Abu Akleh dikenal sebagai jurnalis senior di Timur Tengah dan hasil liputannya dibaca oleh jutaan orang.
Kasus tewasnya jurnalis berusia 51 tahun itu menjadi sorotan media di Timur Tengah dan dunia.
Selama lebih dari 20 tahun, Abu Akleh sering meliput kehidupan warga Palestina di bawah pendudukan Israel.
Dia turut melaporkan situasi selama Intifadha Kedua, pemberontakan yang menewaskan ribuan orang dari pihak Palestina maupun Israel.
Setelah diberitakan tewas, namanya menjadi salah satu topik pembicaraan paling populer di media sosial Twitter.
Fotonya kemudian dipajang di alun-alun utama Kota Ramallah di Tepi Barat.
Selain itu, ada banyak orang yang mengunjungi kantor Al Jazeera dan rumah keluarganya untuk menyampaikan dukacita.
Baca: Serangan Israel ke Warga Palestina Saat Salat Subuh di Masjid Al Aqsa, MUI: Kejahatan Kemanusiaan
Pihak Al Jazeera dan saksi mata mengatakan dia ditembak dari belakang oleh tentara Israel.
Kendati demikian, Israel belum bersedia mengonfirmasinya dan menyatakan bertanggung jawab.
Menurut Israel, belum jelas siapa yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa nahas ini.
Namun, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz menjanjikan adanya penyelidikan yang transparan.
Selain itu, dia mengatakan akan melibatkan pejabat Amerika Serikat dan Palestina dalam menangani kasus ini.
Abu Akleh dikenal sebagai jurnalis yang berada di garis depan untuk meliput situasi pendudukan Israel.
Selain berkewarganegaraan Palesina, dia juga memiliki kewarganegaraan AS dan sering mengunjungi negara pada musim panas.
Baca: Bentrokan Pecah di Masjid Al-Aqsa, 152 Warga Palestina Terluka
Baca: Setelah Serbu Jemaah Palestina Secara Brutral, Israel Kini Kecam Invasi Rusia di Ukraina
Keluarga jurnalis senior ini berasal dari Betlehem, tetapi dia lahir dan dibesarkan di Yerusalem.
Dia berdomisili dan bekerja di Yerusalem timur dan Tepi Barat.
Dalam salah satu video yang dirilis oleh Al Jazeera tahun lalu, dia mengenang peristiwa saat meliput Intifadha Kedua dari tahun 2000-2005.
Selama melakukan liputan, Abu Akleh mengatakan kematian terasa sangat dekat di setiap tempat.
"Meski berbahaya, kami bertekad untuk melaksanakan pekerjaan itu," kata dia dikutip dari Associated Press.
"Saya memilih jurnalistik sehingga bisa dekat dengan masyarakat," katanya menambahkan.
"Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tetapi setidaknya saya bisa menyampaikan suara mereka kepada dunia."
Baca: Menteri Pertahanan Israel Bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Ada Apa?
Abu Akleh bergabung dengan Al Jazeera tahun 1997, setahun setelah media itu diluncurkan.
Dia pernah meliput lima perang di Gaza dan perang Israel melawan Lebanon tahun 2006.
Selain itu, dia melaporkan peristiwa penggusuran paksa, pembunuhan pemuda Palestina, penahanan ratusan warga Palestina, dan meluasnya permukiman Yahudi.
Baca berita lainnya tentang Palestina di sini