Hal ini lantaran istri dari aktivis yang hilang Wiji Thukul dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (5/1/2022).
Berikut Tribunnewswiki himpun informasi terkait sosok Sipon istri dari Wiji Thukul:
Sipon memiliki nama asli Siti Dyah Sujirah.
Mbak Sipon lahir pada tahun 1968.
Istri penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul ini meninggal dunia di usianya yang ke 55 tahun karena sakit.
Baca: Gunawan Maryanto, Aktor Pemeran Wiji Thukul Meninggal Dunia karena Serangan Jantung
Baca: Desmond Junaidi Mahesa
Sebagai informasi, Wiji Thukul adalah salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru.
Namun di tahun 1998, Wiji Thukul dinyatakan hilang dan tidak diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Sampai di ujung usianya, Sipon belum pernah bertemu dengan Wiji Thukul usai peristiwa 1998 itu.
Dikutip dari Kompas.com, Sipon menikah dengan Wiji Thukul pada Oktober 1988.
Kedua pasangan ini dikaruniai dua orang anak.
Mereka adalah Fajar Merah dan Nganthi Wani.
Keduanya adalah sosok yang konsisten menyuarakan keadilan atas kasus ayahnya yang tak lain adalah aktivis tersebut.
Seperti ayahnya, Fajar Merah juga kerap bersuara dengan perantara musik.
Ia memusikalisasi puisi Wiji Thukul, di antaranya Bunga dan Tembok dan Puisi untuk Adik.
Sipon tinggal bersama anak perempuannya Nganthi Wani di RT 001, RW 014, Kampung Jagalan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Tetangga mendiang Mbak Sipon, Tri Wiyono (68) mengatakan istri aktivis Solo itu adalah sosok yang ramah dan baik.
"Baik. Dianya baik," terangnya di rumah duka, Kamis (5/12/2023), dikutip dari Tribun Solo.
Mbak Sipon, lanjut Tri, merupakan orang yang taat ibadah.
Meskipun kondisi kaki sudah diamputasi karena terkena diabetes, Tri menceritakan bahwa Sipon tetap menjalankan ibadah salat.
"Kadang-kadang salat. Kondisinya seperti itu," tuturnya.
Kabar duka datang dari Solo, Jawa Tengah.
Sipon atau Siti Dyah Sujirah, istri dari aktivis Wiji Thukul, dikabarkan meninggal dunia hari ini, Kamis (5/1/2022).
Istri aktivis hak asasi manusia (HAM) dan penyair Wiji Thukul ini meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit Hermina Surakarta.
Kabar ini dikonfirmasi oleh Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul.
"Iya (Mbak Sipon meninggal dunia). Saya ini masih di Jakarta. Jadi siang tadi saya dapat kabar tiba-tiba serangan jantung," ujar Wahyu, dikutip dari Kompas.
Wahyu mengatakan, Sipon sudah lama sakit dan memiliki riwayat gula.
Baca: Gunawan Maryanto, Aktor Pemeran Wiji Thukul Meninggal Dunia karena Serangan Jantung
Baca: Wiji Thukul
Bahkan kaki dari istri Wiji Thukul ini diamputasi sehingga kondisi kesehatannya terus menurun.
Sejak kaki Sipon diamputasi pada pertengahan 2022 lalu, kondisi kesehatannya mulai stabil.
"Tapi seingat saya kalau jantung enggak ya. Kalau orang sudah tua itu kan kemungkinan untuk serangan jantung. Iya, punya penyakit gula sampai kakinya amputasi," jelasnya.
"Sebenarnya sehabis operasi amputasi kaki ya lumayan stabil (kesehatannya). Beberapa kali komunikasi bisa berkomunikasi," lanjut Wahyu.
Wiji Thukul merupakan penyair dan aktivis hak asasi manusia.
Ia lahir di Sorogenen, Solo pada 26 Agustus 1963.
Nama aslinya Wiji Widodo, kemudian nama itu diubah menjadi Thukul oleh Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh oleh penyair WS Rendra.
Arti "Thukul" dalam bahasa Jawa berarti bertumbuh.
Setelah lulus SMP Wiji Thukul melanjutkan belajarnya di jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia.
Namun sayangnya ia hanya selesai sampai di kelas II saja.
Hal itu lantaran ia memilih untuk bekerja agar bisa membiayai adik-adiknya untuk bisa melanjutkan sekolah.
Pekerjaan pertama Wiji Thukul adalah sebagai loper koran.
Setelah itu ia menjadi calo tiket, dan tukang pelitur furnitur di perusahaan mebel.
Selain itu ia juga mengamen puisi ke kampung dan kota-kota.
Wiji Thukul memimpin unjuk rasa di Sukoharjo Solo pada 11 Desember 1995.
Peristiwa itu terjadi pada 11 Desember 1995 ketika Wiji Thukul berhasil membakar semangat lebih dari 15 ribu buruh pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Desa Jetis, Sukoharjo, Solo.
Mereka diajak untuk berhenti kerja sejak pagi dan melakukan unjuk rasa.
Unjuk rasa ini disebabkan karena upah yang diterima buruh jauh di bawah standar.
Sementara mereka sering melakukan lembur dan tak jarang mengalami sakit.
Padahal pada saat itu kas dari perusahaan sedang bagus.
Dan ketika hari itu tiba, hal yang tidak diduga ialah sebelum pukul tujuh pagi, aparat telah merangsek barisan para buruh.
Wiji Thukul tertangkap dan dihajar bertubi-tubi oleh aparat.
Mata kanannya bengkak dan membiru, sehingga terancam buta.
Kondisi matanya membaik setelah dioperasi di rumah sakit mata di Yogyakarta beberapa bulan kemudian.
Pada tahun 1998, Wiji Thukul dikabarkan hilang.
Hilangnya Wiji Thukul secara resmi diumumkan oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 2000.
Kontras menyatakan hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 karena diduga berkaitan dengan aktivitas politik yang dilakukan oleh Wiji Thukul sendiri.
Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru.
Sejak dinyatakan hilang, sampai saat ini keberadaannya Wiji Thukul masih misteri apakah ia masih hidup atau sudah tiada.