Habiburokhman mengungkapkan Gerindra bisa memberikan coattail effect (efek ekor jas) untuk pendukung secara adil.
Awalnya, Habiburokhman berbicara tentang penetapan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang terkesan rumit.
Dia menyatakan, publik melihat seolah-olah para partai berebutan ingin capres atau cawapres pilihan mereka yang ditunjuk untuk maju ke kontestasi pilpres.
"Jadi soal pilpres, capres-cawapres ini sekarang saja kelihatan rumit ya, seolah-olah masing-masing ngotot. Padahal kita percaya kedewasaan elite-elite kita," ujar Habiburokhman saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/7/2023), dikutip dari Kompas.com.
Habiburokhman kemudian mencontohkan dengan penetapan capres-cawapres pada Pilpres 2014 dan 2019.
Menurutnya, penetapan yang semula rumit bisa menjadi sederhana.
Sebagai contoih di tahun 2014, poros yang Gerindra bentuk didukung sejumlah partai di parlemen.
Hanya saja, pada akhirnya, capres dan cawapres berasal dari dua partai, yakni Prabowo Subianto (Gerindra) dan Hatta Rajasa (PAN).
Hal yang sama juga terjadi di Pilpres 2019, dengan penetapan capres-cawapres berjalan dengan alot.
"2019 kami diajukan oleh tiga partai politik. Pada awalnya tentu agak alot juga capres dan cawapres. Tetapi akhirnya, justru capres dan cawapres diajukan hanya dari satu partai kan, Pak Prabowo dan Pak Sandi. Waktu itu kan Sandi masih kader Gerindra," tuturnya.
Habiburokhman meminta untuk melihat bahwa mereka mengalami situasi yang rumit di awal.
Namun, pada akhirnya mereka bisa menciptakan kesepakatan yang menyenangkan dan memuaskan semua pihak.
"Dalam konteks koalisi, semua partai koalisi kemarin itu all out, berjuang memenangkan Pak Prabowo, walaupun akhirnya diserahkan ke yang maha kuasa," jelas Habiburokhman.
Mengenai efek ekor jas, Habiburokhman menegaskan partai yang mengusung capres-cawapres tidak melulu memperoleh efek paling masif.
Dia menyebut di Pilpres 2014 dan 2019, Gerindra berbagi efek ekor jas ke semua partai pendukung meski pada akhirnya mereka kalah.
Maka, dirinya mengatakan, Gerindra tetap bisa menyenangkan semua pihak meski kalah.
"Itu kita kalah saja, kita bisa bikin skema yang win-win solution, yang menyenangkan semua pihak. Insya Allah apalagi kita menang. Tentu lebih mudah lagi ya kita jalin kerja sama yang menyenangkan semua pihak," imbuhnya.