PM Polandia: Putin Penjahat Perang, Ingin Dirikan Kembali Kekaisaran Rusia

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki (kiri) dan Perdana Menteri Swedia Prime Minister Magdalena Andersson berbicara saat acara International Donors' Conference for Ukraine di Warsawa, Polandia, 5 Mei 2022.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengecam habis-habisan Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasinya ke Ukraina.

Menurut Morawiecki, Putin adalah penjahat perang yang tega melakukan genosida di negara bekas Uni Soviet itu.

Dia mengatakan Uni Eropa seharusnya tidak melanjutkan "hubungan seperti biasanya" dengan Rusia selama Putin masih berkuasa.

"Rusia saat ini totaliter, negara ini nasionalistik, imperial, dan Rusia ingin mendirikan kembali Kekaisaran Rusia dan jenis negara pasca-Uni Soviet," kata Morawiecki dikutip dari Euronews, (7/5/2022).

"Wanita dan anak-anak tewas. Rusia melakukan genosida di Ukraina dan kejahatan perang."

"Putin adalah penjahat perang dan apa yang dilakukannya terhadap Ukraina benar-benar melebihi imajinasi seseorang. Saya pikir kita harus membuat pengadilan internasional untuk melacak kejahatan itu dan menciptakan keadilan lagi setelah perang usai."

Baca: Pimpin Parade Militer 9 Mei, Putin Bakal Berikan Peringatan Kiamat kepada Barat

Presiden Rusia Vladimir Putin saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Hungaria di Kremlin, 1 Februari 2022. (YURI KOCHETKOV / POOL / AFP)

Ucapan itu disampaikannya setelah dia menghadiri konferensi donatur internasional di Warsawa, Polandia.

Menurutnya, invasi Rusia "brutal" dan berpengaruh terhadap geopolitik di seluruh Eropa.

Sejak invasi dimulai tanggal 24 Februari lalu, Polandia menjadi salah satu yang terdepan dalam mengecam Rusia.

Negara Eropa timur itu mendesak adanya pengiriman bantuan senjata dan dikeluarkannya sanksi berat untuk Rusia.

Dia percaya perang akan berakhir cepat. Namun, kata dia, semuanya bergantung pada keberanian dan tekad rakyat Ukraina.

"Kami tahu bahwa mereka memperjuangkan, di barikade, tidak hanya kemerdekaan mereka, tetapi juga keamanan dan kedamaian di seluruh Eropa."

Baca: Kasus Menlu Rusia Sebut Hitler Punya Darah Yahudi, Putin Minta Maaf kepada Israel

Baca: Paus Fransiskus Ingin Temui Putin di Moskwa, Bicarakan Masalah Ukraina

Selain itu, dia menyebut ancaman nuklir dari Rusia sebagai "tanda kelemahan Rusia".

Menurutnya, Rusia akan berpikir dua kali sebelum memperluas invasinya ke negara-negara tetangga.

"Namun, tidak ada yang tahu karena ini berada di tangan pemimpin Kremlin," kata dia menjelaskan.

Dia juga mengomentari rencana Uni Eropa untuk melarang impor minyak Rusia secara bertahap.

Rencana itu dinilai sangat kontroversial karena beberapa negara Eropa sangat bergantung pada minyak Rusia, misalnya Hongaria, Slovakia, dan Ceko.

"Ada negara-negara yang berada dalam posisi berbeda dalam ketergantungan pada minyak dan gas, dan kami memahaminya."

"Ada diskusi dengan Uni Eropa tentang periode sementara. Namun, mereka tidak akan menghilangkan sanksi-sanks itu, sejauh yang saya tahu."

"Saya selalu mendorong adanya sanksi yang terberat. Jadi, saya paham apa yang saya katakan."

Baca: Putin Diduga Bakal Nyatakan Perang pada 9 Mei, Bukan Lagi Operasi Khusus di Ukraina

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang konflik Ukraina-Rusia di sini



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer