Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan, penyebab gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak bukan berasal dari ruang lingkup Covid-19, baik infeksi virus atau efek dari vaksin Covid-19.
"Kasus gagal ginjal akut ini bukan disebabkan oleh Covid-19, vaksinasi Covid-19, atau imunisasi rutin. Diduga akibat adanya cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi," kata Syahril dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa (25/10/2022), dikutip dari Kompas.com.
Syahril mengatakan, konklusi itu muncul setelah Kemenkes melakukan serangkaian penyelidikan epidemiologi, surveillance, dan penelitian atau pemeriksaan terhadap pasien.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pihaknya menyingkirkan beberapa hal yang sebelumnya turut diduga.
"Kita sudah menyingkirkan kasus yang disebabkan oleh infeksi, dehidrasi berat, pendarahan berat, termasuk keracunan makanan dan minuman," ucap Syahril.'
"Dengan upaya itu, Kemenkes bersama IDAI dan profesi terkait telah menjurus kepada salah satu penyebab yaitu adanya keracunan atau intoksikasi obat," sambungnya.
Penelitian kemudian diperkuat dengan tidak adanya kasus gangguan ginjal baru di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sejak 22 Oktober 2022, setelah Kemenkes mengeluarkan instruksi agar tidak mengonsumsi sementara obat sirup.
Adapun RSCM adalah satu dari 14 rumah sakit rujukan yang disediakan Kemenkes untuk gangguan ginjal akut.
"Tidak ada pasien baru sejak tanggal 22 Oktober yang lalu," ungkap Syahril.
Baca: Perkembangan Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia : 245 Orang Terdiagnosis, 141 Orang Meninggal
Kemenkes sudah mendatangkan obat penawar (antidotum) bernama Fomepizole untuk pengobatan pasien, yang diklaim mampu mengikat racun yang terdeteksi dalam ginjal pasien.
Sejauh ini, 26 vial Fomepizole sudah didatangkan dari Singapura, dan 16 vial lainnya dari Australia.
Kemudian, Kemenkes bakal mendatangkan obat serupa dari Jepang dan Amerika Serikat dengan total 200 vial.
"Dari hasil pemberian obat Fometizole, 10 dari 11 pasien yang telah diberikan Fometizole (di RSCM) terus mengalami perbaikan secara klinis. Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut," jelas Syahril.