Apa Itu Bipolar ? Gangguan Mental Jadi Salah Satu Bunuh Diri Paling Tinggi di dunia

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi gangguan bipolar

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan yang drastis pada suasana hati. Para penderita bipolar bisa merasa sangat bahagia kemudian berubah menjadi sangat sedih.

Ada sekitar 45 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan bipolar, seperi dikutip dari data World Health Organization di tahun 2017.

Gangguan bipolar merupakan satu di antara beberapa penyebab utama cacat dan kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia.

Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan gejala sangat senang dan sangat terpuruk (depresif).

Penderita bipolar akan mudah mengalami suasana hati (mood) yang dapat berubah secara ekstrim. 

Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari bahkan merugikan atau membahayakan orang tersebut.

Saat berada pada kondisi depresi, penderita bipolar akan merasa tidak semangat dan lesu.

Baca: Delusi (Gangguan Mental)

Baca: 7 Sisi Gelap Industri KPOP yang Mengancam Sang Idol, Bergaji Kecil, Utang, Hingga Gangguan Mental

Sedangkan pada kondisi bahagia atau hypomania, penderita bipolar akan menjadi terlalu aktif dan menjadi senang berlebihan.

Fase bipolar dapat berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan.

Untuk gangguan bipolar dapat dilihat dari gejala yang muncul pada penderita ketika mengalami perubahan emosi. 

Perubahan emosi mania yang muncul pada gangguan bipolar dapat berupa:

- Merasa sangat bahagia

- Berbicara sangat cepat dan mengubah topik pembicaraan dari satu topik ke lainnya.

- Merasa sangat bersemangat.

- Rasa percaya diri yang berlebihan.

- Kurang tidur.

- Mudah tersinggung.

Ilustrasi bipolar. (Everyday Health/TribunLampung.com)

Sedangkan perubahan emosi saat depresi dapat dikenali dengan gejala atau tanda berikut :

- Merasa sangat sedih dan putus asa.

- Lemas dan kurang berenergi.

- Merasa sulit berkonsentrasi atau sulit untuk mengingat sesuatu.

- Merasa kesepian dan tidak berguna.

- Merasa bersalah.

- Merasa pesimis terhadap suatu hal.

- Tidak memiliki nafsu makan.

- Gangguan tidur.

- Punya pikiran untuk bunuh diri.

Ketika mengalami gangguan bipolar, penderitanya mampu mengalami tanda-tanda atau gejala mania dan depresif sekaligus.

Hal tersebut dinamakan dengan gejala campuran atau mixed state.

Terdapat berapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar, yakni:

- Mengalami stres berat.

- Kejadian traumatik.

- Kecanduan akan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.

Memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orangtua) yang mengidap gangguan bipolar.

Secara pasti, gangguan bipolar ini belum diketahui penyebabnya. 

Namun diduga gangguan bipolar merupakan dampak dari gangguan senyawa alami yang berfungsi menjaga fungsi otak (neurotransmitter).

Gangguan tersebut dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu genetik, sosial, lingkungan, dan fisik.

Baca: Hilda Vitria Akui Punya Gangguan Mental sejak Kecil, Kini Lebih Parah: Aku Gak Sadar Lakuin Sesuatu

Baca: Mengenal Borderline Personality Disorder, Gangguan Mental yang Dialami Ariel Tatum

Orangtua atau keluarga dapat memiliki kemungkinan sebagai bibit bipolar yang kemudian diwariskan ke anggota keluarga lain. 

Stres, rendahnya kepercayaan diri, atau mengalami suatu kehilangan yang tragis juga dapat sebagai pemicu gangguan bipolar.

Bipolar terdiri atas beberapa tipe, yaitu :

Gangguan bipolar I

Pada gangguan ini penderita mengalami kejadian yang sebelum atau setelahnya diikuti oleh kejadian hypomania atau depresi.

Dalam gangguan bipolar I, penderita pernah mengalami kejadian mania yang dapat memicu gangguan bipolar.

Gangguan bipolar II

Pada tipe gangguan bipolar II ini penderita mengalami kejadian depresi dan hypomania.

Namun pada tipe ini penderita tidak pernah mengalami kejadian mania.

Gangguan cylclothymia

Dalam gangguan bipolar ini penderita pernah mengalami banyak kejadian ketika penderita mengalami masa hypomania dan depresi.

Kejadian yang dialami penderita tersebut setidaknya terjadi selama dua tahun.

Bipolar dapat muncul karena alkohol, obat-obatan, dan kondisi medis tertentu.

Diagnosis

Diagnosis lebih lanjut mengenai kondisi ini sangat dibutuhkan, sebab gejala gangguan bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti penyakit tiroid, serta dampak dari kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA.

Pemeriksaan yang dilakukan bisa dengan metode wawancara ke keluarga atau kerabat pengidap gangguan bipolar.

Wawancara ini terkait gejala, seperti sejak kapan dan seberapa sering gejala muncul.

Pengidapnya juga kemudian akan dirujuk ke psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa.

Psikiater akan melakukan beberapa pengamatan terkait pola bicara, berpikir, dan bersikap.

Pskikiater juga mungkin akan menanyakan riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, hingga pola tidur.

Pengidapnya juga mungkin akan diberikan kuesioner yang dapat diisi.

Saat hasil pemeriksaan dirasa cukup, psikiater kemudian akan mengklasifikasikan kondisi seseorang berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Tujuan pengobatan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya fase-fase mania dan depresi agar pengidapnya dapat hidup secara normal dan membaur dengan lingkungan.

Selain memperbaiki pola hidup, penanganan biasanya mencakup pemberian obat- obatan yang dikombinasikan dengan terapi psikologis (contohnya terapi perilaku kognitif).

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi efek dari bipolar, yaitu dengan memberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria/Putradi/Ka)



Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer