Rusia Dituding Gunakan 'Krematorium Berjalan' untuk Tutupi Kekejamannya di Ukraina

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang dirilis pada tanggal 19 Maret 2022 oleh satelit Maxar memperlihatkan Gedung Teater Mariupol di Ukraina hancur karena serangan udara Rusia.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Dewan Kota Mariupol di Ukraina menuding Rusia menyiapkan tempat-tempat yang digunakan untuk membakar jenazah warga sipil yang tewas dibunuh.

Menurut dewan kota itu, "para pembunuh sedang menutupi jejak mereka" dan pasukan Rusia telah membuat sejumlah "krematorium berjalan".

Tindakan ini, kata dewan kota itu, dilakukan setelah pemimpin Rusia meminta adanya penghancuran terhadap bukti-bukti kejahatan tentara Rusia di Mariupol.

Kendati demikian, klaim adanya krematorium itu hingga saat ini belum bisa diverifikasi atau dikonfirmasi.

Selain itu, Dewan Kota Mariupol juga tidak memberikan bukti adanya "krematorium bergerak".

Dikutip dari Newsweek, pekan lalu Ukraina memperkirakan sudah ada sekitar 5.000 warga sipil yang tewas di Mariupol.

Namun, muncul kekhawatiran bahwa jumlah kematian sebenarnya jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.

Baca: Presiden Ukraina Samakan Perilaku Brutal Tentara Rusia dengan Teroris ISIS

Sejumlah warga Ukraina berada di pusat registrasi di Zaporizhzhia, Ukraina. Mereka berasal dari Berdyansk dan Mariupol dan akan dievakuasi. (EMRE CAYLAK / AFP)

Kata dewan kota, banyaknya jenazah menjadi alasan pasukan Rusia menunda evakuasi besar-besaran terhadap penduduk Mariupol.

"Semua yang bisa menjadi saksi kekejaman pasukan pendudukan sedang diidentifikasi melalui kamp pemeriksaan dan disingkirkan."

Para penduduk dan pasukan yang berasal dari Republik Donetsk yang pro-Rusia juga disebut mengontrol area pengumpulan dan pembakaran jenazah penduduk Mariupol.

Urusan pembakaran itu disebut dikoordinasi oleh Kostiantyn Ivashchenko yang dianggap sebagai "wali kota yang bekerja sama dengan Rusia".

Ivashchenko adalah anggota dewan setempat yang berasal dari partai opoisi yang pro-Rusia.

Baca: Zelenskiy: Tentara Rusia Melempar Warga Ukraina ke Dalam Sumur hingga Tewas

Menurut The Times of London, dia telah diangkat sebagai "pemimpin boneka" Rusia di Mariupol.

Dia diumumkan sebagai Wali Kota Mariupol yang baru pada hari Senin lalu saat ada rapat dengan anggota partai.

Namun, wali kota sebelumnya, Vadym Boychenko, masih dianggap sebagai wali kota yang sah oleh mayoritas penduduk kota tersebut.

Menurut Boychenko, tindakan pasukan Rusia di Mariupol adalah tragedi terbesar sejak penggunaan kamp konsentrasi oleh Nazi.

Dia mengatakan Rusia telah mengubah Mariupol menjadi kamp kematian dan menyebutnya sebagai "Auschwitz baru".

Semantara itu, pasukan Rusia juga diduga telah melakukan kejahatan perang di Kota Bucha yang dekat dengan ibu kota Ukraina, Kiev.

Baca: Kisah Muslim Ukraina Berpuasa di Tengah Perang & Kehabisan Makanan: Yang Penting Anak Bisa Makan

Baca: Ukraina Temukan 410 Mayat di Dekat Kota Kyiv, Rusia Bantah Tuduhan: Itu Provokasi Untuk Media Barat

Kepada CBS, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan ada gambar yang memperlihatkan warga sipil di Bucha tewas setelah pasukan Rusia mundur.

Menurutnya, adanya banyak jenazah warga sipil menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin ingin "menyingkirkan seluruh bangsa [Ukraina].

Kendati demikian, Amerika Serikat (AS) belum menyebut tindakan Rusia sebagai genosida.

Presiden AS Joe bIden hanya menyebutnya sebagai kejahatan perang.

(Tribunnewswiki)

Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer