Menurut CNN, drone itu berjenis Mugin-5 dan ditembak dengan senapan AK-47 tanggal 10 Maret sekitar pukul 02.00 waktu setempat.
Dinas Rahasia Ukraina (SBU) telah mengonfirmasi jatuhnya drone itu. Menurut SBU, drone itu ditembak jatuh saat terbang rendah.
"Dari suaranya, dari cahaya sinyalnya, pasukan menembak banyak ke arah drone itu dan menjatuhkannya," kata Maksim, seorang pejuang Ukraina, kepada CNN, dikutip dari Newsweek. Maksim mengatakan SBU rutin melakukan pengintaian.
Perusahaan Tiongkok yang memproduksi Mugin-5 juga sudah mengakui drone buatannya jatuh. Menurut perusahaan itu, insiden jatuhnya drone tersebut "sangat disesalkan".
"Kami tidak memaafkan penggunaannya [untuk kepentingan perang]. Kami sebisa mungkin berusaha untuk menghentikannya.
Baca: Rusia Berupaya Dapatkan Puing-Puing Drone AS yang Ditabrak Jet Tempur Su-27
Dalam pernyataan yang dirilis di laman resminya tanggal 2 Maret lalu, perusahaan itu mengatakan "drone seharusnya tidak digunakan untuk tujuan militer apa pun". Perusahaan itu juga mengecam adanya pemasangan senjata pada drone buatannya.
"Sejak Mugin berdiri, kami tetap teguh dalam satu tujuan: merancang platform drone untuk kemanusiaan yang lebih baik," demikian pernyataan itu.
"Kami ingin menegaskan fakta bahwa kami sangat mengecam penggunaan drone kami untuk keperluan militer."
Baca: Bertabrakan dengan Jet Tempur Rusia, Drone AS Jatuh di Laut Hitam
Perusahaan itu dilaporkan berhenti menerim pesanan drone dari Rusia dan Ukraina.
Samuel Bendett, pakar di Pusat Analisi Angkatan Laut, mengatakan Rusia juga mengklaim bahwa Ukraina menggunakan drone Mugin untuk serangan jarak jauh ke Krimea.
Sementara itu, Raja Menon, Direktur Program Strategis Besar di Defense Priorities, menyebut penggunaan drone itu bisa memiliki dampak yang lebih luas.
"Tiongkok memiliki dua pemikiran: di satu sisi, mereka melihat perang itu berjalan buruk bagi Rusia dan mereka tidak ingin dikaitkan dengan kegagalan," kata Menon. "Di sisi lain, mereka tidak ingin melihat Rusia kalah."
Menon percaya bahwa kekalahan Rusia secara militer bisa membuat AS untuk lebih memfokuskan wilayah Asia. AS, menurut Menon, melakukan hal yang aneh karena di satu sisi mendorong adanya perdamaian, tetapi di sisi lain menawarkan senjata kepada salah satu pihak yang berperang di Ukraina.
Baca: Intelijen: Tiongkok Pertimbangkan Kirim Drone & Amunisi ke Rusia
Sementara itu, jika Tiongkok mempersenjatai Rusia, Tiongkok tak akan lagi menjadi sosok penengah atau mediator.
"Jika drone itu diberikan oleh Tiongkok kepada Rusia, itu adalah tanda adanya sesuatu yang akan terjadi," kata Menon.
"Yang membuat rumit ialah mereka (Tiongkok) berusaha menegaskan bahwa mereka adalah pendorong perdamaian meski punya rencana yang membuat mereka mendukung Rusia."
Baca berita lain tentang Ukraina di sini.