ISRAEL Dituduh Sengaja Targetkan Warga Sipil di Gaza untuk Dibunuh, Amerika Ngaku Belum Lihat Bukti

Penulis: Ika Wahyuningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang berkumpul untuk mengidentifikasi jenazah anggota keluarga yang tewas dalam serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, di rumah sakit al-Najjar pada 1 Desember 2023, setelah pertempuran kembali terjadi antara Israel dan gerakan Hamas. Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada tanggal 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan operasi tempur telah dilanjutkan, menuduh Hamas melanggar jeda operasional.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Israel dituduh menargetkan warga sipil saat perang di Gaza, Palestina.

Namun, Amerika Serikat langsung pasang badan atas kelakuan Israel.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Senin (4/12/2023) mereka belum melihat bukti apapun bahwa Israel sengaja membunuh warga sipil selama perang di Jalur Gaza.

AS mengatakan mereka juga tidak memiliki informasi yang menunjukkan pemerintah Israel menargetkan jurnalis dalam konflik ini.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengonfirmasi pendapat AS dalam pernyataan pers bahwa Israel mengeluarkan permintaan evakuasi yang lebih spesifik di Jalur Gaza selatan.

Ia mengatakan, itu adalah kemajuan dibandingkan dengan mengevakuasi seluruh kota.

Baca: MANTAN Sandera Hamas Tuntut Pemerintah Israel Pulangkan Tawanan

Baca: Israel Larang Video Pembebasan Sandera yang Akrab dengan Hamas, Sebut Berbahaya Bagi Negara

Matthew Miller mengatakan ada kemajuan dari Israel untuk lebih berhati-hati dalam meluncurkan bom di Jalur Gaza.

"Masih terlalu dini untuk membuat penilaian akhir mengenai tanggapan Israel terhadap saran kami untuk melindungi warga sipil dalam operasi militernya, namun Amerika Serikat melihat adanya perbaikan dalam definisi Israel mengenai cakupan sasarannya di Gaza, dengan perluasan wilayah operasi militer setelah gencatan senjata yang mencakup wilayah di selatan Jalur Gaza," katanya, Senin (4/12/2023).

Jubir Kemenlu AS itu mengatakan ada perbaikan sistem untuk evakuasi warga Gaza sebelum meluncurkan bom, masih ada korban sipil yang dianggap sebagai dampak dari setiap perang.

Seorang wanita yang terluka dalam serangan Israel duduk di tengah reruntuhan di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 3 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. Israel melakukan pemboman mematikan di Gaza pada tanggal 3 Desember ketika seruan internasional meningkat untuk perlindungan yang lebih besar terhadap warga sipil dan pembaruan gencatan senjata yang telah berakhir dengan kelompok militan Palestina Hamas. (KATA KHATIB/AFP)

“Kami telah melihat permintaan evakuasi yang lebih spesifik dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir di Jalur Gaza utara, namun kami masih memperkirakan adanya korban sipil akibat operasi militer di Gaza, dan sayangnya hal ini terjadi di semua perang. "

Dia menekankan, AS berupaya untuk meningkatkan kecepatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza hingga mencapai lebih dari 200 truk per hari.

Ia juga menyerukan warga sipil untuk pergi ke pusat-pusat PBB yang terdaftar di Israel sebagai daerah di luar medan perang.

Hamas Palestina vs Israel

AS sebagai sekutu Israel, melindungi negara tersebut dari segala tuduhan internasional dan mendukung narasi Israel sebagai pembelaan.

Israel menargetkan sejumlah fasilitas sipil di Jalur Gaza termasuk rumah sakit, sekolah, kantor PBB, pemukiman yang menampung ribuan warga sipil, yang disebut pusat komando Hamas sebagai dalih pemboman besar-besaran oleh Israel.

AS, Israel, dan sekutu Barat-nya rajin menggunakan narasi bahwa warga sipil Gaza sebagai Human Shields dalam kampanye mereka untuk melawan Hamas.

Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, Operasi Badai Al-Aqsa adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.

Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.500 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Senin (4/12/2023), dikutip dari Al Jazeera.

Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).

(TRIBUNNEWS/TRIBUNNEWSWIKI)

Baca berita terkait Gaza di sini



Penulis: Ika Wahyuningsih

Berita Populer