencoblosan pemilu, PDI-P meminta agar TNI dan Polri tidak disalahgunakan oleh oknum tertentu.
Hasto menegaskan TNI dan Polri harus netral.
"Kami tekankan ini saatnya untuk TNI, Polri jangan disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu yang melanggar konstitusi dan perintah undang-undang karena TNI, Polri itu harus netral," tuturnya.
"Jadi tiga hari ke depan harus menjadi suatu cermin kebebasan suara rakyat, civil society, semua untuk begerak tanpa paksaan, tanpa intimidasi, bahkan juga tanpa money politic. Dengan demikian pemilu bisa berjalan dengan baik," jelasnya.
Baca: Mensos Risma Curhat, Hasto Bongkar Kondisi Suasana Kabinet Jokowi Saat Ini
Baca: 4 Artis Ini Bela Yudha Arfandi, Yakin Pacar Tamara Tyasmara Tidak Bunuh Dante, Ngaku Punya Bukti
Hasto mengingatkan sejarah mengajarkan pelaksanaan pemilu yang dipenuhi rekayasa, misalnya pada 1997 ternyata bisa ditumbangkan oleh rakyat.
Padahal saat itu perolehan suara penguasa petahana di atas 78 persen.
"Itu terbukti bagaimana kekuasaan yang sangat otoriter dengan perolehan suara di atas 78 persen ternyata juga bisa tumbang oleh kekuatan rakyat yang didorong oleh aktivitas mahasiswa," jelas Hasto.
"Dan perguruan tinggi saat ini sudah bergerak menyuarakan hal tersebut dan kami harapkan ini bisa didengarkan sebagai suara rakyat, suara kebenaran, agar tiga hari ke depan Indonesia bisa menampikkan gambaran demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," tambahnya.
(tribunnewswiki.com/kompas.com)
Baca lebih lengkap seputar berita terkait lainnya di sini