Ketua LPA NTT Sebut Sekolah Pukul 5 Pagi Adalah Bentuk Kekerasan dan Pelanggaran Hak Anak

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengenai pihak yang menentang, Gubernur NTT Viktor Laiskodat bersikukuh tidak akan mencabut kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Veronika Ata, SH, MH, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTT ikut buka suara terkait kebijakan sekolah masuk pukul 05.00 WITA.

Bahkan Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTT ini dengan tegas menolak kebijakan tersebut.

Veronika Ata menyebut hal tersebut merupakan bentuk kekerasan dan pelanggaran hak anak.

Kedisiplinan seorang siswa, kata Veronika Ata, tidak dapat diukur dari memberlakukan mereka masuk pukul 5 pagi.

Dia juga berpendaat bahwa kebijakan tersebut tidak partisipatif dan intimidatif.

"Kami menolak dengan tegas, kebijakan mulai sekolah jam 5.00 pagi. Ini bentuk kekerasan dan pelanggaran hak anak. Ini sebuah kebijakan yang sepihak, tidak partisipasif, dan intimidatif," ujar Veronika Ata, dikutip dari Surya.

"Menurut saya, ini bukan disiplin, namun ini pelanggaran hak anak," tegas dia.

Baca: Kesaksian Teman SD Jokowi: Kasihan, Sekolah Bertahun-tahun Diisukan Punya Ijazah Palsu

Baca: Anak Susi ART Ferdy Sambo Tak Mau Berangkat Sekolah, Suami Berharap Ia Cepat Pulang

Veronika juga turut menjelaskan hal-hal negatif yang kemungkinan bisa dialami para siswa tersebut.

Dari waktu istirahat yang terganggu hingga anak yang buru-buru tidak sarapan pagi.


"Sangat tidak setuju. Karena bagi anak, jam tidur tidak cukup, waktu istirahat terganggu. Anak mengantuk di sekolah, sehingga tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar secara efektif," kata Veronika Ata.

"Bagaimana anak bisa makan pagi, kalau jam 4.30 harus bergegas ke sekolah. Kapan orang tua masak, kapan makan, kapan siap ke sekolah?" tanya Ketua LPA NTT itu.

Veronika Ata juga menjelaskan soal anak yang terpaksa harus bangun jam 4 pagi atau bahkan sebelumnya.

Kemudian berangkat ke sekolah sebelum jam 05.00 Wita, maka siswa juga rawan mendapatkan kekerasan seksual lantaran hari masih gelap dan transporasi tidak tersedia.

"Rawan kekerasan seksual karena masih gelap dan transportasi tidak tersedia bagi sebagian besar siswa/i. Di sekolah, siswa/i juga bisa stres, mengantuk di kelas, semangat menurun," imbuhnya.

Sementara dampak negatif untuk orangtua, maka orang tua pasti akan sangat sibuk dengan aktifitas lainnya.

Entah aktivitas rumah ataupun mereka yang bekerja, kurang tidur dan bingung menghadapi situasi ini bahkan stres.

Begitu juga bagi guru yang kurang istirahat dan tergesa-gesa.

"Guru menjadi kurang istirahat, tergesa-gesa, stres. Mungkin guru terpaksa ikut aturan karena takut dipecat," tutur Veronika Ata.

Veronika menegaskan, pihaknya tidak setuju dengan kebijakan Pemprov NTT dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Viktor Laikodat Minta Sebut Boleh Pindahkan Anak Jika Tak Mau Masuk Pukul 5 Pagi

Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat tak akan cabut aturan siswa SMA masuk jam 5 pagi. (Instagram @smansixkupang - net via Tribunnews.com)
Halaman
123


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer