Pengakuan ini merupakan hal jarang terjadi. Pasalnya, Rusia sering membantah bahwa mereka kewalahan menghadapi para pejuang Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengungkapkan hal tersebut ketika diwawancarai oleh Sky News.
"Kami kehilangan banyak tentara. Dan ini adalah tragedi besar bagi kami," kata Peskov dikutip dari The Guardian, (8/4/2022).
Kendati demikian, dia tidak menyebutkan jumlah korban secara spesifik.
Akhir Maret lalu, Rusia sempat mengatakan kehilangan 1.351 tentara, dan ada 3.825 yang terluka.
Namun, pejabat senior NATO memperkirakan pada akhir Maret lalu sudah ada sebanyak 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia yang tewas.
Baca: Rusia Diduga Bakal Lancarkan Serangan Besar, Warga Ukraina Diminta Mengungsi
Sementara itu, Rusia juga mengaku menyesal atas dikeluarkannya mereka dari Dewan HAM PBB karena invasinya ke Ukraina.
"Kami akan terus memperjuangkan kepentingan kami dengan cara apa pun yang legal," kata Peskov.
Dia menegaskan bahwa pasukan Rusia tidak pernah menjadikan warga sipil sebagai target penembakan.
"Mereka [pasukan Rusia] hanya menggunakan rudal dengan akurasi tinggi dan menargetkan infrastruktur militer di Ukraina," kata dia.
Peskov juga mengklaim bahwa foto-foto yang memperlihatkan dugaan kejahatan perang di Bucha adalah palsu.
Rusia melancarkan serangan udara ke jalur kereta api di Donetsk.
Serangan itu dilaporkan mengganggu proses evakuasi warga sipil karena menghambat pengoperasian kereta.
Baca: Tak Lagi Bisa Dihuni, Kota Borodianka di Ukraina Hancur dan Ditinggalkan Pasukan Rusia
Akibat hal ini, ribuan penumpang kereta yang akan dievakusi kini terpaksa ditempatkan di stasiun.
Jalur kereta itu merupakan satu-satunya jalur di Donetsk utara yang masih dikuasai oleh Ukraina.
Anggota parlemen Ukraina, Lesia Vasylenko, mengecam serangan tersebut.
"Serangan udara Rusia mengancurkan satu-satunya jalur kereta untuk keluar dari Sloviansk dan Kramatorsk. Tiga kereta evakuasi terhalang. Mengapa memerangkap warga yang tidak berdosa?" kata Vasylenko melalui Twitter.
Beberapa harai lalu, pihak berwenang Ukraina mendesak penduduk yang berada di Donbas segera mengungsi karena Rusia diduga bakal melancarkan serangan.
"Sebentar lagi, orang-orang akan menghadapi serangan," kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk dikutip dari Euronews, (7/4/2022).
Baca: Minta Bisnis dengan Rusia Diakhiri, Anggota DPR: Ada Darah Rakyat Ukraina di Setiap Barel Minyak
Baca: Rusia Dituding Gunakan Krematorium Berjalan untuk Tutupi Kekejamannya di Ukraina
Dia meminta warga sipil untuk segera mengevakuasi diri selagi masih ada waktu.
"Kita tidak akan bisa melakukan apa pun untuk membantu mereka [jika serangan telah dimulai]," kata dia.
Vereshchuk mengatakan para pemimpin di Donetsk dan Luhansk serta Khariv kini berupaya melakukan evakuasi menjelang serangan Rusia.
Sementara itu, Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan situasi Donetsk saat ini tengah memanas.
"Kami dengan kuat menguasai seluruh wilayah, tetapi situasi di semua tempat menegangkan," kata Kyrylenko dikutip dari France24.
Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini