Krisis ini dimulai dengan bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB), salah satu bank terbesar di AS, pekan lalu. Sementara itu, Bank Nasional Swiss harus menyelamatkan Credit Suisse dari kegagalan pembayaran utang.
Melansir pemberitaan Newsweek, (17/3/2023), ekonom telah memperingatkan bahwa kolapsnya Credit Suisse bisa memicu kepanikan di Barat dan kehancuran ekonomi. Di sisi lain, Putin justru bisa tersenyum melihat apa yang sedang terjadi di Barat.
"Yang diinginkan Putin adalah narasi tentang kekacauan di AS dan Eropa, entah kekacauan karena protes seperti [peristiwa] 6 Januari, polarisasi politik, atau krisis ekonomi," kata Michael Kimmage, mantan Staf di Kementerian Luar Negeri AS, kepada Newsweek.
"Dia hanya ingin menunjukkan bahwa ada kemunduran di Barat dan bahwa Barat tidak mampu membantu Ukraina dalam jangka panjang."
Baca: SVB Tumbang, Jadi Bank Terbesar yang Bangkrut sejak Krisis 2008
Sejak Rusia menyerbu Ukraina, Putin mencela Barat sebagai kekuatan yang telah pudar atau melemah. Putin juga berupaya menguatkan hubungan dengan negara-negara di Timur, seperti Tiongkok dan Iran.
Krisis perbankan di Barat digunakan Putin sebagai cara untuk menenangkan warga Rusia yang cemas lantaran negara mereka dijatuhi banyak sanksi.
Baca: Bertabrakan dengan Jet Tempur Rusia, Drone AS Jatuh di Laut Hitam
Pada bulan Juni lalu Putin menghujat AS dan sekutunya karena, menurut Putin, negara-negara itu "hidup di bawah khayalan mereka sendiri". Dia menyebut hujan sanksi dari Barat adalah hal yang "gila" dan "sembrono".
Menurut Noriel Roubini, ekonom asal AS, Rusia memiliki sejumlah keuntungan karena tidak terikat dengan bank-bank Eropa. Namun, harus diingat bahwa Rusia sudah mengalami kemunduran ekonomi yang besar akibat perang di Ukraina dan dampak awal sanksi dari Barat.
Rusia menjadi salah satu eksportir minyak mentah terbesar dunia. Karena AS dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi yang terkait dengan minyak Rusia, harga minyak dunia melambung menjadi lebih dari $120 per barel di tengah kekhawatiran adanya kelangkaan pasokan.
Roubini percaya bahwa jika terjadi krisis ekonomi besar, harga minyak dan gas akan anjlok sehingga makin memperburuk ekonomi Rusia.
Sementara itu, Putin mengklaim produk domestik bruto (PDB) Rusia hanya turun 2 persen pada tahun 2022. Namun, pakar memperingatkan bahwa Rusia memanfaatkan statistik dalam "perang informasi".
Baca: Pebisnis Rusia Sekaligus Sekutu Putin Ingin Maju Jadi Capres Ukraina 2024
Baca berita lain tentang Rusia di sini.