Menurut Tedros, kurangnya sorotan terhadap konflik bersenjata di sana mungkin disebabkan oleh "warna kulit" atau rasisme.
Tedros sempat menyebut konflik di daerah Tigray, Etiopia, itu sebagai "krisis kemanusiaan terburuk sedunia".
Konflik bersenjata di Tigray dimulai sejak bulan November 2020. Dalam konflik itu, pemerintah Etiopia berperang melawan organisasi yang disebut Front Pembebasan Rakyat Tigray atau TPLF.
Dikutip dari The Guardian, hanya ada sedikit bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Etiopia setelah pasukan Tigray mengambil alih sebagian besar daerah itu pada bulan Juni 2021.
Bantuan mulai banyak dikirimkan pada beberapa bulan terakhir. Kendati demikian, jumlah bantuan itu belum cukup untuk jutaan warga yang terjebak di sana.
Kata Tedros, di sana terdapat enam juta orang yang tidak bisa mendapat kebutuhan dasar.
Warga Tigray tidak bisa mendapat obat-obatan dan layanan komunikasi. Bahkan, mereka juga dilarang meninggalkan Tigray.
Baca: Indonesia Pusing Atasi Polusi Udara, Etiopia Pecahkan Rekor Tanam 350 Juta Pohon dalam Sehari
Kepala WHO itu mempertanyakan alasan konflik di negerinya tidak mendapat perhatian banyak seperti konflik di Ukraina.
"Mungkin alasannya ialah warna kulit orang-orangnya," kata Tedros yang juga berasal dari Tigray, dikutip dari Reuters.
Pada bulan April lalu dia sempat mempertanyakan apakah kehidupan "kulit hitam dan kulit putih" di dunia ini mendapat perhatian yang sama.
Baca: Menolak Menikah di Bawah Umur, Amarech, Gadis Ethiopia Manfaatkan Lampu Tenaga Surya
Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan juga menyinggung kurangnya perhatian terhadap masalah kekeringan dan kelaparan di daerah Tanduk Afrika dan krisis kesehatan yang terjadi kemudian.
"Tampaknya tak ada yang peduli dengan apa yang kini terjadi di daerah Tanduk Afrika," kata Ryan.
WHO sendiri sudah menyerukan penggalangan dana sebesar $123,7 juta untuk mengatasi masalah di daerah tersebut yang disebabkan oleh kekurangan pangan. Di sana diperkirakan ada jutaan yang kelaparan.
"Tidak tempat di dunia ini yang di sana Anda bisa melihat kekejaman dalam tingkat ini, tempat pemerintah menghukum enam juta warganya selama lebih dari 21 bulan," kata Tedros.
Baca: Tedros Adhanom
Pemerintah Etiopia menyebut Tedros menggunakan jabatannya agar bisa "meningkatkan kepentingan politiknya dengan mengorbankan Etiopia".
Dia juga disebut terus menjadi anggota aktif TPLF.
Tedros sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Kesehatan Etiopia ketika TPLF mendominasi koalisi pemerintahan di negara itu.
Baca berita lainnya tentang Tedros Adhanom Ghebreyesus di sini