Acara yang berlangsung pada hari Sabtu, 16 Desember 2023, dari pukul 19.30 hingga 24.00 WIB ini mengambil tema krusial, yakni "Dampak Stigmatisasi Gender pada Kesehatan Mental Perempuan dan Kelompok Minoritas."
Pada kesempatan ini, PUKAPS melakukan peluncuran resmi ZINE Little Finger Vol. 1, dengan fokus pada tema "Kekerasan Seksual terhadap Perempuan." Atisa, sebagai Zine, Research, and Blog Officer, membidani lahirnya Zine pertama PUKAPS ini sekaligus memimpin dalam proses kolaboratif pembuatan Zine ini dari pengumpulan karya hingga penyelesaian cetak. Little Finger Vol. 1 menjadi platform bagi teman-teman untuk mengekspresikan kreativitas serta menyuarakan emosi yang terpendam, dalam upaya menciptakan ruang yang lebih positif bagi perempuan.
Acara ini mendapat dukungan dan partisipasi dari berbagai elemen organisasi pemuda seperti KORPRI PMMI Surakarta, Kohati HMI Surakarta, Komunitas RBI, Mahasiswa UMS, dan Perisai Pena. Kolaborasi yang kuat dengan Komunitas Taman Wacana dan Toko Buku Pustaka Pena turut melengkapi kehadiran buku-buku feminis dengan harga spesial bagi para peserta diskusi.
Baca: Mengenal Sosok Dewi Tjandraningsih, Istri Kakorlantas Polri yang Punya Motto Cool Strong Women & Mom
Baca: Mengenal Nisa, Host Kinderflix Viral dengan Kontan Edukasi Balita di YouTube, Dilecehkan di Medsos
Direktur Program PUKAPS, Luxy, menekankan bahwa acara ini bertujuan utama untuk menyatukan kembali jaringan feminist di Surakarta yang telah lama tidak berkumpul, guna memperkuat kembali gerakan dan meningkatkan kesadaran akan masalah diskriminasi dan ketidakadilan yang sering dihadapi perempuan dan kelompok minoritas. Hal ini sejalan dengan filosofi ZINE Little Finger yang menggunakan metafora dari janji kelingking untuk saling mendukung dan membangun komitmen bersama.
Pembicaraan tentang stigmatisasi gender dan dampaknya pada kesehatan mental diperdalam oleh Yulita Putri, Nira Yustika (Manager Edlore PUKAPS), dan Lutfi Putri yang mewakili perspektif dari latar belakang pendidikan psikologi. Mereka menjelaskan bahwa stigma gender merupakan ciri negatif yang ditempelkan oleh masyarakat pada individu, memberikan contoh seperti pembagian tugas yang tak merata dan diskriminasi pekerjaan.
Pada prinsipnya, diskriminasi gender hadir karena perlakuan tidak adil bagi kelompok tertentu, yang bertentangan dengan prinsip kesetaraan dalam Hak Asasi Manusia. Dampak dari diskriminasi ini berimbas pada berbagai aspek, termasuk terjadinya kekerasan seksual, pembatasan hak dalam berbagai bidang, gangguan kesehatan mental (seperti menurunnya kepercayaan diri dan menarik diri dari kehidupan sosial), dan keterbatasan kebebasan oleh perempuan dan kelompok minoritas.
Acara ini juga mendapat dukungan dari SEAFAM Network, sebuah perkumpulan komunitas South East Asia Feminist Action Movement, di mana PUKAPS menjadi salah satu anggotanya.