Kecaman itu disampaikan Panuelo pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, (22/9/2022).
Menurut Panuelo, negaranya "sangat cemas" akan keputusan Jepang membuang air dari Advanced Liquid Processing System itu ke lautan.
"Kami tak bisa menutup mata terhadap ancaman yang terbayangkan dari kontaminasi nuklir, polusi di lautan, dan pada akhirnya kehancuran Benua Pasifik Biru," kata Panuelo dikutip dari Reuters.
"Dampak keputusan ini pada dasarnya akan melampaui batas negara, dan berdampak antargenerasi. Sebagai kepala negara Mikronesia, saya tidak bisa mengizinkan hancurnya sumber daya laut yang menghidupi rakyat kami."
Baca: Jepang Marah karena Rudal yang Ditembakkan Tiongkok Diduga Jatuh di Wilayahnya
Pada bulan Juli lalu regulator nuklir di Jepang telah mengizinkan rencana pembuangan air itu. Air tersebut pernah digunakan untuk mendinginkan reaktor PLTN setelah terjadinya bencana nuklir Fukushima tahun 2011 silam.
Air yang terkontaminasi itu disimpan dalam tangki besar di area PLTN. Beratnya sudah mencapai lebih dari 1,3 juta ton per Juli lalu.
Baca: UU Baru Izinkan Korut Gunakan Senjata Nuklir Terlebih Dulu jika Terancam
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jepang berujar regulator nuklir telah menganggap aman pembuangan air limbah itu.
Wakil Sekretaris Pers Kemenlu Jepang, Yukiko Okano, menyebut negaranya akan berusaha untuk "mendapatkan pemahaman dari masyarakat international mengenai keamanan tindakan Jepang di sana".
Tokyo Power Electric Company yang mengoperasikan PLTN itu mengaku akan menyaring air yang terkontaminasi untuk menyingkirkan isotop berbahaya dari tritium. Kemudian, air itu akan diencerkan dan dibuang agar area di PLTN tidak penuh.
Namun, rencana itu mendapat kecaman dari para serikat pekerja perikanan karena dikhawatirkan akan berdampak terhadap matapencaharian mereka. Tiongkok, Korea Selatan, dan Taiwan juga mengaku khawatir akan rencana itu.
Baca: Jika AS & Rusia Gelar Perang Nuklir, Argentina & Australia Jadi yang Paling Kuat Bertahan
Dalam sidang tersebut, Panuelo juga menyoroti ancaman yang dimunculkan oleh perubahan iklim. Kata dia, negara-negara kepulauan di Pasifik rentan terdampak.
Panuelo meminta Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menganggap ancaman itu sebagai "persoalan nonpolitik dan bukan persaingan" agar keduanya bisa bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim.
Baca berita lain tentang Jepang di sini