Dikutip TribunnewsWiki dari Al Jazeera, Senin (25/4/2022), proyeksi pertama menunjukkan Macron yang sentris mengamankan sekitar 57-58 persen suara.
Perkiraan tersebut biasanya akurat, tetapi dapat disesuaikan karena hasil resmi datang dari seluruh negeri.
Sementara itu, Le Pen yang merupakan kandidat dari partai Rally Nasional sayap kanan (Rassemblement National atau RN), meraup 41,8 persen suara, tertinggi dalam tiga tawaran presiden terakhirnya yang gagal.
Dalam pidato kemenangan pada Minggu malam, Macron mengucapkan terima kasih dan memuji mayoritas yang memberinya lima tahun lagi di pucuk pimpinan Prancis.
Dia tiba di alun-alun tempat para pendukungnya berkumpul, di bawah Menara Eiffel, dengan suara Ode to Joy, lagu kebangsaan Uni Eropa, bergandengan tangan dengan istrinya, Brigitte.
Macron juga berterima kasih kepada orang-orang yang memilihnya bukan karena mereka menerima idenya, tetapi karena mereka ingin menolak Le Pen.
Baca: Emmanuel Macron
"Saya bukan calon satu kubu lagi, tapi presiden kita semua," kata Macron.
Le Pen mengakui kekalahan dalam pidatonya tak lama setelah proyeksi jajak pendapat dirilis.
Kendati begitu, ia juga memuji hasilnya sebagai kemenangan yang brilian.
Meski kalah, Le Pen berjanji untuk tetap melanjutkan karier politiknya.
Perempuan berusia 53 tahun itu juga mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Prancis.
Baca: Prabowo Bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Elysee, Ini yang Dibahas
"Hasilnya merupakan kemenangan yang brilian," ujar Le Pen.
Macron akan menjadi presiden Prancis pertama dalam satu generasi yang memenangkan masa jabatan kedua sejak Jacques Chirac pada 2002.
Tetapi dia akan menghadapi negara yang terpecah dan pertempuran untuk mempertahankan mayoritas parlementernya dalam pemilihan legislatif pada bulan Juni.
Dia adalah presiden Prancis ketiga yang memenangkan dua periode berturut-turut.
(tribunnewswiki.com/Rakli Almughni)
Baca lebih lengkap seputar berita terkait lainnya di sini