Boichenko mengatakan ada sejumlah pesawat Rusia yang menjatuhkan bahan kimia di area pinggiran Mariupol.
Dalam konferensi pers daring, dia menyebut peristiwa itu terjadi pada hari Senin, (11/4/2022).
"Mereka merasakan semacam rasa manis di mulut mereka, di kota-kota dan desa di sekitar Mariupol," kata Boichenko dikutip dari Euronews.
"Mereka mulai menyelamatkan diri karena merasa dalam bahaya."
Kendati demikian, belum ada verifikasi atau konfirmasi tentang klaim tersebut.
Melalui kanal Telegram, Dewan Kota Mariupol mengatakan korban "serangan beracun" berada dalam kondisi baik.
Salah seorang tentara Ukraina yang diduga menjadi korban menyatakan serangan tersebut terjadi di daerah yang berpenduduk jarang.
Baca: Sekutu Terdekat Putin di Ukraina Ditangkap dalam Operasi yang Super Cepat
Dewan Kota mengatakan ada seorang wanita lansia yang menjadi korban terparah dalam serangan itu.
Menurut Dewan Kota, gejala atau efek serangan kimia tersebut antara lain wajah memerah, tekanan darah tinggi, rasa kering dan panas pada orofaring, dan membran mukosa pada mata.
Beberapa waktu yang lalu Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengatakan Rusia bisa saja sedang menyiapkan serangan dengan senjata kimia.
Sebelumnya, dilansir dari The Guardian, (10/3/2022), Rusia justru menuding AS telah membantu program senjata biologis di Ukraina.
Namun, tudingan itu dibantah oleh Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki yang menyebutnya sebagai "klaim palsu".
"Kini Rusia telah membuat klaim palsu ini, dan Cina tampaknya mendukung propaganda ini, kami semua harus mewaspadai kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia atau biologis di Ukraina, atau membuat dalih palsu untuk menggunakannya," kata Psaki melalui akun Twitter.
Baca: Pertama Kalinya, Joe Biden Sebut Rusia Lakukan Genosida di Ukraina
Baca: Segudang Rekam Jejak Jenderal Alexander Dvornikov, Komandan Baru Pasukan Rusia di Ukraina
Pernyataan ini keluar setelah para politikus Barat mengaku khawatir akan penggunaan senjata nonkonvensional oleh Rusia.
Hal ini mengingatkan mereka akan penggunaan senjata kimia saat Perang Saudara Suriah terjadi.
Kekhawatiran ini muncul, salah satunya karena Kementerian Rusia diduga sedang menyiapkan dalih untuk membenarkan penggunaan senjata kimia dengan membuat klaim palsu tentang program senjata biologis di Ukraina.
Pada hari Rabu lalu Juru Bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengatakan Rusia punya bukti bahwa AS membantu program senjata biologis di Ukraina.
Menurutnya, senjata biologis itu antara lain pes, kolera, dan antraks.
AS dan Ukraina membantah klaim ini. Psaki bahkan mengatakannya sebagai tudingan yang tidak masuk akal.
Baca: PBB: Hampir 2/3 dari Seluruh Anak di Ukraina Telantar dan Tinggalkan Rumah
Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini