Lantas apa sebenarnya strict parents itu ?
Apakah dampak bagi perkembangan anak ?
Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini:
Strict Parents adalah tipe orang tua yang sering mengontrol anak.
Contoh strict parents adalah sering mengatur aktivitas dan pilihan hidup untuk anaknya.
Strict parents selalu memaksa anak untuk menjadi yang sempurna dalam mewujudkan harapannya.
Orang tua tipe strict parents biasanya menggunakan ancaman untuk membuat anak patuh pada perintahnya.
Contoh lain strict parents adalah tidak mendengarkan pendapat anak.
Baca: Strict Parents
Berikut ini contoh strict parents, dikutip dari Aha! Parenting dan Very Well Parenting:
Strict Parents biasanya menerapkan kontrol penuh terhadap pilihan anaknya dalam menjalani kehidupan.
Pola pengasuhan strict parents tergolong ketat dan membuat anaknya kehilangan kesempatan mengekspresikan diri dan tanggung jawab.
Tidak ada anak yang suka dikendalikan, sehingga orang tua yang sering mengatur anaknya dengan ketat cenderung tidak bisa dekat dengan anaknya secara psikologis.
2. Pengasuhan otoriter
Orang tua yang menganut pola pengasuhan strict parents biasanya membatasi empati terhadap anak.
Pengasuhan otoriter ini membuat anak menuruti perkataan orang tua karena didasarkan pada rasa takut.
Tindakan otoriter ini mengajarkan anak untuk menggertak orang lain agar melakukan hal sesuai keinginannya.
Biasanya, anak cenderung meniru tindakan orang tua yang bertindak otoriter.
Jika orang tua menggertak, kemungkinan anak juga akan melakukannya di kemudian hari.
Strict Parents biasanya tidak segan untuk menghukum anaknya jika melakukan kesalahan kecil.
Hukuman ini beragam, mulai dari hukuman fisik hingga cacian.
Hal ini dapat membuat anak depresi dan marah dengan hidupnya.
Strict parents sering membiarkan anak memahami kesalahannya sendiri.
Anak-anak yang dibesarkan dengan disiplin yang ketat akan memahami konsep bahwa kekuasaan selalu benar.
Mereka belajar untuk patuh, namun tidak belajar untuk berpikir sendiri.
Di kemudian hari, anak-anak tidak akan mempertanyakan otoritas ketika seharusnya.
Strictparents cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Mereka kesulitan menentukan sesuatu untuk masa depannya karena terbiasa diberi perintah dan mematuhi perintah orang tuanya.
Baca: Jadwal & Link Live Streaming Belajar dari Rumah TVRI Rabu (7/10/2020), Pola Asuh Positif
Baca: Jadwal & Link Live Streaming Belajar dari Rumah TVRI Rabu (18/11/2020), Gangguan Perkembangan Anak
Orang tua yang menganut pola pengasuhan strict parents biasanya tidak memberikan banyak pujian terhadap usaha anak.
Mereka lebih menghargai hasil daripada proses.
Jika mereka memuji anak hanya karena hasil yang bagus, seorang anak mungkin akan berpikir orang tuanya akan mencintainya jika dia bisa meraih sesuatu.
Strict parents sering menggunakan ancaman untuk membuat anak mematuhi perintahnya.
Orang tua ini akan mengancam jika anak membuat kesalahan dengan harapan agar anaknya disiplin.
Tidak jarang mereka menggunakan kata-kata yang kasar dan nada yang tinggi.
Sebagian strict parents lebih fokus pada nilai akademik anak daripada lainnya.
Mereka hanya memandang nilai sekolahlah yang berguna bagi masa depan anaknya.
Anak bahkan sulit untuk membagi waktu dengan kegiatan lainnya, seperti bermain dan belajar lainnya.
Padahal, bermain dapat menjadi rutinitas untuk menyegarkan pikiran anak.
Adapun, beberapa akibat atau masalah yang ditimbulkan dari pola asuh strict parents di antaranya sebagai berikut.
1. Tingkat percaya diri yang rendah
Menurut sebuah penelitian, mereka yang memiliki orangtua strict parents merasa mempunyai kepercayaan diri yang rendah, lebih sedikit inisiatif dan ketekunan dibandingkan dengan yang lain.
Adanya sikap otoriter dari orangtua dalam membesarkan anaknya, membuat sang anak bersikap tidak sopan dan nakal. Bahkan, anak-anak yang orang tuanya ketat tidak melihat orang tuanya sebagai figur otoritas yang sah.
Karena itu, mereka cenderung tidak mengikuti aturan mereka dan lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam perilaku nakal.
Anak-anak hasil dari pola asuh strict parents biasanya merasasa diabaikan perasaannya. Hal itu lebih mungkin untuk mengembangkan depresi dan kecemasan.
Anak-anak dari strict parents memungkinkan menjadi pelaku bullying atau korban bully karena kepercayaan dirinya yang lebih rendah serta dapat menjadi target yang lebih mudah bagi para pengganggu.
Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun menunjukkan bahwa mereka yang memiliki orang tua otoriter memiliki masalah perilaku yang paling banyak.
Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresi, dan perilaku antisosial.
Mereka juga memiliki lebih banyak masalah emosional dan menunjukkan lebih sedikit perilaku prososial.
Baca: ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)
Baca: ISTP (Introvert, Sensing, Thinking, Persepsi)
Sebuah penelitian di University of Georgia menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya keras lebih cenderung bertingkah.
Mereka juga kurang mampu mengatur diri sendiri atau memecahkan masalah saat dewasa.
Karena semua diatur oleh orangtua, maka saat masa anak-anak sampai remaja mereka belum belajar mengatur perilaku mereka sendiri dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif.
Adapun, gaya pola asuh orangtua yang berwibawa (otoritatif) dianggap lebih berhasil daripada orangtua yang otoriter.
Orang tua otoritatif memiliki harapan yang tinggi untuk anak-anak, menetapkan batas, tetapi hangat dan mengayomi.
Gaya pengasuhan ini telah dikaitkan dengan banyak hasil positif bagi anak-anak.
Hal itu karena saat mengasuh anak, orangtua otoritatif akan memiliki hal-hal sebagai berikut.
- Harapan yang masuk akal dan sesuai usia.
- Membantu anak-anak mengembangkan keterampilan mengatasi masalah alih-alih hanya menghukum
- Membantu anak-anak belajar mengelola frustrasi dan situasi yang menyakitkan
- Mendorong anak untuk mandiri
- Mendorong komunikasi terbuka
- Mencontohkan perilaku yang sesuai untuk anak-anak
- Beradaptasi dengan keadaan yang berbeda
- Mendengarkan anak-anak mereka
- Menetapkan batasan yang konsisten
Pada orang tua otoritatif meski terdengar serupa dengan pola asuh otoriter, namun memiliki hasil yang sangat berbeda, di antaranya yaitu.
- Memiliki hubungan dekat dengan orang tuanya
- Percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi
- Dapat mengelola agresi mereka dengan baik
- Bertanggung jawab dan kooperatif
- Bertanggung jawab secara sosial
- Mengatur diri sendiri
- Menjadi lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih mampu dalam berbagai hal
Ciri-ciri Pola Asuh Strict Parents
Orang tua dengan pola asuh strict parents akan terlihat dingin, jauh dari anak-anak, dan kasar. Mereka minim memberikan kasih sayang.
Mereka tidak jarang berteriak pada anak dan jarang memberi dukungan maupun pujian. Hal itu karena mereka lebih mementingkan disiplin terhadap anak daripada kesenangan dalam pola pengasuhan anaknya.
Srict parents memiliki ciri khas otoriter, sehingga kerap memberi banyak peraturan dan tuntutan pada anak di setiap aspek hidup, baik saat anak di rumah maupun di tempat umum.
Peraturan itu umumnya tidak tertulis, beberapa bahkan tidak menyampaikan peraturan tersebut kepada anak. Mereka lebih mengharapkan sang anak memahami dan mengerti peraturan tersebut tanpa diberitahu.
Banyaknya peraturan pada anak yang dilakukan oleh strict parents dinilai berlebihan bagi kebanyakan orang. Misalnya pembatasan jam keluar atau menyusun kegiatan khusus yang dilakukan oleh anak usai pulang sekolah dan lain sebagainya.
Umumnya, penganut pola asuh ini tak segan memberikan hukuman fisik pada anak, saat anak dianggap telah melanggar peraturan yang dibuat atau tidak memenuhi ekspektasi orangtua. Hukuman tersebut dapat berupa pukulan, menarik telinga dan masih banyak lagi.
Adanya sifat otoriter membuat orangtua tidak membiarkan akan untuk memilih atau memberikan pilihan pada anak.
Keputusan yang diberikan kepada anak, umumnya adalah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat. Selain itu, orang tua yang strict atau ketat juga tidak akan mendengarkan opini anak mengenai peraturan-peraturan tersebut.
6. Tidak percaya pada anak
Orangtua penganut gaya pengasuhan ini umumnya cenderung tidak mampu memercayai anak, sehingga anak tak diberikan peluang untuk membuat keputusannya sendiri.
Strict parents tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuktikan bahwa ia mampu dan bisa membuat keputusan yang baik dengan pendapat dan opininya sendiri.
Para strict parents umumnya tidak pandang bulu dan akan memperingatkan anak saat anak melakukan kesalahan.
Mereka tak segan mempermalukan anak did epan umum, yang bertujuan agar anak selalu mematuhi peraturan yang mereka buat. Hal ini bagi mereka dianggap mampu memberikan motivasi pada anak dan mendorongnya menjadi sosok lebih baik.
Namun, harapan tersebut tentu akan berbanding terbalik dengan hasil, sebab anak akan merasa minder untuk melakukan sesuatu karena takut dibentak atau dipermalukan di depan umum.
Orang tua dengan pola asuh ini tidak mau memberikan waktu luang untuk anaknya. Mereka akan selalu meminta anak melakukan tugas atau hal-hal sulit lainnya.
Para orangtua strict parents umumnya menginginkan sang anak mampu bersikap baik dan memahami peraturan tidak tertulis yang mereka terapkan.
Namun, strict parents enggan menjelaskan terkait peraturan dan alasan menerapkan aturan tersebut.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya/Ka)