Rusia diduga kehabisan senjata jarak jauh, seperti rudal, drone, dan amunisi lain.
"Terus terang saja itu tanda Rusia sedang putus asa sehingga mereka beralih kepada Iran dan Korea Utara," kata Colin Kahl, seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS, ketika berada di Kyiv, Ukraina, (18/1/2023), dikutip dari Newsweek.
Korut telah membantah kabar bahwa negaranya mengirim persenjataan ke Rusia untuk digunakan di medan tempur Ukraina. Senada dengan Korut, Iran juga membantah telah mengirim drone ke Rusia. Namun, Iran kemudian mengakui telah mengirim sejumlah kecil drone ke Rusia sebelum invasi dimulai tanggal 24 Februari 2022.
Di sisi lain, Ukraina dan sekutunya di Barat menyangsikan kebenaran klaim Iran itu. Menurut Ukraina, telah ada pengiriman ratusan drone ke Rusia sejak invasi dimulai. Selain itu, Kremlin disebut sedang medirikan fasilitas untuk memproduksi drone Iran.
Baca: Rusia Sebut Tank Canggih Kiriman Inggris Akan Terbakar di Ukraina
Muncul rumor bahwa Rusia meminta Iran mengirimkan rudal balistik. Ada pula spekulasi bahwa Rusia akan memberikan balas jasa kepada Iran. Balas jasa itu dalam bentuk perlindungan untuk Iran dari sanksi internasional serta pengiriman senjata baru untuk Iran.
Kantor berita Iran, Tasnim, pada hari Minggu, (15/1/2023), melaporkan bahwa Iran akan segera menerima beberapa jet tempur Su-35, sistem pertahanan, rudal, dan helikopter dari Rusia.
Baca: Mantan Panglima Rusia Peringatkan Kemungkinan Perang Saudara di Rusia
"Mengenai pesawat, saya pikir kita harus memperkirakan bahwa Iran dan Rusia akan kembali mempererat hubungan mereka karena Rusia akan makin bergantung pada bantuan dari negara lain untuk mendapatkan senjata belum mencukupu," kata Kahl.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan AS Wendy Sherman mengatakan AS khawatir akan hubungan Rusia-Iran. Kata dia, AS kini memantau kemampuan produksi rudal Rusia dan akan berupaya mengenakan sanksi.
Sherman kembali menegaskan komitmen AS untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia kendati ada ancaman eskalasi dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Putin memutuskan untuk menekan lebih keras, jadi kita juga harus menekan dan kita akan melakukannya," kata dia.
Baca: Ukraina Sebut Rusia Kehilangan 10.000 Tentara dalam 2 Pekan
Ukraina telah memperingatkan kemungkinan adanya mobilisasi lain yang dilakukan Rusia. Bahkan, jumlah yang dimobilisasi bisa mencapai 500.000. Namun, Sherman mengatakan mobilisasi lainnya justru akan menciptakan masalah bagi Rusia.
"Mobilisasi sebanyak 500.000 orang adalah hal yang mengejutkan," kata dia.
Menurut dia, dengan mobilisasi sebanyak itu, tidak akan ada pelatihan cepat untuk para personel. Di samping itu, mereka juga tidak akan mendapat perlengkapan perang.
Baca berita lain tentang Rusia di sini.