Beijing Terancam Di-lockdown, Pesta Pernikahan & Upacara Pemakaman Dilarang, Sekolah Tutup

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemerintah Kota Beijing di Cina memutuskan melarang pesta pernikahan dan upacara pemakaman untuk sementara waktu.

Tak hanya itu, sekolah-sekolah di ibu kota Cina itu juga terpaksa ditutup.

Kebijakan ini dikeluarkan untuk menekan penyebaran Covid-19 di Beijing.

Muncul kekhawatiran bahwa Beijing akan segera di-lockdown atau dikarantina ketat seperti Shanghai.

Kekhawatiran ini memicu warga Beijing untuk menimbun bahan makanan sehingga persediaan di swalayan menipis dan langka.

Pemerintah Beijing bergerak cepat memberlakukan sejumlah pembatasan selagi kasus Covid-19 di kota itu masih rendah.

Dikutip dari The Guardian, pada hari Kamis, (28/4/2022), Beijing melaporkan adanya 50 kasus baru Covid-19.

Total kasus selama gelombang terbaru ini mencapai sekitar 150, relatif rendah daripada kota lainnya.

Baca: Gara-gara Tes Covid-19 Massal, Tiongkok Tak Bisa Genjot Vaksinasi Booster

Beijing berusaha keras agar tidak mengalami nasib yang sama seperti Shanghai dalam sebulan ini.

Karantina besar-besaran di Shanghai dilaporkan membuat warga mengeluhkan kelangkaan makanan dan kebutuhan lainnya.

Untuk menangani hal ini, pihak berwenang mengaku telah bertindak untuk menjaga agar harga tidak melonjak.

Ilustrasi virus corona (CDC) (CDC)

Pada hari Rabu, Kementerian Keamanan Masyarakat mengatakan warga yang nekat memanfaatkan situasi pandemi untuk keuntungan pribadi bisa didenda hingga 3 juta yuan.

Pemerintah Beijing telah memerintahkan adanya tes Covid-19 massal kepada lebih dari 20 juta warga Beijing pekan ini.

Selain itu, sejumlah perkantoran, satu universitas, bangunan permukiman, dan beberapa tempat umum telah ditutup.

Pakar memperkirakan ada lebih dari 340 juta orang di Cina yang kini berada dalam karantina penuh dan karantina sebagian, di 46 kota.

Baca: Kasus Covid-19 Melonjak,Tiongkok Berlakukan Karantina Terbesar dalam 2 Tahun

Tes massal ganggu vaksinasi

Upaya Cina melakukan tes Covid-19 justru dilaporkan memperlambat vaksinasi booster atau penguat di negara itu.

Hal itu disebabkan oleh tenaga medis yang diprioritaskan untuk menggelar tes Covid-19.

Cina tidak bisa meningkatkan angka vaksinasi booster harian akibat kekurangan petugas vaksinasi.

Pada minggu terakhir bulan Maret lalu, Cina telah menyuntikkan 770.000 vaksin dosis ketiga per hari.

Vaksin tersebut disuntikkan kepada lansia berusia di atas 60 tahun.

Kendati demikian, angka vaksinasi turun menjadi 590.000 per hari pada pertengahan April.

Baca: Kasus Covid-19 di Tiongkok Kembali Melonjak, Terburuk sejak Awal 2020 di Wuhan

Pada hari Selasa, (26/4/2022), Cina mengumumkan sebanyak 20 juta penduduk bakal menjalani tes Covid-19 massal pada hari Sabtu mendatang.

Tes massal itu diputuskan dilakukan setelah ada laporan 33 kasus pada hari Selasa.

Namun, sejumlah ahli kesehatan khawatir tes massal itu bakal mengurangi angka vaksinasi per hari atau malahan membuat virus makin menyebar di tengah-tengah masyarakat.

"Di Shanghai, tenaga medis telah dikerahkan ke rumah sakit sementara dan dikerahkan untuk melakukan tes PCR, yang membuat vaksinasi di kota itu tiba-tiba terhenti," kata Jin.

(Tribunnewswiki)

Baca berita lainnya tentang Beijing di sini



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer