Menurut Yudo, kata memiting yang diucapkannya itu bukan dalam makna kekerasan.
"Tentunya pada kali ini saya mohon maaf, sekali lagi saya mohon maaf atas pernyataan kemarin, yang mungkin masyarakat menilai salah dipiting," kata Yudo kepada awak media di Dermaga Batu Ampar, Batam, Selasa (19/9/2023).
"Itu saya nggak tahu karena bahasa saya itu orang ndeso, yang biasa mungkin melaksanakan dulu waktu kecil kan sering piting-pitingan dengan teman saya, tuh. Saya pikir dipiting lebih aman karena memang kita tak punya alat," kata dia.
Adapun pernyataan Yudo tentang memiting itu terekam dalam video yang viral di media sosial dan memunculkan polemik.
"Lebih dari masyarakatnya itu satu orang miting satu. Ya kan TNI-nya umpamanya, masyarakatnya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Enggak usah pakai alat, dipiting aja satu-satu," kata Yudo dalam video itu.
Baca: Polemik Panglima TNI Minta Warga Rempang Dipiting, TNI: Masyarakat Salah Paham
Kepala Puspen TNI Laksamana Musa Julius Widjojono membela Yudo dengan mengatakan bahwa memiting yang dimaksudkan oleh Yudo bukan memiting dalam arti sebenarnya.
Julius menganggap masyarakat telah salah memahami pernyataan Yudo.
“Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan, baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk menahan diri,” ujar Julius dalam keterangan tertulisnya, Senin, (18/9/2023), dikutip dari Kompas.com.
Julius berujar bahwa Yudo melarang prajurit menggunakan alat atau senjata dalam pengamanan aksi demo di Rempang.
“Panglima mengatakan jangan memakai senjata, tapi turunkan personel untuk mengamankan demo itu,” ucap Julius.
Baca: Rocky Gerung: Konflik Rempang Disebabkan oleh Ambisi Jokowi, Pemerintah Cari Kambing Hitam
Menurut Julius, kata memiting yang disampaikan Yudo adalah bahasa untuk prajurit TNI. Perkataan Yudo itu disampaikan dalam forum prajurit.
“Yang berarti setiap prajurit ‘merangkul’ satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit,” kata dia menjelaskan.
Julius menilai ada salah tafsir dalam memahami makna piting itu. Kata Julius, Yudo tak ingin kebrutalan dilawan dengan kebrutalan.
“Sudah cukup menjadi pembelajaran banyaknya korban di kedua belah pihak baik aparat atau masyarakat akibat konflik ini,” ujarnya.
Dalam video itu Yudo turut mengatakan bahwa anggota TNI yang dikerahkan ke Pulau Rempang harus dilengkapi dengan perlengkapan antihuru hara.
Yudo meminta Kepala Badan Perbekalan Tentara Nasional (Babek TNI) untuk mempersiapkan perlengkapan tersebut.
Adanya perlengkapan itu bertujuan agar prajurit tidak menjadi sasaran empuk warga Rempang ketika terjadi kericuhan.