Berdasarkan pengalamannya, ia mengatakan ada kepribadian tertentu yang jadi ciri khas atasan toxic.
"Perfeksionisme mungkin tampak seperti kualitas hebat yang harus dimiliki seorang atasan. Ini sebenarnya sangat beracun," katanya, saat hadir pada KTT Forum Bisnis Dunia 2023.
Sayangnya, perilaku tersebut pernah dimilikinya di masa lalu sehingga memberikan dampak negatif pada karyawan, bukannya berpengaruh baik seperti seharusnya.
Baca: Catat! Begini Tips Jenius Liburan Anti Boncot Tanpa Ganggu Cash Flow
“Nama panggilan saya di awal karir saya adalah Red Pen. Sebabnya, Anda akan mengirimkan apa pun kepada saya [dan saya akan mengirimkannya kembali] dengan warna merah utuh,” kata perempuan berusia 66 tahun itu.
“Dulu saya berpikir itu adalah keterampilan yang hebat untuk menemukan setiap kesalahan dan memperbaikinya.”
Namun hal itu akhirnya menjadi obsesi untuk menemukan kesalahan yang lalu berdampak negatif pada bawahannya.
“Itu sangat melumpuhkan orang-orang… Saya melemahkan mereka. Tentu saja, saya tidak pernah bermaksud demikian, namun saya belajar untuk menghentikannya," urainya, dilansir Kompas.
Ia menambahkan, atasan yang perfeksionis sering kali berpikir sedang berusaha memberikan contoh perilaku yang berorientasi pada detail.
"Sebaliknya, hal tersebut dapat membahayakan kecemasan dan produktivitas tim Anda," kata Rometty.
“Perfeksionisme adalah musuh kemajuan,” katanya.
“Dan itulah yang mempolarisasi masyarakat, secara ideologis. Dan inilah alasannya kita tidak membuat kemajuan dalam banyak hal.”
Cara menghadapi atasan yang sempurna
Perfeksionisme adalah masalah yang berkembang bagi generasi profesional berikutnya, menurut psikolog Florida, Kate Rasmussen.
“Sebanyak dua dari lima anak-anak dan remaja adalah kesempurnaan,” kata Rasmussen dalam wawancara 2018 lalu.
“Kita mulai berdiskusi bagaimana hal ini mengarah pada epidemi dan masalah kesehatan masyarakat.”
Pakar kesehatan mental Morra Aarons-Mele mengatakan, kita bisa menghadapi perfeksionis atasan dengan menyadarkan mereka akan efek negatif dari perilakunya.
Misalnya, bagaimana mereka menciptakan lingkungan yang negatif — baik untuk di kantor maupun bagi dirinya sendiri.
"Mereka akan kelelahan atau terjebak dalam siklus tertunda tanpa akhir," terangnya.
Jika atasan menyadari sikap buruknya, mereka bisa mulai fokus untuk mengubahnya.
Tentunya, hal ini akan berpengaruh pula pada kehidupan profesional kita yang tak perlu terlalu sering melakukan revisi pekerjaan sehingga berdampak buruk pada kesehatan mental.