Media sosial digegerkan dengan beredarnya video penampakan pelaku pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur saat berada dalam penjara.
Sosok JND alias Junaedi, siswa SMK yang bunuh satu keluarga itu hanya bisa duduk meringkuk sambil ketakutan usai membunuh satu keluarga di Desa Babulu, Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU, Kaltim pada Selasa (6/2/2024).
Bahkan Junaedi ketakutan saat mendengar ancaman dari pria yang merekam.
Baca: Nasib JND Siswa SMK yang Bunuh 1 Keluarga hingga Perkosa Mayat Anak Pertama, Terancam Hukuman Mati
Tak hanya itu saha, wajah hingga tangan Junaedi pun mengalami lebam setelah membunuh satu keluarga.
Junaedi sudah melakukan tindakan sadis membunuh satu keluarga yang berisi 5 nyawa.
Lima nyawa yang melayang karena ulah Junaidi tersebut adalah Waluyo (35) kepala keluarga, SW (34) istri, anak perempuan pertama RJS (25), anak kedua VDS (11) dan anak ketiga ZA (3).
Siswa SMK kelas 3 ini membunuh 5 anggota keluarga itu menggunakan parang sepanjang 60 sentimeter.
Bahkan Junaedi juga memperkosa jasad istri Waluyo, SW dan RJS.
Beredar video penampakan saat Junaedi berada di dalam penjara.
Ia tampak duduk meringkuk mengenakan baju putih dipadu celana pendek.
"Woy kau gak mau liat sini kah," kata suara di video.
Junaedi kemudian menoleh dengan ekspresi ketakutan.
Pantauan TribunnewsBogor.com terdapat sejumlah luka, mulai dari lebam sampai lecet di tubuh Junaedi.
Mulai dari lebam pada bagian kening, hingga luka lecet-lecet dan lebam di sikut tangan.
Kapolres PPU AKBP Supriyanto menerangkan Junaedi memang ditempatkan di sel khusus karena masih di bawah umur.
Diketahui pelaku pembunuhan satu keluarga di PPU Kaltim ini kelahiran Balikpapan pada 27 Februari 2006.
Seharusnya jika sesuai identitas maka usia Junaedi sudah 18 tahun dan masuk kategori dewasa.
Atas pertimbangan usia inilah menurut Kasat Reskrim Polres PPU AKP Dian Kusnawan proses hukum Junaedi pun harus segera dirampungkan dalam jangka waktu 15 hari.
"15 hari sudah harus tahap dua," jelasnya.
Beginilah sosok siswa SMK bernama Junaedi yang menghabisi nyawa satu keluarga dengan sadis di Kalimantan Timur (Kaltim).
Biadabnya lagi, Junaedi siswa SMK di Kaltim ini sempat menyetubuhi 2 jasad korban perempuan.
Junaedi membunuh satu keluarga yang terdiri dari 5 orang di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, pada Selasa, 6 Februari 2024, dini hari.
Kelima korban tewas dalam satu keluarga ini adalah Waluyo (35), istrinya, Sri Winarsih (34) dan tiga anaknya, masing-masing RJS (15), VDS (11) dan ZAA (3).
Pria berusia 17 tahun itu membunuh satu keluarga tersebut dengan menggunakan parang secara sadis.
Ia menebas dan membacok 5 orang yang satu di antaranya masih anak-anak, yakni berusia 3 tahun.
Lelaki kelahiran Balikpapan, 27 Februari 2006 itu telah ditangkap dan tengah diperiksa.
Baca: Prabowo-Gibran Kuat di Jatim, Cek Hasil Survei Elektabilitas Pilpres 2024 Terbaru
Kasus pembunuhan ini membuat gempar netizen dan warga tanah air.
Diduga, motif pembunuhan tersebut yakni masalah asmara.
Cinta Junaedi kepada korban tak direstui keluarga.
Ia tega menghabisi semua anggota keluarga wanita yang dicintainya.
Sebelum membunuh 5 orang itu, Junaidi yang merupakan siswa SMK sempat mabuk-mabukan.
Dalam kondisi mabuk, Junaedi pulang ke rumah untuk mengambil parang.
Satu keluarga yang tewas terdapat lima orang yang terdiri dari suami, istri dan ketiga orang anak.
Baca: HASIL Elektabilitas Capres 2024 dari 11 Lembaga Survei, AMIN Beri Kejutan, Prabowo-Gibran Stabil
Kelima korban tewas bersimbah darah usai ditebas parang oleh Junaedi alias JND.
Kapolres PPU AKBP Supriyanto mengkonfirmasi bahwa terduga pelaku sudah diamankan.
Tampang JND memiliki perawakan wajah dengan kumis dan jenggot tipis, tampak mengenakan kaos berwarna hitam cokelat, saat diamankan.
"Pelaku merupakan seorang remaja berusia 16 tahun berinisial J, pelaku masih di bawah umur kelas 3 SMK, 20 hari lagi baru usianya 17 tahun," kata Supri kepada awak media.
Junaedi diketahui memiliki hubungan asmara dengan RJS (15), salah satu korban.
Rumah terduga pelaku berdampingan dengan rumah korban sekaligus TKP kasus pembunuhan sadis di PPU.
Kapolres PPU, AKBP Supriyanto mengatakan motif pembunuhan yakni karena sakit hati atau dendam.
Baca: Bantah Pakai Dana Desa, Kades Bogor Wiwin Komalasari Buka Suara soal Gaya Hidup Hedon: Warisan
Keluarga tersangka dan korban memang sudah terlibat konflik sepele sebelumnya.
Akan tetapi, hubungannya tidak direstui oleh orangtua yang juga korban, karena alasan RJS sudah memiliki pasangan lain.
Puncak kekesalan Junaedi diduga terjadi tepat pada malam sekitar pukul 01.30 Wita.
Junaedi sebelum melakukan aksi kejinya, ia sempat mabuk-mabukan bersama temannya tidak jauh dari lokasi rumah korban.
Ia sempat pulang ke rumahnya mengambil parang, kemudian menuju rumah korban, untuk melakukan aksinya.
"Sementara ini, dendam karena percekcokan antartetangga sebelah, permasalahan ayam,
kemudian juga korban meminjam helm belum dikembalikan selama tiga hari," ungkap Supriyanto pada Selasa (6/2/2024).
Baca: Dituding Pakai Dana Desa, Wiwin Kades Gunung Menyan Malah Pamer Liburan dan Topi Seharga 8 Kali Gaji
Ketika berada di rumah korban, Junaedi mematikan meteran listrik sebelum masuk ke dalam rumah.
Pada saat itu hanya ada Ibu berinisial SW, anak pertama RJ, anak kedua VD, dan anak terakhir yang masih berusia 3 tahun yakni SAD, di dalam rumah.
Sementara korban lainnya yakni ayah, WL sedang berada di rumah orangtuanya.
Belum sempat melakukan pembunuhan, WL kembali ke rumahnya dan saat memasuki ruang tamu ia langsung ditebas parang oleh tersangka.
Saat itu sang ibu SW bangun dan tersangka pun langsung melakukan hal yang sama.
Setelah itu, ia lalu melakukannya ke ketiga korban lainnya, yang masih anak-anak.
"Luka korban rata-rata di kepala," ujar Kapolres AKBP Supriyanto.
Baca: Lirik, Terjemahan, dan Arti Lagu Foolish One by Taylor Swift: Foolish One Stop Checking Your Mailbox
Informasi awal, Junaedi juga langsung mengayunkan parang yang sudah melukai empat orang itu.
Informasi yang masih didalami penyidik menyebutkan, tersangka ini juga tega melakukan hal tak senonoh kepada korban RJS yang sudah meninggal dunia.
Selesai melampiaskan nafsunya, JND berniat untuk keluar dari TKP.
Namun saat itu ia melihat korban pertama, yaitu Waluyo masih tampak bergerak.
Saat itu juga ia kembali mengayunkan parang yang dibawa untuk menghabisi Waluyo.
Setelah semua korban meninggal dunia, tersangka langsung menyetubuhi ibu yakni SW dan anak pertamanya yakni RJ.
Korban perempuan ini memang saat ditemukan dalam keadaan telanjang tidak mengenakan pakaian.
Baca: Sosok Kobalen, Mantan Pemulung yang Berhasil Lulus S3 di Universitas Brawijaya, Kini Jadi Caleg
Tersangka juga tidak langsung pergi setelah itu, tetapi ia juga sempat mengambil tiga unit handphone milik korban, dan uang tunai sebesar Rp300 ribu.
"Dari keterangan pelaku, setelah melakukan pembunuhan, ia melakukan pemerkosaan terhadap ibu dan anak yang dewasa setelah itu ditinggalkan," papar Kapolres.
Setelah membunuh, tersangka pulang lagi ke rumahnya, sempat berganti baju, lalu membuat skenario.
Junaedi mengajak kakaknya melaporkan ke Ketua RT 18, tentang kejadian pembunuhan itu.
Ia beralibi bahwa telah melihat ada tiga hingga sepuluh orang yang melakukan aksi itu.
Pihak RT pun langsung melapor ke pihak kepolisian.
Mulanya, status tersangka yakni saksi dan dibawa ke Polres Penajam Paser Utara untuk dimintai keterangan.
Akan tetapi, penyelidikan dan olah TKP juga terus dilakukan.
"Selesai melakukan pembunuhan, tersangka mengajak kakaknya ke pak RT untuk melapor terkait adanya kasus pembunuhan ini, Junaidi beralibi kalau pelakunya bukan dia," terangya.
Kapolres menjelaskan bahwa tersangka juga akan diperiksa kejiwaannya dan mendalami motifnya melakukan pembunuhan berencana ini.
Tersangka diketahui masih dibawah umur, yakni kurang dari 18 tahun dan merupakan siswa salah satu sekolah menengah di Babulu.
Ia dikenakan pasal 340 KUHP subsider pasal 338 KUHP juncto pasal 60 ayat 3 juncto pasal 76 huruf c Undang-undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman mati atau sekurang-kurangnya penjara seumur hidup.
Baca berita terkait di sini