Ironis, Rusia Justru Buang Gas Besar-besaran saat Harga Gas Melonjak di Eropa

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pipa Nord Stream yang mengalirkan gas dari Rusia.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Di tengah melambungnya harga gas di Eropa, Rusia justru dikabarkan membakar atau membuang gas alam dalam jumlah besar.

Gas itu dibakar di sebuah kilang gas Rusia di dekat perbatasan Rusia-Finlandia.

Hasil analisis dari Rystad Energy menunjukkan kilang itu membakar gas senilai $10 juta atau sekitar Rp148 miliar tiap hari. Pakar berkata gas itu awalnya akan diekspor ke Jerman.

Dilansir dari BBC, (26/8/2022), ilmuwan mengaku prihatin dengan jumlah karbon dioksida yang ditimbulkan oleh tindakan "buang-buang gas" itu.

Pembakaran gas itu dinilai bisa memicu mencairnya es di kawasan Arktik atau kutub utara Bumi.

Diperkirakan jumlah gas yang dibakar tiap hari mencapai 4,34 juta meter kubik.

Gas itu didatangkan dari kilang gas alam di Portovaya, barat daya St. Petersburg. Portovaya berada dekat stasiun kompresor yang menjadi jalur awal pipa gas Nord Stream yang mengalirkan gas ke Jerman.

Baca: Rusia Kembali Kurangi Pasokan Gas ke Eropa, Pejabat AS: Buat Kepanikan

Aliran gas dari pipa itu telah berkurang sejak pertengahan bulan Juli lalu.

Rusia menyebut hal itu disebabkan oleh permasalah teknis. Namun, Jerman berkata Rusia memang sengaja mengurangi aliran gas karena alasan poltik.

Adapun tindakan bakar gas diketahui setelah sejumlah warga Finlandia di sekitar perbatasan Rusia melihat nyala api besar di cakrawala pada awal musim panas ini.

Sejak bulan Juni lalu peneliti juga sudah melihat adanya peningkatan panas yang keluar dari kilang gas itu.

Sebenarnya pembakaran gas adalah hal yang biasa terjadi di kilang pemrosesan demi keamanan. Kendati demikian, skala pembakaran yang begitu besar membuat para peneliti menaruh kecurigaan.

Baca: Demi Gagalkan Rencana Putin, Uni Eropa Minta Penggunaan Gas Dikurangi

"Saya tak pernah melihat nyala api yang begitu banyak di kilang gas alam," kata Dr. Jessica McCarty, seorang pakar data satelit dari Universitas Miami di Ohio, Amerika Serikat, dikutip dari BBC.

"Sejak sekitar bulan Juni, kami melihat puncak nyala api yang besar ini, dan ini tidak hilang. Nyalanya tetap tinggi dan tidak normal," kata dia menjelaskan.

Katup pipa gas Rusia (DOMINIQUE FAGET / AFP)

Mark Davis, CEO Capterio, perusahaan yang terlibat dalam proyek mencari solusi atas pembakaran gas, turut memberikan tanggapannya.

Menurut Davis pembakaran besar-besaran di kilang tersebut adalah hal yang disengaja. Kemungkinan hal itu dilakukan karena alasan operasional.

"Operator sering kali ragu untuk menonaktifkan fasilitas karena takut bakal kesusahan atau perlu banyak dana untuk menghidupkannya lagi, dan ini mungkin alasannya," kata Davis.

Baca: Sebut Eropa Tak Bisa Tinggalkan Gas Rusia, Putin Alihkan Ekspor Gas ke Asia

Yang lainnya percaya bahwa mungkin Rusia kesusahan mengatasi besarnya volume gas yang dipasok ke pipa Nord Stream 1.

Gazprom, BUMN energi asal Rusia, kemungkinan ingin menggunakan gas itu untuk membuat gas alam di kilang batu.

Namun, mereka mungkin mengalami masalah dalam menanganinya sehingga pilihan yang paling aman adalah membakarnya.

Selain itu, pembakaran itu mungkin juga disebabkan oleh perang dagang antara Eropa dan Rusia akibat invasi Rusia ke Ukraina.

"Jadi karena ada larangan perdagangan dengan Rusia, mereka tidak bisa membuat katup berkualitas tinggi yang dibutuhkan dalam memproses minyak dan gas. Jadi, mungkin ada beberapa katup yang rusak dan mereka tidak bisa menggantinya," kata Esa Vakkilainen, profesor bidang energi dari Universitas LUT di Finlandia.

Gazprom belum buka suara untuk memberikan penjelasan tentang pembakaran itu.

"Meski alasan sebenarnya dari pembakaran itu tidak diketahui, volume, emisi, dan lokasi pembakaran itu mengingatkan akan dominasi Rusia dalam pasar energi di Eropa," kata Sindre Knutsson dari Rystad Energy.

"Tak ada lagi tanda yang lebih jelas, Rusia bisa menurunkan harga energi besok. Ini adalah gas yang seharusnya diekspor melalui pipa Nord Stream 1 atau lainnya."

(Tribunnewswiki)

Baca berita lainnya tentang Rusia di sini

 



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer