Wayang Godhong Sebagai Tontonan dan Tuntunan

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wayang Godhong dengan lakon “Gemah Ripah Loh Jinawi” menyuguhkan cerita pemaknaan alam berbagai daerah di Indonesia.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pertunjukan Wayang Godhong sebagai karya aktualisasi Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn. menyuguhkan tampilan memukau penuh dengan nilai kehidupan.

Pementasan dilaksanakan pada Hari Kamis, 23 November 2023 di Pendapa R. Ng. Yasadipura, Gedung Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi UNS.

Wayang Godhong sebagai salah satu pengisi acara The 5th Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023.

Wayang Godhong dengan lakon “Gemah Ripah Loh Jinawi” menyuguhkan cerita pemaknaan alam berbagai daerah di Indonesia.

Wayang dengan media daun menjadi objek utama sebagai karakter kebesaran alam. Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn. atau yang kerap disapa Gus Pur memberi makna daun yang selalu menghadap ke atas pada tumbuhan, seperti tangan menengadah layaknya manusia berdoa dan bermunajad pada Tuhan Yang Maha Esa.

Daun yang menghadap ke atas dalam Bahasa Jawa disebut nyadhong, yang dapat dimaknai sebagai peribadahan dan penghambaan mahluk kepada Sang Maha Tunggal.

Tetumbuhan merupakan representasi manusia hidup, manusia yang berawal dari khawitan yang merupakan awal mula kehidupan. Tafsir Wayang Godhong adalah pemaknaan kompononen kehidupan, salah satu bagian tanaman yaitu akar atau oyot yang dimaknai sebagai ayat.

Sebagai Dalang, Gus Pur menyampaikan Ngudal Piwulang berkaitan firman Tuhan sebagai pedoman langkah manusia sesuai kepercayaan masing-masing. Ki Dalang Gus Pur memaknai banyaknya dedaunan tumbuh diasosiasikan sebagai banyaknya manusia hidup.

Daun memiliki daur hidup sama halnya manusia, seperti halnya kuncup daun sebagai kehidupan awal, daun tumbuh menghijau sebagai kehidupan dewasa, dan daun menguning berikutnya jatuh gugur menggambarkan kematian.

Pagelaran Wayang Godhong oleh Ki Dalang Gus Pur memiliki perbedaan dengan pentas wayang pada umumnya. Dedaunan ditampilkan sesuai karakter dan wujud aslinya dari alam.

Daun dipilih sesuai bentuk dan karakter yang akan mendukung lakon yang sedang dipentaskan. Lakon pewayangan tidak didasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata, tetapi Gus Pur mengaktualisasikan isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat.

Isu dan permasalahan yang dekat dengan masyarakat, menjadi media komuniaksi untuk memberi kesadaran dan pemaksaan hidup dalam menyikapinya.

Wayang Godhong dengan lakon “Gemah Ripah Loh Jinawi” menyuguhkan cerita pemaknaan alam berbagai daerah di Indonesia.

Wayang Godhong bertajuk Gemah Ripah Lohjinawi mengangkat isu konflik yang berkelanjutan di Jalur Gaza Palestina. Alur cerita ditampilkan secara apik, dengan penggambaran dedaunan gurur di masa menghijau. Gugurnya daun yang masih segar seperti halnya korban konflik di Palestina.

Berbagai kerugian muncul yang mengakibatkan krisis kemanusiaan. Manusia hidup dilengkapi oleh Tuhan dengan rasa kasih dan empati, membuka pemikiran dan kesadaran atas penderitaan sesama di Palestina.

Wayang Godong menjadi sarana syiar dalam memaknai kehidupan berbangsa dan
 
bernegara. Munculnya kesadaran hidup yang diperagkan dengan berbagai komponen tetumbuhan. Ki Dalang Gus Pur sukses memukau para penonton dan penikmat karya seni pertunjukan. Maha karya kolaboratif yang memadukan antara karya seni gerak, instalasi seni, suara dan musik.

Terciptanya pertunjukan yang menarik perhatian dan bermakna filosofis yang dapat memberi pembelajaran hidup. (*)



Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer