Sebelumnya, Israel telah mengultimatum 1,1 juta warga Palestina di wilayah Gaza bagian utara untuk mengevakuasi diri ke selatan. Israel diperkirakan akan melancarakan serangan dari darat, laut, dan udara dalam waktu dekat.
Menurut narasumber yang didapatkan Axios, Iran bisa terlibat dalam konflik itu melalui kelompok militan dari Suriah atau dengan mendukung Hisbullah untuk ikut campur dalam perang Hamas-Israel.
Hisbullah diperkirakan memiliki ribuan tentara dan 150.000 roket yang bisa menjangkau wilayah Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian berujar bahwa operasi militer Israel bisa membuat konflik melebar ke wilayah lain di Timur Tengah.
Amirabdollahian mengklaim jika konflik itu benar-benar meluas, Israel bisa didera oleh kehancuran.
"Saya tahu tentang skenario yang diambil oleh Hisbullah," kata Amirabdollahian dari Beirut, Lebanon, Sabtu, (14/10/2023), dikutip dari The Independent.
"Langkah apa pun yang diambil oleh Hisbullah akan memunculkan gempa besar dalam entitas Zionis."
"Saya ingin memperingatkan para penjahat perang dan mereka yang mendukung entitas ini sebelum terlambat untuk menghentikan kejahatan terhadap warga sipil di Gaza," katanya.
Baca: Militer Israel Lancarkan Serangan Darat Pertama ke Gaza, Perdana Menteri Israel: Ini Hanya Permulaan
Baca: Israel Tuding Hamas Halangi Evakuasi 1,1 Juta Warga Palestina dari Gaza Utara
Amirabdollahian mengatakan dia bakal menghubungi pejabat PBB di kawasan Timur Tengah karena masih ada kesempatan untuk mengakhiri perang sebelum terlambat.
Sebanyak 1.300 warga Israel dilaporkan tewas sejak Hamas menyerang Israel pada hari Sabtu, (7/10/2023).
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Sabtu, (14/10/2023), mengatakan sudah ada lebih dari 2.000 warga Palestina di Gaza yang tewas karena serangan balasan Israel.
Pada hari Sabtu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata kepada pasukan Israel bahwa "tahap berikutnya" dalam perang akan tiba.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Netanyahu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas lewat panggilan telepon terpisah.
Menurut kantor Netanyahu, PM Israel itu berkata kepada Biden bahwa diperlukan "persatuan dan tekad" untuk melawan Hamas. Dia berterima kasih kepada Biden atas dukungannya.
Adapun kantor Abbas mengatakan pempimpin Palestina itu berkata kepada Biden bahwa dia menolak evakuiasi warga Palestina dari Gaza.
Baca: Serangan Udara Israel Menghantam Gaza Saat Warga Palestina Mencari Keselamatan
Warga Palestina beramai-ramai meninggalkan wilayah Gaza bagian utara setelah militer Israel meminta 1,1 juta orang mengevakuasi diri dari sana.
Ultimatum Israel itu disebut menjadi tanda bahwa akan ada serangan darat terhadap Hamas.
Akan tetapi, ultimatum tersebut dikritik oleh PBB. Menurut PBB, upaya mengevakuasi seluruh warga Gaza utara justru bisa mendatangkan bencana.
PBB kemudian meminta Israel untuk mencabut ultimatumnya. Akan tetapi, PBB menyebut sudah ada puluhan ribu warga yang meninggalkan Gaza utara.
Di pihak lain, Hamas meminta warga Palestina untuk mengabaikan ultimatum Israel. Hamas menyebut perintah Israel itu sebagai "perang psikologis".
Menurut Hamas ultimatum tersebut bertujuan untuk mengganggu solidaritas warga Palestina. Namun, tidak ada tanda bahwa Hamas melarang evakuasi itu.
Sejumlah warga Palestina menganggap bertahan di Gaza utara ataupun pindah ke selatan sama saja karena tidak ada tempat aman untuk bersembunyai. Di samping itu, tenaga medis mengaku tidak bisa meninggalkan para pasien.
Baca: Turuti Perintah Evakuasi dari Militer Israel, 70 Warga Palestina Justru Tewas Kena Serangan
Baca: Serangan Israel di Lebanon Selatan Bunuh Jurnalis, Zionis Disebut Bungkam Media
Juru bicara Israel, Jonathan Conricus, menyebut militer Israel akan berusaha untuk tidak membahayakan warga sipil. Dia menyebut warga sipil akan diizinkan kembali ke rumah setelah perang usai.
Israel kerap menuding Hamas menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng. Oleh karena itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Israel ingin memisahkan militan Hamas dari warga sipil.
"Jadi, yang ingin menyelamatkan diri, tolong pindah ke selatan," kata Gallant saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dikutip dari Associated Press.
Baca berita lain tentang perang Hamas-Israel di sini.