Menurut Biro Statistik Hong Kong, jumlah penduduk di sana turun dari 7,4 juta menjadi 7,29 juta.
Ini merupakan penurunan terbesar sejak tahun 1961 ketika pemerintah Hong Kong mulai melakukan pencatatan.
Pihak berwenang di Hong Kong mengaitkan penurunan itu dengan penyebab alami, yakni lebih banyak kematian yang terjadi daripada kelahiran.
Kendati demikian, sejumlah pakar mengatakan penurun itu memperlihatkan adanya migrasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir.
Migrasi itu terjadi di tengah kerusuhan sosial, termasuk aksi protes menentang pemerintah dan pandemi Covid-19.
Dilansir dari CNN International, (12/8/2022), sebanyak 113.200 penduduk dilaporkan meninggalkan daerah khusus itu tahun lalu. Pada tahun sebelumnya, terdapat 89.200 penduduk yang pergi.
Angka ini termasuk para ekspatriat dan warga tidak permanen lainnya.
Baca: Xi Jinping Akan Kunjungi Hong Kong, Peringati 25 Tahun Kembalinya Hong Kong
Pada pandemi ini para pakar telah memperingatkan bahwa kebijakan penanganan Covid-19 yang sangat ketat akan membuat warga negara, wisatawan, dan pekerja luar meninggalkan Hong Kong.
Bahkan, ketika negara-negara di dunia mulai melonggarkan kebijakan pembatasan, Hong Kong tetap menutup perbatasan hingga berbulan-bulan.
Pemerintah Hong Kong tetap memberlakukan karantina wajib dan pembatasan pertemuan tatap muka di restoran dan lainnya.
Kebijakan yang ketat itu mengganggu bisnis di sana.
Baca: Masih Jadi Misteri, Restoran Terapung Jumbo di Hong Kong Disebut Belum Tenggelam
"Pembatasan Covid-19 selama lebih dari dua setengah tahun telah membuat bisnis-bisnis dan ekonomi menjadi korban," demikian pernyataan Kamar Dagang Umum Hong Kong bulan ini, dikutip dari CNN International.
Pemerintah Hong Kong mulai mengakui dampak kebijakan ketat ini. Pada hari Kamis, (11/8/2022, pemerintah mengatakan pembatasan aktibitas penerbangan telah mengganggu laju masuk penduduk.
Pekan ini pemerintah sudah melonggarkan aturan karantina dengan memangkas waktu karantina.
Selain itu, pemerintah berujar sejumlah warga Hong Kong mungkin memilih tinggal di luar Hong Kong selama pandemi ini.
Baca: Buku Pelajaran Baru di Hong Kong Sebut Hong Kong Tak Pernah Dijajah Inggris
"Sementara itu, warga Hong Kong yang telah meninggalkan Hong Kong sebelum pandemi mungkin lebih memilih tinggal di tempat lain untuk sementara atau tidak bisa kembali ke Hong Kong," kata juru bicara pemerintah.
"Semua faktor ini mungkin berkontribusi terhadap laju keluar warga Hong Kong pada periode ini."
Pakar menganggap aksi penindakan hukum yang keras dari pemerintah turut membuat warga Hong Kong pergi.
Setelah aksi unjuk rasa prodemokrasi tahun 2019, Beijing memberlakukan undang-undang (UU) keamanan ansiona.
Dengan UU ini Beijing bisa menyingkirkan pihak oposisi. Pihak berwenang mulai memenjarakan aktivis dan pengunjuk rasa serta menyensor sejumlah terbitan, baik cetak maupun daring.
Baca: Terkena Covid-19, Banyak ART Indonesia & Filipina di Hong Kong Dipecat, Kini Jadi Tunawisma
Baca berita lain tentang Hong Kong di sini