Syahrul pun menceritakan kaca mobilnya yang diketuk oleh orang saat sampai di Rumah Sakit Siloam Duren Tiga.
"Mas, sini, Mas, saya yang pesan ambulans, beliau naik motor,” ujar Syahrul, dilansir dari Kompas.
Syahrul lalu mengatakan dirinya diarahkan untuk masuk ke Komplek Polri Duren Tiga.
Kemudian mobilnya kembali dihentikan anggota Provos saat sampai di gapura perumahan Duren Tiga.
“Di situ ada anggota Provos, lalu saya disetop. ‘Mau ke mana dan tujuan apa?'” kata Syahrul menirukan suara petugas Provos.
Sopir ambulans tersebut lalu menunjukkan lokasi titik penjemputan di Komplek Polri Duren Tiga.
Baca: Hasil Olah TKP Kematian Brigadir J Dilarang Disebarluaskan, Sambo: Jangan Ngomong Kemana-mana Dulu
Baca: Pakar Sebut Hakim Tahu Susi ART Ferdy Sambo Berbohong dalam Persidangan Kematian Brigadir J
Namun, Syahrul justru diminta mematikan sirene atau rotator mobil ambulans saat memasuki kompleks.
“Katanya (anggota Provos), 'Ya sudah, Mas, masuk saja lurus, minta sirene ambulansnya dimatikan'” lanjut Syahrul masih menirukan percakapan.
Awalnya Syahrul yang menjadi sopir ambulans pengangkut jenazah Brigadir J itu mendapat telepon dari call center tempatnya bekerja, yakni di PT Bintang Medika sekitar pukul 19.08 WIB.
Telepon tersebut untuk penjemputan orang sakit.
Syahrul juga mengaku belum tahu tempat penjemputan saat itu.
“Lalu, saya prepare untuk jemput ke lokasi. Saya belum tahu (tempat penjemputan) saat itu, lokasinya maps,” ujar Syahrul.
Lalu kira-kira pukul 19.13 WIB ada nomor tidak dikenal mengirimi pesan singkat lewat WhatsApp (WA) untuk menanyakan lokasinya.
“Saudara dari mana?" tanya hakim ketua Wahyu Iman Santosa.
“Pancoran Barat 7,” sahut Syahrul.
Lalu Syahrul mulai menuju ke titik penjemputan di Duren Tiga lewat jalan Tegal Parang.
Baca: Samual Ngaku Sempat Percaya Skenario Tembak Menembak Sambo Karena Pangkat Kadiv Propam
Baca: Sosok AKP Rifaizal Samual, Polisi yang Sempat Cecar Bharada E dan Disentil Sambo
Ahmad Syahrul mengatakan mayat korban tidak langsung dibawa ke kamar mayat.
Syahrul mengaku sempat heran saat diminta mengantar jenazah Brigadir Yosua ke IGD bukan ke kamar jenazah langsung.
“Biasanya saya langsung ke kamar jenazah,” kata Syahrul menirukan ucapannya saat kejadian.
Sebelumnya, kata Syahrul dia sembat cekcok dengan anggota polisi saat jenazah Brigadir J sampai di RS Polri, pada 8 Juli 2022 silam.
Menurut pengakuan Syahrul, kala itu anggota polisi tidak tahu mengapa jenazahBrigadir J dilarang dibawa ke kamar jenazah.
Seusai perdebatan itu, akhirnya jenazah Brigadir J dibawa ke kamar jenazah.
Selain itu dalam kesaksiannya, Syahrul mengatakan detik-detik dirinya melihat jenazah Brigadir J saat masih berada di Duren Tiga.
Saat itu Syahrul pun sempat menanyakan orang sakit pada anggota polisi yang ada di rumah dinas Eks Kadiv Propam itu.
Akan tetapi, polisi justru menjawab ada jenazah disana.
Oleh anggota Polri yang tak diketahui namanya, sopir ambulans itu mengklaim diperintahkan untuk mengecek nadi Brigadir J.
Syahrul memastikan tak ada denyut nadi dalam jasad Brigadir J. Setelah dicek ternyata Brigadir J sudah tak bernyawa.
"sudah tidak ada nadinya," ujar Syahrul, dikutip dari KompasTV, via Wartakota pada Senin (7/11/2022)
Sebagai informasi, Ahmad Syahrul ikut memberikan kesaksian pada sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Yosua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan terdakwa Richard Eliezer atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Senin (7/11/2022).
Syahrul mengatakan dirinya melihat jasad Brigadir J telentang di lantai dengan baju warna putih serta wajah yang ditutupi masker hitam.
"Posisinya telentang, cuma pakai baju. Dan wajahnya ditutupi sama masker, Yang Mulia," ujar Syahrul, dikutip dari Kompas.
Baca: Diminta Sambo agar Tak Keras saat Periksa Bharada E, AKP Samual: Siap Bisa Jenderal
Baca: Pengunjung Teriaki Kuat Maruf Saat Masuk Ruang Sidang: Permainanmu Paten, Ayo Jujur
Kala itu, ungkap Syahrul, dirinya tidak mendapatkan penjelasan apapun terkait jasad yang tergeletak itu atau kejadian apa yang baru terjadi.
Anggota Polri yang lagi-lagi tak dia ketahui namanya memerintahkan Syahrul untuk mengevakuasi jasad Brigadir J.
"Saya bilang, izin, Pak, ambil kantong jenazah," kata Syahrul mengingat percakapannya kala itu.
"Memang ada di mobil kamu kantong jenazah?" tanya anggota polisi yang tak Syahrul ketahui namanya.
"Ada, Pak," kata Syahrul.
"Oh ya sudah, ambil," sambung anggota Polri itu.
"Saya jalan tetapi saya diikuti sama anggota, tapi saya tidak tahu namanya. Lalu saya ambil kantong jenazah di dalam mobil, masuk kembali ke dalam rumah," ucap Syahrul.
Kemudian Syahrul menggelar kantong jenazah di dekat jasad Brigadir J.
Syahrul juga meminta bantuan kepada anggota Polri yang ada di sekitarnya untuk membantu memasukkan jasad Brigadir J ke dalam kantong.
"Saya bilang sama anggota yang di rumah itu, Bapak, boleh minta tolong dibantu?
"Kebetulan saya (pegang jasad) yang di bagian kepala, Yang Mulia, saya ambil tangannya kanan kiri, baru dibantu sama bapak-bapak yang lain dibantu diangkat, Yang Mulia, untuk memasukkan ke kantong jenazah," imbuh dia.