Ganjar Disarankan Pilih Ridwan Kamil atau Sandi, Prabowo Diprediksi Cari Kader NU

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pengamat politik Agung Baskoro mengatakan Ganjar Pranowo yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mungkin akan memilih mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Menparekraf Sandiaga Uno sebagai pendampingnya dalam Pilpres 2024.

Menurut Agung, Ganjar memerlukan sosok seperti Ridwan Kamil atau Sandi lantaran Ganjar lemah di Jawa Barat (Jabar) dan Jakarta.

"Kemungkinannya besar di sisi Prabowo. Namun, di sisi Ganjar, kemungkinannya kecil-sedang. Karena Ganjar lemah di Jabar dan Jakarta, sehingga Ganjar lebih butuh orang seperti Sandi, RK (Ridwan Kamil), baru kader-kader NU," kata Agung, Rabu, (6/9/2023), dikutip dari Kompas.com.

Di sisi lain, Agung memprediksi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) akan mencari pendamping dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Kata Agung, secara kelembagaan, NU bukan entitas tunggal. Hal itu karena ada banyak sosok berpengaruh di dalam PBNU.

"Apalagi PKB selama ini identik dengan NU, walaupun sekarang memiliki perbedaan pandangan saat merespons Pemilu 2024," kata Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis itu.

Baca: INILAH Alasan AHY Tak Dipilih jadi Cawapres Anies Baswedan, Pengamat Sebut 3 Hal Ini

Agung mengatakan NU diperebutkan lantaran mewakili Islam di pedesaan dan Jawa Timur. Wilayah itu menjadi menjadi medan kompetisi yang menentukan kemenangan dalam pemilihan presiden dari waktu ke waktu.

"Menimbang Jabar menjadi domain Prabowo dan Anies, kemudian Jateng identik dengan Ganjar," katanya.

"Sehingga Jawa Timur akhirnya menjadi wilayah strategis yang memegang peranan krusial menentukan siapa pemenang pilpres."

Berbeda dengan Ganjar dan Prabowo yang masih belum menentukan pasangan, Anies telah mantap memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai bakal cawapresnya.

Anies dan Cak Imin sudah dideklarasikan sebagai pasangan capres dan cawapres pada hari Sabtu, (2/9/2023).

Baca: PKS Ingin Demokrat Kembali ke Koalisi Anies, PKB Sambut Baik, Bagaimana dengan Nasdem?

Harus bisa dongkrak elektabilitas

Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan bakal cawapres Prabowo dan Ganjar harus bisa mendongkrak elektabilitas keduanya.

“Karena posisi cawapres ini, kan, juga vital posisi cawspres juga menjadi kunci kalau cawapres itu dipilih oleh Ganjar atau Prabowo harus bisa dipastikan meningkatkan elektabilitasnya,” kata Adi, Selasa, (5/9/2023), dikutip dari Kompas.com.

Kata Adi, elektabilitas cawapres pendamping Prabowo atau Ganjar harus  kuat.

Menurut Adi, sejumlah sosok dengan elektabilitas kuat seperti Mahfud MD, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil cocok untuk menjadi Ganjar karena elektabilitas nama-nama itu lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

Adapun sosok yang cocok dipertimbangkan mendampingi Prabowo ialah Menteri BUMN Erick Thohir karena elektabilitasnya bagus dalam sejumlah survei.

Adi mengatakan Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga punya peluang bagus untuk menjadi cawapres Prabowo.

Baca: Pengamat Bongkar Sejumlah Kelemahan AHY sehingga Tak Dipilih Jadi Pendamping Anies

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. (Tribunnews)

Demokrat disarankan dukung Ganjar

Sementara itu, Partai Demokrat belum mengungkapkan siapa bakal capres yang akan didukung setelah partai itu keluar dari koalisi pengusung Anies.

Partai berlambang bintang Mercy itu sakit hati karena merasa dikhianati oleh Anies yang pada akhirnya memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya.

Padahal, menurut Demokrat, Anies sebelumnya sudah meminta Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi pasangannya.

Pengamat politik Ari Junaedi mengklaim Partai Demokrat akan lebih untung jika merapat ke koalisi PDIP yang mengusung Ganjardaripada bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo.

“Jika dikomparasikan, Demokrat sebaiknya menjalin kolaborasi dengan pengusung Ganjar,” ujar Ari Junaedi yang menjabat sebagai Direktur Nusakom Pratama Institute, Minggu, (3/9/2023), dikutip dari Kompas.com.

Dia menganggap penyatuan Demokrat dengan PDIP dalam satu wadah koalisi bukanlah hal mustahil. Terlebih lagi, kedua partai besar itu sempat mengadakan pertemuan beberapa waktu lalu.

Baca: Suratnya yang Berisi Permintaan agar AHY Jadi Cawapres Bocor, Anies Heran: Kok Bisa Ada Fotonya?

Dalam pertemuan tersebut AHY bersemuka dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Di samping itu, sempat muncul wacana pertemuan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Puan juga pernah menyebut AHY sebagai salah satu bakal cawapres yang bisa mendampingi Ganjar. Seandainya, AHY tidak menjadi pendamping Ganjar, dia juga berpeluang menjadi menteri apabila Ganjar menang pilpres.

“Andaikan Ganjar terplih sebagai presiden, AHY adalah kandidat menteri yang potensial,” kata Ari.

Di sisi lain, Ari mengklaim Demokrat tak bakal mendapat banyak keuntungan apabila merapat ke koalisi Prabowo. Salah satu partai dalam koalisi itu, yakni PAN, telah menyarankan Prabowo untuk memilih Menteri BUMN Erick Thohir sebagai pendampingnya.

“Jika Demokrat masuk dalam Koalisi Indonesia Maju bersama Gerindra, Golkar, PAN dan PBB, maka peran Demokrat akan dinihilkan pula oleh Prabowo atau Golkar serta PAN."

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Pilpres 2024 di sini.



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer