Namun, hingga kini Rusia belum memutuskan apakah akan menutup perbatasan untuk menghentikan aksi kabur itu.
"Saya belum tahu apa pun tentang ini. Saat ini belum ada keputusan yang diambil," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, ketika ditanya tentang rencana penutupan perbatasan, dikutip dari Reuters.
Pekan lalu Presiden Rusia Vlaidmir Putin sudah mengumumkan kebijakan "mobilisasi sebagian". Namun, kebijakan itu banyak ditentang oleh warga Rusia.
Tiket penerbangan untuk pergi dari Rusia dilaporkan ludes terjual. Sementara itu, terjadi kemacetan di dekat berada perbatasan antara Georgia dan Rusia. Georgia menjadi menjadi tujuan banyak warga Rusia karena mereka tidak perlu membawa visa.
Baca: Protes Antimobilisasi di Rusia Berlanjut, Ratusan Orang Ditangkap
Sergei Tsekov, seorang anggota dewan di Rusia yang mewakili daerah Krimea, buka suara mengenai hal ini.
"Setiap orang yang sudah memasuki usia wajib militer seharusnya dilarang pergi ke luar negeri pada kondisi saat ini," kata Tsekov kepada kantor berita RIA.
Baca: Di Bar Ini, Warga Rusia yang Lari dari Mobilisasi Harus Tanda Tangani Formulir Anti-Putin
Dua media berbahasa Rusia, Meduza dan Novaya Gazeta Europe, melaporkan bahwa Rusia sudah berencana melarang warganya pergi ke luar negeri. Laporan ini bersumber dari ucapan beberapa pejabat.
Kebijakan mobilisasi diprotes oleh warga Rusia. Diperkirakan sudah ada 2.000 orang yang ditahan karena berunjuk rasa menentang mobilisasi.
Rusia menganggap orang-orang yang telah menjalani wajib militer sebagai tentara cadangan. Menurut perkiraan, Rusia bisa mengerahkan 300.000 tentara dengan kebijakan mobilisasi.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris mengatakan puluhan ribu orang di Rusia telah menerima surat perintah untuk ikut bertempur. Mereka diperkirakan akan dikirim ke garis depan pertempuran di Ukraina.
Baca: Hindari Mobilisasi, Beberapa Warga Rusia Pilih Kabur ke Luar Negeri
"Kurangnya pelatih militer dan tergesa-gesanya Rusia dalam memulai mobilisasi menunjukkan bahwa orang-orang yang menjalani wajib militer akan dikerahkan ke garis depan dengan sedikit persiapan," kata Kemenhan Inggris.
Vladimir Solovyov, seorang pembawa acara di TV yang pro-Kremlin, mengkritik poses rekrutmen dalam mobilisasi.
Solovyov mengaku mendukung kebijakan mobilisasi. Namun, dia mengecam beberapa petugas rekrutmen karena merekrut orang yang terlalu tua.
"Bisakah kita menembak mereka [petugas rekrutmen]?" tanya dia. "Saya mendukung. Saya hanya ingin beberapa orang petugas rekrutmen di depan umum. Seret petugas itu dengan memegang telinga mereka, dan bawa mereka ke medan tempur di Donbas!"
Peskov mengakui bahwa ada beberapa kesalahan dalam pemanggilan atau rekrutmen. Namun, kesalahan itu telah diperbaiki oleh para gubernur regional dan Kementerian Pertahanan.
Baca: Lebih dari 1.200 Warga Rusia Ditangkap karena Memprotes Mobilisasi
Baca berita lain tentang Rusia di sini