Elizabeth II Mangkat, Kelompok Republik Suarakan Penghapusan Monarki Inggris

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peti mati Ratu Elizabeth II dibawa ke Istana Holyroodhouse dengan mobil, (11/9/2022).

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Di tengah kepergian Ratu Elizabeth II, kelompok antimonarki tetap teguh menyuarakan penghapusan monarki Inggris.

Kelompok itu bernama Republik dan didirikan tahun 1983. Republik menginginkan Inggris dipimpin oleh kepala negara yang dipilih melalui pemilihan yang demokratis.

Republik mengkritik pedas pengangkatan Pengeran Charles sebagai Raja Inggris karena dianggap tidak demokratis. Kendati demikian, Republik tetap mengungkapkan simpatinya kepada Raja Charles yang baru saja kehilangan ibunya.

Dilansir dari The New York Times, kenaikan takhta Charles III dianggap sebagai momentum besar bagi Republik. Jajak pendapat menunjukkan Charles kurang populer dibandingkan dengan ibunya.

Inggris sudah menggunakan sistem monarki selama sembilan abad. Namun, terdapat periode singkat sistem republik pada abad ke-17.

Baca: Kelompok Antimonarki Kecam Pengangkatan Charles sebagai Raja Inggris

Kini raja/ratu Inggris tidak sekuat dulu. Banyak kekuasaan yang sudah diserahkan kepada parlemen. Kendati demikian, raja/ratu masih memainkan peran penting, meski secara simbolis.

Raja/ratu berperan dalam transisi pemerintahan, administrasi Gereja Inggris, dan sistem peradilan.

Baca: Terungkap, Raja Charles III Larang Meghan Markle Temui Ratu Elizabeth II Pada Saat Kritis

Kelompok Republik ingin mengubah hal di atas dengan cara mengganti raja/ratu dengan presiden terpilih. Namun, sejak republik terakhir Inggris berakhir empat abad lalu, sistem republik kurang mendapat dukungan.

Namun, ada momen-momen tertentu ketika perdebatan mengenai penghapusan monarki menyeruak. Misalnya, pada tahun 1991 anggota Majelis Rendah Inggris bernama Tony Wing mencoba membuat parlemen mengadakan pemungutan suara untuk menghapus monarki. Surat kabar The Guardian pada tahun 2000 juga pernah memunculkan kampanye pendirian republik.

Sayangnya, upaya di atas gagal. Akan tetapi, saat ini Republik merasa mendapat momen yang tepat karena Charles tidak sepopuler Elizabeth.

Jajak pendapat pada bulan Mei memeperlihatkan bahwa persentase warga Inggris yang mendukung kenaikan Charles hanya 65 persen, lebih rendah 21 persen daripada Elizabeth. Selain itu, sejarawan David Edgerton mengatakan Charles tidak memiliki kharisma sebesar ibunya.

Baca: Elizabeth II Wafat, Kini Margrethe II Jadi Satu-satunya Ratu di Eropa

Raja Charles III (Hannah McKay/AFP/Getty Images)

"Kami akan melakukan kampanye kuat tidak lama setelah pemakaman hingga pelantikan [Chales III]," kata Graham Smith, pemimpin kelompok Republik, dikutip dari The New York Times.

"Ini akan menjadi kampanye yang jauh lebih mudah dilakukan," kata dia menambahkan.

Berbeda dengan ibunya, Charles tersandung oleh sejumlah kontroversi. Salah satunya dugaan bahwa yayasan amal Charles menawari bantuan untuk mendapatkan gelar bangsawan dan kewargaraan kepada seorang pebisnis Arab Saudi. Bantuan itu sebagai imbalan atas sumbangan besar yang diberikan.

Selain itu, Charles juga tersandung skandal perselingkuhan sewaktu dia masih menikah dengan istri pertamanya, Putri Diana. Keduanya kemudian memutuskan bercerai.

Baca: Peti Mati Ratu Elizabeth II Telah Disiapkan 30 Tahun Lalu

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Inggris di sini.



Editor: Febri Ady Prasetyo

Berita Populer