Korban Jiwa akibat Krisis Sudan Tembus 97 Orang, 3 di Antaranya Staf PBB

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa pesawat di Bandara Internasional Khartoum, Sudan, rusak setelah terjadinya bentrokan pada hari Sabtu, (15/4/2023).

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Jumlah korban tewas akibat bentrokan yang terjadi di Ibu Kota Khartoum dan sejumlah wilayah lain di Sudan kini mencapai 97 orang.

Bentrokan yang terjadi sejak hari Sabtu, (15/4/2023), itu turut merenggut nyawa tiga staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Darfur.

Menurut juru bicara PBB, ada dua staf lain yang terluka saat bertugas. Kelima staf itu bekerja pada Program Pangan Dunia PBB. Kini program tersebut terpaksa ditangguhkan.

Bentrokan di Sudan melibatkan kubu Jenderal Abdel Fattah al Burhan yang kini menjadi pemipin de facto Sudan dan pemimpin kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF), Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti.

Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir, dan Perdana Menteri Etiopia, Abiy Ahmed, telah berbicara kepada kedua pemimpin itu lewat panggilan telepon guna meredakan ketegangan.

Mesir dan Sudah Selatan juga sudah menawarkan diri untuk menjadi penengah dalam upaya m mediasi kedua pemipin itu.

Baca: Hari Kedua Kudeta di Sudan Pecah: 56 Warga Sipil Tewas, 600 Luka-luka

Sementara itu, Presiden Kenya, William Ruto, dan Presiden Uganda, Yoweri Museveni, mengaku telah menelepon al Burhan.

Kedua kelompok itu masih terus bertikai dan tidak bersedia mengakhiri perseteruan mereka kendati ada tekanan diplomatik.

Pertempuran besar yang melibatkan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur terjadi pada hari Minggu di Khartoum, Omdurman, dan di beberapa titik di negara itu.

Baca: Bermusuhan Sejak 1948, Inilah Alasan Sudan Bangun Perjanjian Damai dengan Israel

Mantan Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok, menegaskan bahwa perdamaian menjadi satu-satunya pilihan demi menghindari perang saudara

“Kita semua menyaksikan dampak perang saudara di banyak wilayah di Afrika dan dunia Arab. Kita harus mengindarinya dan kita masih bisa mengindari situasi mengerikan seperti itu. Jadi, saya mendesak adanya gencatan senjata dan kesepakatan, yang mengarah kepada penghentian kekerasan secara permanen,” kata Hamdok dikutip dari Sky News.

Dia turut meminta negara-negara lain agar tidak ikut campur dalam perundingan apa pun.

Pernyataan dari PBB pada hari Minggu menyebutkan bahwa al Burhan dan Hemedti menyetujui usulan gencatan senjata selama 3 jam dari pukul 14.00 hingga 17.00 GMT demi upaya evakuasi.

Meski usul itu disetujui, suara tembakan tetap terdengar dan kepulan asap tetap terlihat dalam siaran langsung.

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Sudan di sini.



Editor: Febri Ady Prasetyo

Berita Populer