Putin menuntut jaksa mengambil tindakan tegas atas plot yang dibuat oleh mata-mata asing, guna memecah negara dan mendiskreditkan angkatan bersenjatanya.
Putin dengan diawasi menteri pertahanannya, berbicara kepada jaksa tinggi Rusia, ia menuduh Barat menghasut Ukraina untuk merencanakan serangan terhadap wartawan Rusia.
Kendati demikian, tuduhan tersebut telah dibantah oleh Kyiv.
Putin mengatakan penerus utama KGB era Soviet, Layanan Keamanan Federal (FSB), telah mencegah upaya pembunuhan oleh "kelompok teroris" terhadap jurnalis TV Rusia Vladimir Solovyev, Senin kemarin.
"Mereka telah pindah ke teror - untuk merencanakan pembunuhan jurnalis kami," kata Putin tentang Barat, dikutip Tribunnews.com dari CNA.
Menurut Putin, mantan mata-mata KGB yang telah memerintah Rusia sebagai pemimpin tertinggi sejak hari terakhir tahun 1999, tidak segera memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya dan Reuters tidak dapat segera memverifikasi tuduhan tersebut.
Baca: Rusia Minta AS Berhenti Kirim Senjata ke Ukraina: Seperti Menyiramkan Minyak ke Api
Adapun, Kepala FSB Alexander Bortnikov menyebut, sekelompok enam warga negara Rusia neo-nasionalis telah merencanakan untuk membunuh Solovyev, yakni salah satu jurnalis TV dan radio paling terkenal di Rusia.
Pembunuhan itu direncanakan atas perintah Layanan keamanan Negara (SBU) Ukraina.
Namun, hal itu langsung ditepis oleh SBU. Pihaknya membantah tuduhan tersebut, yang katanya hanyalah fantasi yang dibuat oleh Moskow.
"SBU tidak memiliki rencana untuk membunuh V Solovyev," katanya dalam sebuah pernyataan.
Solovyev, pembawa acara talk show yang tamunya kerap merendahkan Ukraian dan membenarkan tindakan Moskow, disebut berterima kasih kepada FSB.
Baca: Kecam Invasi Rusia, Sejumlah Delegasi G20 Pilih Walkout dari Rapat yang Dipimpin Sri Mulyani
Putin menyebut Barat telah menyadari bahwa Ukraina tak bisa mengalahkan Rusia dalam perang, sehingga telah pindah ke rencana yang berbeda, yakni penghancuran Rusia itu sendiri.
"Tugas lain telah mengemuka: Untuk memecah masyarakat Rusia dan menghancurkan Rusia dari dalam," kata Putin.
"Ini tidak bekerja," tegasnya.
Putin menambahkan, mata-mata Barat menggunakan organisasi media asing dan media sosial untuk memprovokasi terhadap angkatan bersenjata Rusia.
Presiden Rusia itu menegaskan tanpa memberikan contoh spesifik, bahwa jaksa harus bereaksi cepat terhadap berita dan laporan palsu, yang merusak ketertiban..
"Mereka sering diorganisir dari luar negeri, diorganisir dengan cara yang berbeda - baik informasinya berasal dari sana atau uangnya," kata Putin.
Putin mengatakan, jaksa harus memerangi ekstremisme "lebih aktif".
Selang beberapa hari usai memerintahkan invasi ke Ukraina, Putin menandatangani undang-undang yag menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun, lantaran sengaja menyebarkan berita palsu terkait militer.
Rusia mengklaim, media Barat telah memberikan narasi parsial yang berlebihan soal perang di Ukraina, yang sebagian besar mengabaikan kekhawatiran Moskow tentang perluasan NATO.
Selain itu, kata Putin, apa yang dikatakannya merupakan penganiayaan terhadap penutur bahasa Rusia di ukraina.
Baca: Di Tengah Konflik Ukraina, Menlu Rusia: Ancaman Perang Nuklir Itu Nyata, Tak Bisa Diremehkan
Diketahui, invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat - sejauh ini dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Ukraina bersalah atas genosida terhadap orang-orang berbahasa Rusia.
Ukraina mengatakan sedang memerangi perampasan tanah oleh Rusia dan bahwa tuduhan genosida Putin adalah omong kosong.
Baca: Jenderal Tinggi Rusia Nyatakan Pihaknya Ingin Rebut Donbass dan Ukraina Selatan
Baca selengkapnya terkait invasi Rusia di sini