Popularitas Putin Disebut Turun, Pertama sejak Invasi di Ukraina

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan tentang pertanian melalui tautan video di Novo-Ogaryovo pada 5 April 2022.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Popularitas Presiden Rusia Vladimir Putin turun untuk pertama kalinya sejak Rusia menyerbu Ukraina.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh LSM bernama Pusat Analisis Levada, didapati bahwa approval rating atau angka kepuasan terhadap Putin mencapai 77 persen pada bulan September.

Adapun 22 persen responden menyatakan tidak puas, sedangkan 2 persen lainnya tidak menjawab.

Angka kepuasan mengalami penurunan karena pada bulan Agustus lalu approval rating Putin mencapai 83 persen. Sebanyak 15 persen mengaku tidak puas, sedangkan 2 persen lainnya tidak menjawab.

Dikutip dari Newsweek, (1/10/2022), dalam beberapa bulan terakhir angka kepuasan terhadap Putin cenderung tinggi. Pada bulan Februari angka kepuasan mencapai 71 persen, sedangkan ketidakpuasan mencapai 27 persen.

Angka kepuasan naik menjadi 83 persen pada bulan Maret, sedangkan ketidakpuasan turun menjadi 15 persen.

Baca: Propagandis Rusia Sekaligus Sekutu Putin Diduga Kabur dari Mobilisasi

Pada bulan April angka kepuasan 82 persen. Adapun pada bulan Mei hingga Agustus tahun ini, angka kepuasan naik tipis menjadi 83 persen.

Turunnya angka kepuasan terhadap Putin juga dibarengi dengan turunnya angka kepuasan terhadap pemerintah Rusia.

Baca: Cegah Warganya Kabur dari Mobilisasi, Rusia Buka Kantor di Perbatasan

Dalam beberapa bulan belakangan, angka kepuasan terhadap pemerintah cenderung turun dan kini hanya 63 persen. Ketidakpuasan mencapai 34 persen, sedangkan 3 persen responden tidak menjawab.

Pada bulan Agustus angka kepuasan lebih besar sedikit, yakni 68 persen. Adapun ketidakpuasan mencapai 28 persen.

Pusat Analisis Levada adalah lembaga indpenden yang menggelar jajak pendapat.

Beberapa lembaga yang dikontrol pemerintah turut menggelar jajak pendapat. Namun, hasil jajak pendapat ini diragukan kesahihannya.

Baca: Hampir 100.000 Warga Rusia Kabur ke Kazakhstan untuk Hindari Mobilisasi

Maxim Alyukov, peneliti di King's College, pada bulan Maret lalu mengatakan warga negara di negara otoriter sering takut menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan politik.

"Ini memunculkan distorsi yang dikenal sebagai 'keberpihakan terhadap keinginan', warga berbohong tentang pendapatnya sehingga hasil survei menggelembung," tulis Alyukov.

Belum diketahui seberapa besar dampak perang di Ukraina terhadap popularitas Putin. Namun, kebijakan mobilisasi yang diumumkannya tanggal 21 September lalu memicu banyak protes. Bahkan, ribuan warga Rusia dilaporkan kabur ke luar negeri untuk menghindari mobilisasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) melihat kapal-kapal armada Rusia di Laut Hitam ketika berkunjung ke Sevastopol di Krimea, (9/5/2014) (ALEXEY DRUZHININ / RIA-NOVOSTI / AFP)

Putin mengakui bahwa ada banyak kesalahan atau permasalahan dalam kebijakan ini.

"Dalam mobilisasi ini, ada banyak pertanyaan yang muncul, dan kesalahan harus diperbaiki dan dicegah agar tidak terjadi pada masa mendatang," kata Putin.

"Sebagai contoh, saya memikirkan para ayah yang memiliki banyak anak, orang-orang yang menderita penyakit kronis, dan mereka yang sudah lewat batas umur wajib militer."

Baca: Banyak Warga Rusia Ingin Kabur, Terjadi Kemacetan hingga 16 Km di Perbatasan

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Vladimir Putin di sini

 



Editor: Febri Ady Prasetyo

Berita Populer