Desakan itu mendapat banyak dukungan di Eropa, tetapi kurang disukai oleh AS.
Menurut pejabat AS, tindakan menyita aset tersebut bisa jadi merupakan tindakan ilegal dan membuat negara-negara lain tidak lagi mengandalkan AS sebagai tempat investasi.
Dilansir dari The New York Times, (1/6/2022), pemerintah Ukraina diperkirakan memerlukan dana sangat besar untuk membangun kembali negaranya yang dilanda perang berbulan-bulan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenkiy memperkirakan dana yang diperlukan bisa mencapai hingga $600 miliar.
Jika aset bank Rusia benar-benar disita dan digunakan, aset tersebut hanya bisa menutup setengah dari dana yang dibutuhkan.
Pekan lalu, para Menteri Keuangan dari Estonia, Latvia, Lithuania, dan Slovakia meminta Uni Eropa mencari dana untuk membangun kembali kota-kota Ukraina yang hancur.
Kata mereka, dana itu bisa didapatkan dari aset bank sentral Rusia yang disita.
Dengan demikian, menurut mereka, Rusia bisa "bertanggung jawab atas tindakannya dan membayar kerusakan yang disebabkannya".
Baca: Turuti Permintaan Ukraina, AS Kirim Roket Jarak Jauh untuk Melawan Rusia
Baca: Dihujani Sanksi, Rusia Terancam Tak Bisa Lunasi Utang, IMF: Tak Akan Picu Krisis Keuangan Dunia
Wacana penyitaan aset Rusia juga menjadi topik utama dalam rapat yang digelar negara-negara Group of 7 atau G-7 bulan in.
Wacana tersebut dilaporkan mendapat dukungan dari warga Jerman dan Kanada.
Kendati demikian, AS yang mendukung sanksi besar-besaran terhadap Rusia justru berhati-hati dalam menanggapi usulan ini.
Di dalam pemerintahan Joe Biden, terdapat perdebatan apakan AS harus ikut atau tidak dalam penyitaan ini.
Dilaporkan hanya ada sedikit aset Rusia yang disimpan di AS. Mayoritas aset disimpan di Eropa, termasuk di Bank for International Settlement di Swiss.
Sementara itu, Rusia sendiri berharap aset senilai $600 miliar di bank sentral bisa membantu ekonomi negara itu dalam menghadapi hujan sanksi.
Baca: Sanksi Baru, Eropa Akan Keluarkan Bank Rusia dari Sistem Keuangan Dunia
Baca: Uni Eropa Sepakat Melarang Impor Minyak dari Rusia, Belum Berlaku Sepenuhnya
Namun, Rusia membuat kesalahan dengan menyimpan setengah dari aset itu di luar negeri.
Para pejabat Rusia terkejut karena aset itu kini dibekukan dengan sangat cepat.
Padahal, ketika Rusia menganeksasi Krimea tahun 2014 lalu, butuh setahun agar aset bisa dibekukan.
Aset Rusia telah dibekukan sejak tiga bulan lalu sehingga membuat Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa menggunakannya untuk membiayai perang di Ukraina.
Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina dengan Rusia di sini