Darya Dugina adalah putri Alexander Dugin, seorang pakar politik yang dikenal sebagai sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut Ponomarev, Tentara Republikan Nasional (NRA) adalah otak di balik serangan bom tersebut.
Berbeda dengan Ponomarev, pemerintahan Putin menganggap serangan itu dilakukan oleh Ukraina. Namun, Ukraina membantah tudingan itu.
"Aksi ini, seperti banyak aksi partisan lainnya yang dijalankan di wilayah Rusia beberapa, dilakukan oleh Tentara Republikan Nasional," kata Ponomarev dikutip dari The Guardian.
Ucapan itu disampaikan kepada February Morning, kanal TV pihak oposisi. Ponomarev sendiri diusir dari negaranya karena melakukan aktivitas anti-Kremlin.
"Peristiwa penting terjadi di Moskwa kemarin malam. Serangan ini membuka lembaran baru dalam resistansi orang Rusia terhadap Putinisme. Baru, tetapi bukan yang terakhir," kata dia menjelaskan.
Baca: Sudah Angkat Kaki dari Rusia, Starbucks Digantikan Stars Coffee, Logo Mirip
Darya Dugina (30 tahun) dan ayahnya telah dijatuhi sanksi oleh Inggris dan Amerika Serikat (AS) karena dianggap mengganggu ketenteraman di Ukraina.
Ponomarev berujar para partisan di wilayah Rusia siap melakukan serangan serupa terhadap orang-orang penting di Rusia, termasuk para elite oligarki dan anggota badan keamanan Rusia.
Baca: Menteri Pendidikan Ukraina Sebut Rusia Bakar Buku Sekolah dan Siksa Guru
Sebagai anggota sayap kini dalam parlemen Rusia, Ponomarev menolak aneksasi Krimea tahun 2014.
Kremlin kemudian geram dan melarangnya kembali ke Rusia ketika dia berkunjung ke AS.
Ponomarev selanjutnya memutuskan menjadi warga negara Ukraina pada tahun 2019.
Perselisihan antara Ponomarev dan Putin juga diketahui secara luas.
Pada bulan Maret lalu, setelah invasi Rusia dimulai, dia mendirikan February Morning dan Rozpartisan yang memberitakan aksi antiperang di Rusia.
Baca: Rusia Sebut Tak Butuh Senjata Nuklir untuk Capai Tujuannya di Ukraina
Klaimnya bahwa ada kelompok bawah tanah di Rusia yang ingin menghabisi elite Rusia bisa membuat Kremlin makin waspada.
Adapun NRA pernah mengeluarkan pernyataan yang mengecam pemerintahan Putin.
"Kami menyatakan Presiden Putin adalah perampas kekuasaan dan penjahat perang yang mengubah konstitusi, melancarkan perang saudara di antara orang-orang Slavia dan mengirim tentara Rusia menuju kematian yang tak berperikemanusiaan," demikian pernyataan NRA.
"Putin akan digulingkan dan dihancurkan oleh kami!"
NRA juga mengklaim pemerintahan Rusia dan pejabat regional adalah "kaki tangan" Putin.
"Mereka yang tidak meninggalkan jabatannya akan dihancurkan oleh kami."
Baca: Ukraina Minta Rusia Kembali Disanksi karena Bahayakan PLTN Terbesar di Eropa
Baca berita lainnya tentang Rusia di sini